21 : Sebuah rasa

56.3K 4.3K 380
                                    

Happy Reading

***

Rei diam menatap Lian yang sedang mengikat tali sepatunya di bawah. Ia sangat yakin bahwa perasaan aneh yang selama ini menghantui dirinya adalah perasaan suka terhadap lelaki itu.

Rei sadar bahwa tindakannya itu salah, dan Ia tidak seharusnya menyukai Lian. Lian lebih pantas di sandingkan dengan seorang wanita, bukan dengan seorang lelaki sepertinya.

Rei meremas ujung bajunya kuat. Memikirkan hal itu saja membuat dirinya sangat rendah sekarang.

Seharusnya dari dulu Ia sudah membuang jauh jauh perasaan itu.

"Nah udah, gapapa kan kegedean?" ucap Lian yang telah selesai mengikat tali sepatu Rei

"...." Suasana menjadi hening sejenak.

"Ian, gue mau ngomong" tiba tiba Rei mengangkat suaranya

"Hm? Ngomong aja"

"Setelah itu, tolong jangan benci gue." ucap Rei sambil menunduk

Lian terkekeh "Apaan sih serius amat"

"Bisa?"

Lian menghela nafasnya "Iya, gue gak akan benci lo. Gak akan pernah."

"....."

"Ayo ngomong, gue dengerin"

Rei menatap kedua mata Lian. Ia sudah tidak tahan lagi menyembunyikan perasaannya. Walaupun Ia tau resikonya akan besar jika Ia berkata jujur, tapi Rei tidak bisa terus menerus melarikan diri.

Rei mencintai Lian. Dan hal itu tidak bisa Rei tanggung lebih lama lagi.

"Gue cinta sama lo, Ian."

Satu kalimat yang diucapkan Rei benar benar berhasil membuat Lian membeku seperti es.

Rei diam meremas ujung bajunya kuat. Ia benar benar melakukannya, dirinya akhirnya benar benar mengatakan hal itu.

"Rei.."

Rei menutup kedua matanya karena takut dengan jawaban yang akan keluar dari mulut lelaki itu.

Saat Lian bangkit dari tanah, Rei semakin meremas ujung bajunya. Apa setelah ini Ia akan di benci? Apa Ia tidak akan pernah melihat wajah Lian lagi?

"Ayo pulang, lo pasti capek" ucap Lian

"....."

"Kita tinggalin aja Mahesa."

Rei langsung mendongak menatap Lian yang sedang memalingkan wajahnya dari dirinya.

Lelaki itu tidak menolaknya namun mengalihkan pembicaraan mereka. Kenapa rasanya sakit sekali?

"Ian-"

"Lo mau ikut gue pulang atau nunggu Mahesa?" potong Lian

"....."

Sedetik kemudian Rei pun bangkit dari tempat duduknya "Gue ikut lo"

~

*Rumah Rei*

Rei turun dari motor Lian kemudian melepaskan helmnya dan memberikannya pada lelaki itu.

"Gue pulang dulu" ucap Lian

Rei diam. Lagi lagi lelaki itu tidak menatap kedua matanya.

"Ian, lo benci sama gue?"

"E-enggak, lo ngomong apaan sih?"

"....."

"Gue pulang sekarang" ucap Lian kemudian menjalankan motornya menuju rumahnya

Rei diam menunduk menatap tanah. Memang apa yang Ia harapkan? Lian akan bahagia setelah mengetahui sahabatnya sendiri mencintai dirinya?

Bestfriend or Boyfriend? [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang