Happy reading
Siang ini Jendra dan Rendi berada di gerbang sekolah. Menemani Harsa yang menunggu kakaknya datang menjemput. Jendra duduk di atas motor sport-nya. Sedangkan Rendi berdiri tepat di sebelahnya. Mereka menunggu dalam diam, berbeda dengan Harsa yang terus menerus mengomel karena kakaknya tak kunjung datang. Keduanya diam saja karena sudah terbiasa dengan sikap Harsa yang begitu. Tak digubrisnya sang sahabat yang terus saja mengumpat seraya mengerucutkan bibirnya. Hingga beberapa menit kemudian yang ditunggu datang.
"Lama banget sih Bang! Kasian Jendra sama Rendi nungguin panas-panas," protes Harsa pada Hengki kakaknya.
"Lah, ngapain kalian nungguin dia? Tinggal aja kali. Gak bakal ilang kalo dia mah. Penculik mana doyan modelan begini," ucap Hengki enteng yang langsung dapat geplakan dari adiknya.
Jendra dan Rendi tertawa.
"Gue sebenernya juga ogah Bang. Kalo bukan karena mau ke rumah kalian, kita udah cabut dari tadi," ucap Jendra.
"Oh, kalian mau ke rumah?" tanya Hengki.
"Iya Bang. Mau kerja kelompok," jawab Rendi.
Sementara Harsa masih diam cemberut.
"Ya udah kalo gitu. Ayo!" ajak Hengki.
Rendi segera naik di boncengan motor Jendra. Namun Harsa masih diam berdiri, tak bergerak. Dengan kedua tangannya bersedekah depan dada. Hengki yang merasa tidak ada pergerakan di bagian belakang motornya segera menoleh.
"Eh bocah! Gak usah pake acara ngambek-ngambekan deh! Buru naik! Panas tau!" protes Hengki pada Harsa, membuat kedua teman Harsa di motor depan menoleh.
Harsa masih bergeming.
"Ck! Buruan naik! Atau gak abang tinggal nih!"
Akhirnya Harsa bergerak. Tepat setelah ia duduk di jok belakang motor, Hengki segera melajukan motornya. Dan disusul oleh Jendra yang membonceng Rendi di belakang.
● BETWEEN TWO HEARTS ●
Di rumah Harsa, Jendra dan Rendi sedang sibuk berdiskusi tentang tugas mereka. Sementara Harsa hanya mendengarkan sambil sesekali mencatat di secarik kertas. Tak jarang ia juga turut berbicara. Sesekali ketiganya nampak berdebat. Hingga tak terasa 2 jam sudah mereka berkutat dengan rumus Fisika.
Harsa memijit kepalanya perlahan. Selama 120 menit bermain angka cukup membuat kepalanya pening. Tiba-tiba sebuah benda dingin menempel di pipinya. Harsa yang terkejut sampai terjingkat.
"Ah!" pekiknya, membuat Jendra dan Rendi yang masih sibuk menulis menoleh.
Tampak Hengki memegang sebungkus es krim seraya tertawa. Benda itu tadi yang ia tempelkan pada pipi adiknya.
"Nih! Biar gak ngambek lagi," ucapnya seraya menyodorkan es krim tersebut pada Harsa.
Dan benar saja, wajah Harsa seketika menjadi cerah.
"Makasih Abang," serunya riang.
"Sama-sama. Nih, buat kalian." Hengki menyodorkan dua es krim pada Jendra dan Rendi.
"Makasih Bang," ucap keduanya kompak.
Hengki lalu mengusap lembut puncak kepala Harsa. Walaupun terkadang sangat menyebalkan, tapi Harsa satu-satunya saudara saudara yang ia punya. Dan Hengki sangat menyayanginya. Wajar jika pada akhirnya Harsa menjadi manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Two Hearts | MarkNo (Revisi)
RomantizmJENDRA : "Vin.. Tolongin aku, Vin.. Aku takut." MARVIN : "Ssstt... Tenang. Jangan takut! Saya ada disini." Start : 230623 End : 060723 Revisi start : 280624