"Rea!"
Rea menoleh dan mendapati Vani tengah berlari ke arahnya.
"Kok Lo masuk? Katanya Lo sakit!" Vani memperhatikan Rea dengan seksama. Tangannya terulur Menyentuh dahi Rea, untuk mengecek suhu badannya. "Gilak! Panas banget!"
"Apaan sih Van?!" Rea menurunkan tangan Vani. "Gue Baek-baek aja!"
Vani mengerutkan keningnya. "Hah.. orang rabun pun tahu, kalo lo nggak baik-baik aja pe'ak!"
"Pucat gini muka lo. Kek mumun.." Vani mencengkeram kedua pipi Rea secara halus, dan menggerakkannya ke kanan dan ke kiri.
Rea menepis lagi, "Vaannnn.."
"Ok Ok!" Vani melangkah mengikuti langkah kaki Rea yang tidak seperti biasanya.
"Re? Hari ini ada praktek, emang lo kuat?" Rea diam saja tidak menjawab, dia sudah fokus dengan langkahnya yang pelan.
Tubuhnya sedikit lemas, namun dia tetap memaksa untuk masuk. Alasannya satu, Rea tidak ingin ketinggalan pelajaran. Entah pelajaran apapun itu.
Sementara dari kejauhan, Alexis mengamati dua orang gadis itu. Entah malaikat apa yang merasuki dirinya. Semalaman dia tidak bisa tidur dengan tenang. Pikirannya terus tertuju pada Rea. Hingga pagi tadi dia putuskan untuk pergi mengawasi perempuan itu.
"Sorry.." bisik lirih Alexis, saat melihat keadaan Rea yang menyedihkan.
Alexis kembali memakai kacamata hitamnya. Lalu berjalan pelan mengikuti Rea.
Entah kenapa hatinya tidak tega melihatnya. Namun, sisi lain hatinya menolak untuk menerima semua hal yang sudah terjadi. Dan membuat Alexis enggan mengakui kesalahannya. Untuk saat ini, biarlah dia diam dulu. Mungkin mengawasi dari jauh bukanlah hal yang buruk.
Alexis akan mencoba berbaik hati, kepada Rea, dan membantu perempuan itu secara diam-diam. Mungkin ini jauh lebih baik dari pada tidak melakukan apapun.
"Ngapain lo kesini?" Pertanyaan itu mengagetkan Alexis. Dari sekian banyaknya manusia di kampus ini, kenapa Alexis harus bertemu dengan dia. Dalam hati Alexis mengutuk Davi.
"Bukan urusan Lo!" Sinis Alexis. Lalu dia lanjut berjalan.
Davi mencengkeram tangan kanan Alexis.
"Tunggu! Lo nguntit Rea ya?" Davi mendesis di depan wajah Alexis."Gue bilang, itu bukan urusan Lo!" Bentak Alexis. "Lepas!" Alexis menghempaskan tangan Davi hingga terlepas. Dia menyentuh pergelangan tangannya yang panas, karena cengkraman Davi. Alexis menatap Davi kesal. Davi ini Walau badannya kecil, tapi tenaganya luar biasa.
"Jangan bilang, Lo suka sama dia?" Davi mendelik menatap Alexis.
"Suka Matamu!" Jawab Alexis dengan spontan.
Hal itu membuat Davi sedikit terkejut. Dia memandang Alexis dari atas sampai bawah. "Cewek jadi-jadian kayak lo, mau coba deketin Rea?" Davi terkekeh, mengejek Alexis.
Kesal di tertawakan, Alexis mendekati Davi dan berkata lirih. "Sebelum lo ngejek gue, harusnya lo ngaca!" Alexis menunjuk wajah Davi. "Seenggaknya, Wajah gue nggak pake topeng kayak wajah lo!"
"Gue bangga jadi diri gue sendiri. Nggak munafik kayak lo! Pacaran sama cewek, tapi tidur sama cowok orang!"
Mendengar itu, Davi yang tadinya tersenyum mengejek kini hanya bisa diam terpaku. Namun itu hanya bertahan sebentar. Karena setelahnya, Davi kembali tertawa. Namun kali ini, tawanya terlihat menyedihkan. "Topeng ya?"
"Gue akui, gue emang pakai topeng. Tapi tunggu, Lo bilang lo nggak pakai topeng?" Davi terkekeh.
"Lo ngaca juga sana! Biar lo tahu, setebal apa Topeng Lo! Dan mana yang lebih buruk, Mana yang lebih menyedihkan! Dasar Banci!" Desis Davi di akhir kalimatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN NONA (Hug My Heart)
RandomKisah Rea Si cewek tomboy dan Alexis Si Lady Boy