Chapter 28

2.1K 180 2
                                    

Happy reading

         

       

Makan malam antara Jagad, Jendra dan keluarga Yudha berlangsung hangat. Interaksi di antara mereka sangat baik. Banyak hal yang mereka bicarakan dan ceritakan. Namun diantara mereka berlima, Jendra nampak lebih banyak diam. Ia tidak banyak bicara. Hal ini disadari oleh Jaksa. Maka saat Jagad, Yudha dan Wieke sedang asyik berbicara, ia menyentuh tangan Jendra pelan. Jendra menoleh.

"Are you okey?" tanya Jaksa.

Jendra tersenyum. Ia menganggukkan kepalanya.

"Tapi kenapa kamu kelihatan murung?" tanya Jaksa lagi.

"Gapapa, Na. Aku baik-baik aja. Jangan kuatir," jawab Jendra.

Jaksa sebenarnya tak puas dengan jawaban Jendra. Belum lagi ia terngiang-ngiang saat beberapa hari lalu ia mendengar bahwa Jendra mengalami sakit mental. Sebenarnya ada apa dengan Jendra? Apa yang ia dan ayahnya sembunyikan?

"Na," panggil Jendra membuyarkan lamunan Jaksa.

"Ya?"

"Maafin aku waktu itu ya," ucap Jendra.

Jaksa tersenyum.

"Maafin aku juga kalo sudah kasar sama kamu, Bi," balas Jaksa.

"He'em. Gapapa."

Keduanya kemudian saling tersenyum.

Saat makan malam selesai, Yudha mulai membuka pembicaraan.

"Jagad, Jendra, sebenarnya kami kemari karena ada yang mau disampaikan," ucapnya.

"Apa itu?" tanya Jagad.

Yudha menoleh sekilas pada Jaksa. Kemudian ia beralih menatap Jendra dan Jagad dengan wajah serius.

"Maaf jika kesannya terburu-buru. Tapi, putra kami, Jaksa, ingin melamar Jendra," ucap Yudha mantap.

Jagad dan Jendra terkejut. Mereka saling memandang.

"Om, yang dibilang Papa benar. Saya mau melamar Abi. Dan kalau bisa dalam waktu dekat," ucap Jaksa membenarkan kata-kata sang ayah.

Pasangan ayah anak pemilik rumah masih tak ada yang memberi jawaban. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Bagi Jagad ini terlalu tiba-tiba. Ia bukan tidak suka pada Jaksa. Pemuda itu baik dan pekerja keras. Dia termasuk orang yang sangat tegas walaupun kadang suka bersikap konyol. Secara garis besar Jagad menyukainya. Hanya saja, keadaan Jendra sekarang ini tak diketahui oleh Jaksa. Apa jadinya jika Jaksa tahu keadaan Jendra yang sekarang? Dan lagi, kedekatan Jendra dan Marvin belakangan ini nampak tak biasa. Ia merasakan ada sesuatu di antara mereka berdua.

Di sisi lain Jendra pun memiliki pemikiran yang hampir sama dengan ayahnya. Ia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dan Jaksa tak mengetahui itu. Bagaimana jika Jaksa tahu ia memiliki sakit mental? Apa ia akan membatalkan lamarannya? Apa sebaiknya ia memberitahu Jaksa tentang keadaannya yang sekarang? Agar pemuda itu mengurungkan niatnya untuk melamarnya. Karena bagaimana pun Jendra memiliki Marvin sekarang. Bahkan mereka baru saja memulai hubungan mereka. Ia tak mau hubungan mereka berakhir.

"Jendra, kamu baik-baik saja?" tanya Wieke membuyarkan lamunan keduanya.

Jendra menoleh pada wanita itu. Ia memaksakan senyumnya.

"Jendra sudah bilang kan Tan, Jendra baik-baik aja," jawab Jendra.

"Tapi kamu banyak melamun Sayang." Entah mengapa Wieke merasa Jendra sedang menyimpan sesuatu dalam pikirannya.

Between Two Hearts | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang