Petal XIII

19 2 0
                                    

Prompt: Buat cerita yang diawali dengan kalimat terakhir cerita kalian di hari ke-6.

🍃🍃🍃

Shie berhasil bermanuver kembali ke atas, ketika gelembung dan cahaya membawanya pergi dari Bikini Bottom.

"Lalu? Apa kamu langsung sampai ke sini?"

Shie merenung sejenak, lalu tersenyum lebar. Matanya tetap berupa lingkaran sempurna tanpa bisa menutup sedikit pun. Ia memang tak punya kelopak. "Enggak. Aku masih melintasi banyak dunia lain, sebelum aku sampai ke daratan, tak jauh dari Danau Utara."

Kami semua diam.

"Jadi ...." Kakak memutus keheningan. "Sudah berapa lama kamu di daerah rumah kami?"

Shie, lagi-lagi, tampak merenung. "Berapa lama, ya? Waktu itu relatif. Dan makin membingungkan lagi karena keberadaan bunga ini. Aku bisa jawab sudah sejak sangat lama, dan saat itu kita saling kenal bukan dengan cara begini. Namun, nyatanya, kita baru kenal sekarang, 'kan? Atau, begitulah menurutmu."

Memusingkan. Kata "relatif" ini benar-benar membuat semuanya jadi bias tanpa patokan.

"Aku boleh tanya?" Ven mengacungkan tangan. "Kita mau ke mana sekarang?"

"Berkeliling tanpa tentu arah," jawabku.

"Masa depan," sahut Afra.

"Apa kita harus musyawarah?" celetuk Deha.

"Enggak ada gunanya. Di sini 'kan tembok keempat enggak berlaku. Kita enggak bakal ke mana pun selama dia enggak tahu tujuan." Rehan menunjukku sambil menunjukkan tampang betenya.

"Ke Bikini Bottom," sahut Shie yang kontan mengundang pelototan semua orang. Ia langsung mengangkat tangan. "Kalau gitu, kita ke asrama saja!"

"Asrama?" Sebagian besar melongo. Aku? Melengos.

"Benar, asrama yang jadi salah satu tujuanku. Oh!" Shie menjentikkan jari. "Benar, benang merahnya mengarah ke sana. Aku 'kan masih mencari adikku."

"Hmm, apa adikmu hilang?" tanya Kakak.

"Kamu kira, aku bisa sampai kelempar ke Bikini Bottom kenapa?" Shie langsung menggebu. "Orang hilang yang kucari itu, ya adikku!"

Kakak melirik Rehan. Yang dilirik langsung membuang muka.

"Aku butuh dua orang dari sana." Shie mengacungkan dua jarinya. "Dua orang yang mestinya juga pernah kamu temui." Ia kembali menunjuk Kakak.

"Kamu ini datang dari semesta mana, sih?" tanya Ivy. "Keberadaanmu lebih aneh daripada Ven atau Alba."

"Aku juga enggak tahu. Dimensi asliku di bawah laut berbeda dari kalian. Itu senada dengan dimensi kegelapan milik ... uhm, anu, seseorang." Shie salah tingkah sementara aku mendelik ke arahnya. Jangan bahas Clara di sini!

"Apa tujuan perjalananku kali ini itu untuk membantu jalan ceritamu?" tanyaku pada Shie.

Shie tersenyum. "Enggak tahu. Kita 'kan hanya mengumpulkan kepingan takdir. Apa yang akan terjadi nantinya, enggak usah dipusingkan."

"Cih, sok bijak."

"Dia memang begitu." BZ tiba-tiba muncul. Ia nyengir lebar dan melambai pada Rehan. "Halo, Mastah! Kita ketemu lagi."

Rehan tampak tak peduli.

"Perasaan, beberapa hari lalu, kamu ada di sini bareng X?" tanyaku. "Kalian keluyuran lagi, ya?"

BZ bersiul-siul. Mengesalkan.

"Kami juga mencari seseorang," sahut X yang juga muncul tiba-tiba. "Kami mewujud karena kamu panggil. Tapi, ada satu lagi yang enggak ikut muncul."

"Seseorang itu ... kalian juga mencari RI?" tanyaku memastikan.

"Tentu saja! RI itu juga bagian dari kami—dari kamu. Kami timpang tanpa dia. Kamu juga, 'kan? Bukankan kamu enggak stabil akhir-akhir ini?" BZ mendekatkan wajah ke hadapanku, aku berjengit. "RI ke mana?!"

"A-aku enggak tahu ...."

"Nah, mana tahu kawan kalian itu juga ada di asrama?" Shie kini nyengir, lalu menggelosor dan bertopang dagu dengan santai. "Ah, menjelang sore. Asyik juga, ya, kayak begini."

Kami semua terdiam, memandang ufuk yang memerah di kejauhan. Perlahan, sebuah bayangan besar tampak makin jelas, seolah ia fatamorgana yang bisa menghilang tiba-tiba.

"Itu dia tempatnya," ucap Shie. "Tempat yang tidak bisa dimasuki begitu saja dari kenyataan."

"Tapi Terra bisa." Aku menepuk kendaraan kami. "Ayo, Terra, kita ke sana."

Kerlap-kerlip yang menandakan perpindahan dimensi bermunculan ketika Terra melakukan manuver ke arah bayangan aneh tadi. Begitu saja, kita sudah berada di tempat yang seratus delapan puluh derajat berbeda dengan sebelumnya.

"Aku menemukannya," ucap Shie tiba-tiba. "Ayo. Akan kutunjukkan siapa mereka."

(Bersambung)

🍃🍃🍃

Tare teler. Udah.

12/6/23
zzztare

Bunga Kenangan: Kisah-Kisah yang TertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang