Seharian ini Naya mengekori Hyunsuk dari gedung satu ke gedung lain. Mall satu ke mall lain. Sampai restaurant satu ke restaurant lain.
"Gimana menurut lo?" tanya Hyunsuk untuk kesekian kalinya.
"Menu ini, pak."
"Yakin?"
"Berdasarkan informasi dari manager Sena, menu ini takaran kalorinya paling pas dengan Sena. Selain itu, Sena juga suka steik." jelas Naya.
"Ok, saya pesan yang ini untuk besok." putus Hyunsuk dengan senyum yang terus mengembang sejak tadi pagi.
"Baik, pak. Sudah saya reservasikan untuk meja bapak besok, dengan menu yang sudah bapak pilih." ucap salah satu karyawan restaurant tersebut.
Setelah itu, Jihoon mengurus pembayaran untuk reservasi. Sedangkan Hyunsuk memainkan handphone nya dengan masih tersenyum.
Sementara Naya, masih dengan muka datar tanpa minat. Hari ini Naya hanya terpaksa terlihat sedikit berminat ketika ditanyai pendapat oleh Hyunsuk.
"Thank you, pendapat lo bener-bener membantu." Ucap Hyunsuk pada Naya.
"Sama-sama, pak."
"Naya," panggil Hyunsuk dengan tatapan memicing, terlihat sedikit tidak suka.
"Iya, pak?"
"Kalau di luar kantor lo gak usah panggil gue dengan sebutan pak. Pake lo-gue aja."
"Iya." jawab Naya singkat. Ia benar-benar sudah lelah dari tadi pagi sampai malam ini, kesana-kemari membantu bos nya mempersiapkan kejutan untuk lamaran sang kekasih.
"Karena lo cewek, hari ini gue butuh bantuan lo." Kira-kira seperti itulah ucapan Hyunsuk tadi pagi. Padahal jelas, meskipun sama-sama perempuan, Naya dan Sena berbeda dari segi apapun.
"Halo, sayang?... Udah selesai?... Oke, aku jemput sekarang." ucap Hyunsuk ketika panggilan masuk ke ponsel nya.
"Ji, mobilnya gue bawa. Lo bisa telfon sopir gue buat anter lo balik."
"Gampang gue nanti."
"Ok, jangan lupa nanti transfer ke Naya." Ucap Hyunsuk dan menepuk pundak Jihoon sebelum meninggalkan lelaki itu.
"Nanti Jihoon yang urus. Kita impas." ucap Hyunsuk pada Naya sebelum lelaki itu pergi.
Mood Hyunsuk benar-benar bagus hari ini. Dia bahkan seperti lupa, Naya lah perempuan yang hampir memerasnya. Namun, lelaki tampan itu tidak bersikap buruk sama sekali kepada Naya.
"Terimakasih, pak."
"Eits, gue udah bilang. Jangan panggil kayak gitu kalau lagi gak di kantor." peringat Hyunsuk.
Naya pun hanya mengangguk. Seharian ini ia melihat sisi lain dari bos nya itu. Hyunsuk sangat murah senyum, sopan, dan baik kepada siapapun. Termasuk Jihoon, Naya, dan bahkan pelayan restaurant sekalipun.
Naya menatap kepergian Hyunsuk. Dari tadi Naya berpikir bahwa Sena adalah perempuan yang beruntung memilki Hyunsuk. Hyunsuk tidak seperti lelaki di sekelilingnya selama ini. Papa, lelaki pertama yang ia percaya dan sayangi malah korupsi serta ikut merencanakan pembunuhan. Lalu Junkyu, lelaki yang dingin, kasar dan suka membentak.
Hyunsuk berbeda.
"Nay," panggil Jihoon yang membuyarkan lamunan Naya. Naya pun merubah raut wajahnya menjadi datar kembali dan berbalik badan ke arah Jihoon.
"Balik sama gue?" tanya Jihoon karena Naya tidak bersuara sama sekali.
"Gue balik sendiri."
"Udah malem, Nay. Mending lo-" perkataan Jihoon terputus karena Naya sudah berjalan menuju ke luar restaurant.
KAMU SEDANG MEMBACA
Money for LOVE [CHOI HYUNSUK] || END✨️
Teen Fiction"Apa yang lo mau?" "Uang" "Cuma itu?" Hyunsuk tersenyum miring, meremehkan. "Ok, gue turutin mau lo!" Music play: {Dear Moon by JeHwii} {Can you hear my heart? by IU} Note: Di cerita ini akan terdapat adegan dan kata kasar yang gak patut sama sekal...