Chapter 17

2.6K 205 4
                                    

Happy reading

      

      

Jaksa membuka pintu mobilnya dan segera keluar. Dengan santai ia berjalan menghampiri Jendra. Remaja itu masih fokus pada mobil hitam yang hendak keluar dari rumahnya. Merasa diabaikan, Jaksa menggusak rambut Jendra untuk menarik perhatiannya. Setelah Jendra menoleh, ia segera memeluknya.

Jendra bergerak risih, ia hendak melepas pelukan Jaksa. Tapi tenaga Jaksa lebih kuat. Sampai Marvin melaju dan membunyikan klakson, Jendra hanya bisa melambaikan tangan.

"Na, lepas dong. Diliatin orang," ucap Jendra risih.

"Biarin. Nana gak peduli," jawab Jaksa.

"Tapi ini peluknya terlalu kenceng Na, aku sesek jadinya," keluh Jendra.

"Hehehe.. Maaf,"ucap Jaksa seraya melepaskan pelukannya.

Sebagai gantinya ia menggandeng Jendra masuk ke dalam rumah.

"Ayo, ganti baju. Ikut Nana bentar," ajak Jaksa.

"Emang mau kemana?"

"Kencan."

Mata Jendra terbelalak.

"Gak usah melotot gitu. Udah sana cepetan ganti, Nana tunggu disini," ucap Jaksa seraya duduk di sofa ruang tamu.

Jendra masih menatapnya heran. Setiap bertemu dengan Jaksa, ada saja kelakuannya yang membuat Jendra takjub. Tindakannya selalu diluar dugaan.

"Kenapa? Apa mau Nana yang gantiin?" tanya Jaksa santai.

Jendra tak menjawab tapi ia langsung lari menuju kamar. Jaksa tersenyum melihatnya.

       

      

● BETWEEN TWO HEARTS ●

      

      

Sore itu Jaksa mengajak Jendra berkeliling kota. Mulai dari taman kota, pergi ke mall yang ada di tengah kota, hingga terakhir pergi ke sebuah cafe untuk minum kopi. Selama beberapa jam bersama itu membuat Jendra semakin mengerti Jaksa. Pribadinya memang unik, tapi ia menyenangkan. Jaksa bisa membawa diri dimana pun berada. Dia mudah akrab dan murah senyum. Tak seperti Jendra yang terkesan dingin dan angkuh.

Setelah puas berkeliling, kini mereka dalam perjalanan menuju rumah Jendra. Dalam perjalanan, tiba-tiba Jaksa menanyakan sesuatu yang membuat Jendra merasa tidak enak.

"Bi," panggil Jaksa.

"Ya?" Jendra menoleh.

"Aku sudah bener-bener gak ada di hati kamu ya, Bi?" tanya Jaksa.

Jendra menoleh, ia melihat ada kesedihan di wajah Jaksa. Jendra diam sejenak. Ia bingung bagaimana harus menjelaskannya.

"Na, bukan gitu. Kita terlalu lama berpisah. Dan aku terlalu lama menunggu. Aku lebih kecil dari kamu waktu itu. Setelah kamu pergi, kenangan waktu kita sama-sama perlahan terganti sama hal-hal baru."

Between Two Hearts | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang