Chapter 20

2.7K 193 1
                                    

Happy reading

        

        

Jendra memandang punggung Jaksa yang semakin menjauh. Ia masih terus mencerna kata-kata Jaksa. Mencoba mencari arti lain dari kata-kata tersebut. Namun yang terlintas di benaknya hanya satu. Arti dari kata meminta itu, tidak lain artinya melamar bukan?

"Aaarrgghh!" erang Jendra frustasi seraya mengacak rambutnya.

Ia lalu menyambar tasnya yang tergeletak di bawah kursi tempat ia duduk tadi. Lalu dengan tergesa-gesa hendak beranjak. Namun Harsa menahannya. Ia menyambar tangan Jendra.

"Jen, lo mau kemana?" tanyanya khawatir.

"Gak tau!" ucapnya seraya menghentak tangan Harsa.

Namun Harsa tak kurang akal. Ia segera berdiri dan menarik lengan Jendra dan dirangkulnya.

"Lepas!" ucap Jendra dingin.

"Gak mau! Bilang dulu lo mau kemana?" tanyanya.

"Jen, kamu mau kemana?" tanya Rendi yang tiba-tiba sudah berada di depan Jendra.

"Mau kemana bukan urusan lo!" ucap Jendra kasar.

"Jen, kok lo kasar banget sih sama Rendi!?" protes Harsa.

"Makanya berhenti ngeribetin gue! Kalian tau sendiri kan gue kalo emosi gak bisa ngontrol mulut gue!" Jendra makin emosi.

"Lepas!" ucap Jendra kasar seraya menghempaskan tangan Harsa.

Ia baru akan melangkah maju namun kali ini Marvin menghadangnya.

"Jangan pergi dalam keadaan emosi Jendra!" ucap Marvin tenang.

"Minggir!" ucap Jendra dingin.

Marvin tak beranjak.

"Saya gak akan biarin kamu pergi dalam keadaan seperti ini Jendra. Tenangin diri dulu," ucap Marvin masih dengan nada yang tenang.

Jendra menatap Marvin yang tengah menatapnya dengan tatapan lembut. Yang entah bagaimana bisa membuat Jendra menjadi lebih tenang. Ia menghembuskan nafas dalam-dalam. Lalu berbalik dan kembali duduk di tempatnya semula.

Harsa dan Rendi terheran-heran melihatnya. Bagaimana Marvin bisa meredakan emosi seorang Jendra? Dan bagaimana dengan tenangnya Marvin mendinginkan otak Jendra? Selama ini mereka berdua tak pernah bisa melakukannya.

Hal ini menarik perhatian Harsa. Apa Jendra dan Marvin sekarang menjadi dekat? Sehingga Marvin dapat mengendalikan emosi Jendra. Jika iya, seberapa dekat mereka? Bahkan Harsa yang sudah bertahun-tahun mengenal Marvin masih saja merasa memiliki jarak dengan pemuda itu.

      

      

● BETWEEN TWO HEARTS ●

       

       

Jendra memang tidak jadi pergi, tapi wajahnya benar-benar ditekuk dan ekspresinya sama sekali tak ramah. Membuat suasana diantara mereka berempat menjadi sangat tidak menyenangkan.

"Jen.." panggil Rendi lembut.

Jendra bergeming.

"Jendra, jalan lagi yuk," bujuk Rendi.

Masih tak ada reaksi.

"Jen, jangan diem aja dong," ucap Harsa.

"Trus gue harus gimana? Kalo ntar gue ngomong trus kalian pada sakit hati gimana? Malah nambahin masalah kan?" ucap Jendra ketus.

Between Two Hearts | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang