Prompt: Buat cerita di mana tokoh utama hari ke-9 bertemu dengan tokoh utama hari ke-21.
Lha, ini mah ga ada yang beda. Hari ke-9 Tare menggalaukan RI, hari ke-21 RI nongol.
🍃🍃🍃
Rapat ditunda.
Beberapa yang sudah masuk ke konferensi video mengundurkan diri. Sambungan Bunga Kenangan diputus. Tinggallah kami, ber ... empat belas?
Mestinya, tidak begini.
Aku menghitung hari. Sepekan lagi Juni habis. Ya ... tinggal sepekan lagi, sementara, masih ada beberapa cerita yang mengantri.
Yah, terus gimana, dong?
"Kalau hari ini aku aja yang cerita, gimana?"
Kami semua menoleh. Ivy mengacungkan jari dengan sukarela.
"Mau cerita apa?" tanyaku. "Soal lima belas—"
"Bukan itu!" Ivy langsung memotong.
"Aku saja."
Kali ini, kami semua menatap RI.
"Kamu mau ngasih petuah?" timpal BZ. "X aja, sekali-kali, biar dia bicara."
Pandangan kami berpindah, ke sosok bayangan yang lebih banyak diam itu.
"Aku?" X mengeluarkan suara. "Aku tidak punya cerita."
"Ceritakan saja asal mulamu," bujuk BZ.
"Aku tidak punya asal mula."
"Hilih! Ngomong kok templat." BZ menggebuk X. Jangan tanya aku bagaimana caranya, mereka itu entitas yang serupa, jadi mestinya bisa bersentuhan.
"X muncul sekitar akhir 2021," ucap RI akhirnya. "Karena, aku tidak sanggup meng-handle semua emosi itu."
"Emosi?" celetuk Tora.
"Lihatlah kami!" seru BZ tiba-tiba. "Tak berwujud pasti, hanya merupakan pecahan sifat dari satu orang." Ia menunjukku.
"Lalu datang ke duniaku dan menerorku?" sahut Rehan sengit.
"Itu ... tanyakan langsung ke orangnya." BZ tetap menunjukku.
"BZ itu asyik, 'kan?" Aku nyengir. "Jarang-jarang kamu menemukan kepribadian yang los sekaligus ngeselin begitu."
Tiba-tiba, latar di sekitar kami bergelombang. Terra baru saja melalui sebuah "gerbang". Berikutnya, yang terhampar di hadapan kami adalah bebatuan dan padang pasir yang tampak ganjil.
"Terra, kamu bawa kami ke mana?" tanyaku.
Tentu saja Terra tidak bisa menjawab.
"Ini bukan asal kita, 'kan, Al?" tanya Ven pada kameradnya.
"Bukan. Enggak ada bekas-bekas polusi di sini," sahut Alba.
"Apa ini masa depan?" tanya Afra.
"Apa masa depan maksudmu itu adalah masa depanku juga?" tanya Tora, meski perkataannya tidak jelas.
Pasir, batu, dan kehampaan. Di mana ini?
"Tare, gawat. Sambungan terputus," ucap Deha tiba-tiba.
"Sambungan apa?"
"Kemampuan Bunga Kenangan ...."
Aku mendelik.
Sudah cukup kemarin tiba-tiba aku menyasar di "dunia orang mati," aku tidak mau terpisah dari rombongan lagi. Pasalnya, kulihat mereka semua makin samar, hilang, menjauh dari pandanganku. Sementara, RI di sisiku, memegang bahuku.
"Get a grip on yourself," ucapnya. "Ada keanehan. Dan keanehan di sini, sudah pasti adalah akibat alam bawah sadarmu."
"Alam bawah sadarku ...."
Benar.
Mereka tidak ada tanpa pikiranku. Mereka melakukan seperti apa di dalam bayanganku. Semua ini semu. Fantasi. Imajinasi. Khayalan ....
Buat beberapa hari ke depan, biarkan mereka berjalan sendiri, ya?
Aku terpana. Siapa itu?
Kamu enggak perlu di sini untuk mengontrol mereka. Ayo pergi ... untuk mengurus tanggung jawabmu di kenyataan.
Baiklah ....
....
....
Sesuatu menarik tanganku, sebelum pandanganku menggelap.
(Bersambung)
🍃🍃🍃
JKT, 23/6/23
zzztare
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Kenangan: Kisah-Kisah yang Tertahan
Short Story[Dalam rangka Daily Writing NPC] ✨Mengandung spoiler, canon, dan headcanon dari semua OC Tare✨ Jika ada ruang, waktu, linimasa, dan dimensi yang berbeda, apakah ada yang merekam jejak itu semua? Ataukah mereka berjalan masing-masing, beriringan, ses...