22. Pacarku, Ganteng kan?

64 10 1
                                    


Sorry typo bertebaran 🙏

********

Seperti biasa, jam makan siang Alexis habiskan untuk melihat Rea bekerja. Sekaligus memantau keadaan Rea, dengan alasan makan siang.

Sepiring chicken salad dan segelas coklat panas menemani siang Alexis. Meski begitu tangannya tetap sibuk menorehkan pensil diatas kertas untuk membuat gambar-gambar yang menghasilkan puluhan juta di rekeningnya.

Beberapa kali pikirannya beradu pada kejadian dua hari lalu. Bahkan sudah dua hari berlalu, ciuman Rea, pernyataan cinta gadis itu, dan pertanyaan Alex masih berputar di otaknya. Benarkah dia cemburu pada kedekatan Alex dan Rea? Itu terasa aneh untuknya. Karena rasanya tidak sama ketika dia merasa marah akan kedekatan Andrew dan Davi sialan itu.

Bahkan ketika Alex menyentuh Rea, dan belum mencium punggung tangannya, Alexis merasa tidak suka. Seperti perasaan ketika barang berharga milikmu diambil paksa oleh orang lain.

"Hah!" Alexis membanting pensilnya diatas meja dengan pelan. Tangannya meraih garpu dan menusuk ayam yang sudah di panggang dan berlumur mayonaise sauce itu dengan kasar, lalu melahapnya.

Dia menatap Rea yang masih sibuk mondar-mandir melayani pelanggan. Bahkan sejak dua hari lalu, gadis itu sedikit menjaga jarak darinya. Dan Alexis merasa kesal karena di abaikan seperti itu. Bahkan lebih kesal dari pada saat pesannya tidak di jawab oleh Andrew.

Selama dua hari ini pula Alexis selalu merenung sambil menatap bunga mawar pemberian Rea yang dia taruh di sebuah vas kecil. Alexis tidak ingin bunga itu mati dengan cepat. Sesekali dia tersenyum karena teringat dengan tingkah konyolnya yang sering khawatir tanpa sebab pada Rea dan bayinya. Ralat Bayi mereka.

"Ale?"

Alexis mendongak melihat ke arah suara yang sangat dia kenali. "Drew?" Ya, Andrew. Andrew tersenyum pada Alexis. Sementara Alexis mendengus dan membuang muka ke arah lain.

"Ya?!" Tanya Alexis cuek.

Andre yang mendapati perlakuan seperti itu hanya bisa tersenyum pasrah. Tanpa di persilahkan duduk, pria itu menarik kursi dan duduk di depan Alexis.

"I miss you.." kata Andrew, membuat Alexis menatap kearahnya. "Okay.. I'm sorry Al.." Andrew memelas pada Alexis.

"Kamu tahu sendiri, aku nggak bisa hidup tanpa uang papaku. Aku nggak bisa meninggalkan semua itu." Ucap Andrew.

Alexis tersenyum, "Termasuk nggak bisa meninggalkan Davi juga?" Sinis Alexis membuat Andrew kelabakan.

"Aku udah selesai sama Davi, Al.. bocah itu cuma teman satu malam aku aja." Kata Andrew.

"Kayaknya sekarang aku udah nggak butuh penjelasan kamu deh Drew." Alexis tersenyum tipis. "Dan kita nggak perlu ketemu atau sok kenal lagi. Kamu juga udah punya istri kan? Anggap aja kita nggak pernah saling kenal sebelumnya." Kata Alexis.

Andrew menggeleng, ini adalah sebuah kebetulan dia melihat Alexis berada di sini. Dia benar-benar menyesal dan merindukan kekasihnya itu. Tadi dia mengantarkan istrinya pergi ke pet shop yang berada di samping cafe ini. Saat dia keluar dia tidak sengaja melihat Alexis keluar dari mobilnya. Dan Andrew tidak bisa mengendalikan dirinya untuk menemui Alexis.

"Al aku mohon.. aku masih sayang sama kamu."

Andrew menggenggam tangan Alexis yang berada di atas meja. "Kamu bisa nunggu aku kan Al? Setahun aja.. kasih aku waktu satu tahun. Setelah Lili hamil aku akan tinggalin dia, dan kita bisa bersama." Bujuk Andrew.

Alexis melepas genggaman tangan Andrew dengan kasar dan menyilangkan tangannya di dada. Alexis sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, "Cukup Gue aja yang Lo permainin Drew, Istri Lo jangan!" Desis Alexis di depan wajah Andrew yang langsung menegang. Alexis bahkan tidak pernah berbicara sekadar itu padanya.

TUAN NONA (Hug My Heart)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang