Petal VII

11 3 3
                                    

Prompt: Buat cerita berdasarkan profesi kalian saat ini. Boleh didasarkan pada profesi atau jurusannya saja, tempat kerja/kuliahnya saja, atau keduanya.

🍃🍃🍃

What is my profession, actually?

Saat ini, atensi sebagian besar sedang beralih ke Afra. Gadis kecil itu asyik menjelaskan banyak hal sambil memproyeksikan sesuatu dengan ... smartwatch-nya, mungkin? Sementara, aku menghampiri Ivy, menyeretnya ke satu tempat.

"Apa? Mau konsultasi cinta lagi?" tebak Ivy.

"Nope. Mau tanya satu hal yang lain." Aku menghela napas. "Apakah mengasuh dua bocah titipan itu ribet?"

"Ha?" Ivy ternganga. "Setelah sekian lama, kamu baru nanyain sekarang?"

"Yaaa maaf. Tapi, kayaknya kamu menikmati aja, ya?" Aku duduk menjeplak lalu bersandar ke pohon.

"Ya, mereka berdua udah sangat terbiasa hidup mandiri tanpa orang lain. Aku cuma membantu mereka menyesuaikan diri." Ivy ikut bersandar. "Ada apa?"

"Kalau begitu, kamu enggak perlu mengurus segala sesuatu sampai printilan mereka, 'kan."

"Enggak, sih. Kenapa?"

Aku menghela napas. Sudahlah. Bukan waktuku untuk sambat di sini. Meski begitu, pikiranku buntu. Aku kini terkapar, sedangkan Ivy diam saja di sampingku, dan yang lainnya mulai mendekat.

"Kau enggak pergi?" Rehan yang pertama buka suara.

Aku bangkit dan melihat rombongan di hadapanku. Ramai juga, ternyata. Lalu, yang menghampiriku adalah Laila.

"Taman ini sudah jadi anomali," bisiknya. "Terlalu banyak linimasa yang berkumpul di sini."

"Hah, kamu paham?"

Laila hanya tersenyum.

"Aku mau tanya," ucap Kakak. "Poin utama kami di sini, sekarang ini, untuk apa?"

"Apa pertanyaan itu untukku?" tanyaku.

Kakak mengangguk pasti. "Bukannya kamu tadi membatin, pekerjaanmu itu apa sebenarnya?"

"Kamu baca pikiranku?"

Kakak nyengir.

"Pekerjaanmu itu pengkhayal." Tora geleng-geleng kepala. "Enggak mengganggu ketertiban umum, sih, tapi enggak ada faedahnya juga."

Aku diam saja.

"Tapi bukannya itu berguna untuk dirimu sendiri?" Ivy menepuk bahuku.

"Aku ...."

Suasana mendadak lengang. Aku menengadah dan teringat sesuatu.

Segala sesuatu yang ada di sini adalah isi pikiranku. Jika ada berbagai karakter yang muncul, topik obrolan yang berubah-ubah, atau apa pun ... itu semua karena begitulah suasana pikiranku. Kacau balau. Aku sampai tidak tahu apa yang sedang kuperbuat sekarang.

Pengkhayal tidak akan bisa disebut sebagai profesi. Itu memang pekerjaan, tetapi bukan sebuah bidang; seperti kata Tora tadi, tidak ada faedahnya. Apa yang kuperbuat di dalam khayalan, Hayalan ini, adalah untuk diriku sendiri. Soal pertanyaan Kakak tadi, poin mereka semua berkumpul di sini sekarang, jawabannya adalah ... demi aku.

Dunia ini ada untukku.

Lantas, mengapa aku menciptakannya?

Sebuah mekanisme koping, soal apa yang sebenarnya sedang kulakukan.

Aku tidak ingin membahasnya di sini, tetapi kusebutkan salah satu clue-nya: caregiver, di luar kesibukan lain yang tentunya banyak.

"Kita semua pergi," ucap Tora. "Afra juga."

"Nope! Aku dan Laila tetap di sini." Risa buru-buru menyambung. Ia lantas mengabsen semua yang ada. "Sembilan orang ... eh, sepuluh?" Ia tergagap melihat Shie.

"Aku juga enggak ikut—"

Ucapan Edi terpotong seruan Rehan. "Kamu ikut!"

"Aku banyak kerjaan—"

"Deadline enggak berlaku di keadaan begini!"

"Kamu memicuku," dengkusku.

Kata pergi.

Yang kami maksud pergi adalah menjelajah gerbang dari waktu ke waktu, tempat ke tempat, dimensi dan semesta. Perjalanan untuk melihat hal-hal ajaib yang mungkin tak terpikir sebelumnya, seenak saja ke mana alam pikiranku membawa.

Aku mengepalkan tangan. Ah, aku butuh pegangan. Lagi, kurasakan kerinduan itu. Kapan ia akan kembali menampakkan diri? Aku jadi tidak stabil, selama ini.

"Baiklah. Ayo semuanya, setelah ini kita pergi."

(Bersambung)

🍃🍃🍃

Saya ga tau nulis apa ini, karena saya lagi agak sedih. 🙁

jkt, 7/6/23
zzztare

Bunga Kenangan: Kisah-Kisah yang TertahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang