Chapter 25

2.5K 192 6
                                    

Happy reading


        

      

Ceklek!

Pintu kamar Jendra terbuka. Jagad dan Marvin yang menanti di ruang tamu serempak mendongak menatap tangga yang terletak beberapa meter dari tempat mereka duduk. Tak lama Jendra dan seorang pria berusia 50 tahunan berjalan menuruni tangga seraya berbincang-bincang. Ia memberikan beberapa nasehat kepada Jendra dan ditanggapi remaja itu dengan anggukan.

"Bagaimana Dok?" tanya Jagad kepada pria tersebut.

"Jangan panggil saya dokter. Panggil saja Theo, seperti yang saya minta pada Jendra," ucap pria tersebut seraya menoleh kepada Jendra yang kini tengah duduk di sebelah ayahnya.

"Oh, maaf. Kalau begitu, Theo, bagaimana kondisi psikis Jendra?" tanya Jagad.

"Tunggu sebentar. Jendra, bisakah kamu menunggu di kamar terlebih dahulu? Saya butuh membicarakan ini dengan ayahmu," ucap Theo pada Jendra.

"Tentu, Theo. Kalo gitu saya tinggal dulu. Terima kasih banyak untuk bantuannya," ucap Jendra sopan.

"Sama-sama Jendra. Jangan segan menghubungi saya jika kamu ingin bertanya atau sedang membutuhkan bantuan saya," ucap Theo.

"Baik, Theo."

Jendra bangkit dari duduknya, lalu dengan sopan mengulurkan tangan seraya membungkuk kepada psikiater senior tersebut. Sang dokter menyambutnya seraya tersenyum.

"Istirahat yang cukup, makan yang cukup, lakukan kegiatan yang menyenangkan. Dan satu lagi. Berbahagialah, Jendra. Ada Ayah yang luar biasa di sisimu," nasehat Theo pada Jendra.

Jendra mengangguk. Ia kemudian berlalu menuju kamarnya. Tepat setelah Jendra menutup pintu, Theo memulai percakapan.

"Baiklah. Sebelumnya saya sudah sempat mendengar dari Marvin, bahwa Jendra pertama kali menunjukkan traumanya baru-baru ini. Padahal kejadian yang membuatnya trauma sudah terjadi 3 tahun yang lalu. Dan Anda, Pak Jagad, Anda tidak pernah mengetahui hal itu sebelumnya. Benar?" tanya Theo.

"Benar Theo. Saya tidak pernah tau Jendra selama ini memiliki trauma. Jendra tidak pernah menunjukkannya selama 3 tahun ini," jawab Jagad.

"Itu karena Jendra mengalami Amnesia Disosiatif," ucap sang dokter yang membuat Jagad dan Marvin cukup terkejut.

"Apa itu Amnesia Disosiatif, Theo?" kini Marvin yang bertanya.

"Akan saya jelaskan secara singkat. Amnesia Disosiatif merupakan keadaan dimana seseorang tidak mampu mengingat sebuah informasi yang bahkan sebenarnya dinilai sangat penting. Ingatan tersebut sebenarnya masih ada. Namun tersimpan sangat dalam di pikiran dan tidak dapat diingat. Singkatnya, penderita Amnesia Disosiatif memblokir informasi tertentu. Amnesia Disosiatif berkaitan dengan trauma psikologis yang bisa terjadi karena beberapa hal seperti kecelakaan dan stres."

"Stres?" tanya Jagad.

"Ya. Dan stres berat bisa terjadi karena akibat dari sebuah peristiwa traumatis."

"Jadi maksudnya, Jendra mengalami Amnesia Disosiatif karena sebuah peristiwa yang membuatnya trauma hingga stres?"

"Betul. Dan apa Anda tahu trauma apa yang membuatnya stres?"

"Apa ini trauma yang lain Theo?"

"Betul. Apa Anda sudah mengetahui kapan Jendra mengalami pelecehan untuk yang pertama kalinya?"

"Sudah, Theo. Jendra sudah menceritakan semuanya pada saya."

"Bagus. Jika Anda bisa mengingatnya, kejadian besar apa kiranya yang terjadi setelah peristiwa itu?"

Between Two Hearts | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang