Rea menatap pantulan dirinya di depan kaca wastafel toilet Mall. Hari ini, Rea menuruti kemauan Vani untuk jalan-jalan bersama. Untungnya, Vani tidak keberatan saat Arta meminta ijin untuk ikut bersama mereka.
Tadi, Bocah itu memaksa Rea untuk mengajak serta dirinya.
Mengingat Arta mungkin merasa bosan jika berada di rumah dan tidak melakukan apapun, jadilah Rea meminta ijin pada Vani untuk membawa serta Arta.Rea mencuci tangannya, setelah itu mencuci wajah dan menyisir rambutnya yang dia potong lagi beberapa hari yang lalu dengan tangan basahnya.
Lagi-lagi Rea menatap pantulan wajahnya, yang terlihat lebih tirus dari sebelumnya. Lalu pandangannya jatuh pada perutnya yang tidak lagi segendut bulan lalu. Karena terlihat jelas, Hoodie kesayangannya lebih longgar dari sebelumnya saat menutupi tubuhnya.
Rea menghela nafas lelah. Masalahnya bukan itu yang tengah Rea pikirkan. Ada hal lain yang menggangu pikirannya.
Harusnya Rea sudah mendapatkan bulanannya minggu lalu. Dan ini, Sudah satu bulan lebih sejak kejadian malam itu.
Dan lagi, beberapa hari ini entah kenapa Rea selalu merasa pusing dan mual di pagi hari. Rea berharap dia hanya sedang stres saja, karena terlalu banyak pikiran.
"Huh!" Rea kembali membuang nafas kasar. Rea kembali mencuci muka, lalu mengusap wajahnya dengan sedikit kasar.
Pintu kamar mandi terbuka. Namun Rea tetap melakukan kegiatannya, tanpa merasa terganggu sedikit pun.
Namun, saat Indra penciumannya mencium bau parfum perempuan di belakangnya, Rea tersentak kaget dan reflek berbalik. Walau malam itu bau alkohol lebih mendominasi, tapi Rea tidak akan pernah melupakan bau parfum ini. Karena Rea diam-diam telah mengambil pakaian wanita itu, pada malam itu. Ingat! Baju Rea di rusak, jadi bukan salah Rea jika dia lancang mengambil bajunya, tanpa ijin.
"Kamu!"
Reflek Rea berteriak, dan membuat perempuan yang baru masuk itu terkejut. Nampak sekali perempuan itu ketakutan. "Tolong.." pintanya, dengan sangat lirih. Suaranya yang lemah dan lembut mengusik pikiran Rea.
Tidak mungkin dia orangnya, suaranya sangat berbeda.
Rea yang tadinya merasa takut dan kesal, sekarang menjadi melembutkan tatapan matanya. "Lo kenapa?"
"Tolong, Seorang pria terus saja mengikuti saya.." wajahnya memelas, bahkan air matanya tampak menumpuk di pelupuk matanya.
"Itu sebabnya Lo milih masuk ke sini?" Rea terkekeh. Mengingat jika pria tidak akan berani memasuki toilet wanita.
Rea tidak tahu, siapa yang menggangu perempuan itu, atau kenapa perempuan itu di ganggu oleh seorang pria. Bisa saja karena kecantikannya. Rea tidak tahu. Tapi rasanya, Rea ingin sekali menolongnya.
Padahal, jika dipikir-pikir Rea bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain. Namun, entah kenapa sejak pertama kali melihat perempuan itu bulan lalu, hatinya terasa tergelitik dan begitu tertarik dengannya.
"Saya minta tolong, temani saya.. anterin saya.." pinta perempuan itu.
"Ok! Ayo gue temenin.."
Mereka berjalan saling membelakangi, dengan Rea yang berjalan terlebih dahulu. "Gue harus nemenin Lo sampai mana?" Tanya Rea.
Yang di tanya demikian malah merasa kikuk. "Saya takut pulang sendirian." Cicitnya.
"Jadi Lo minta gue anterin sampai rumah Lo? Gitu?" Tanya Rea dengan sedikit tertawa.
"Iya.." jawab perempuan itu dengan lirih. Yang membuat Rea langsung menghentikan tawanya. Rea kira perempuan ini tadi hanya bercanda.
"Siapa sih yang gangguin Lo?" Tanya Rea.

KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN NONA (Hug My Heart)
De TodoKisah Rea Si cewek tomboy dan Alexis Si Lady Boy