ANGRY ZIONATHAN

878 56 9
                                        

•°★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•°★

Jo dan Jarrel sungguh tidak mengerti dengan Zionathan. Laki-Laki itu terus mengeluh soal laptop yang rusak, namun entah mengapa tak kunjung diperbaiki saja atau beli yang baru.

"Lo mau misuh-misuh gimana juga tuh laptop gak akan nyala sendiri. Pesulap lo? Hah?" Jarrel sudah cukup dengan kelakuan absurd temannya.

"Tau. Tinggal ke tukang service laptop apa susahnya?" timbal Jo.

Zionathan mendesah panjang. Ada beberapa hal yang membuatnya ragu untuk menyerahkan laptop ini pada ahlinya. "Gue takut isinya hilang atau kenapa-kenapa."

"Apa memang isinya? Tugas sama bisnis café lo itu?"

"Itu dan ada hal lainnya."

Sontak kedua laki-laki itu menatap Zionathan penuh curiga. "Nyimpen apa lo di dalam situ? Mencurigakan."

"Bantu gue cari solusi," balas Zionathan.

"Solusinya cuma lo kasih ke service atau beli baru," jawab Jo. Hanya itu solusinya. Apa lagi? Ia rasa Zionathan pun sudah tahu akan solusinya. Entah mengapa dia malah pusing sendiri.

Jika satu folder itu hilang dan tidak bisa ia dapatkan kembali, entah dia harus bagaimana. Soal bisnis dan tugasnya memang mengkhawatirkannya, tapi folder yang satu itu lebih parah tingkatnya. Sebenarnya itu yang menjadi kegelisahan sesungguhnya. Maisya pun tidak tahu akan hal ini.

Zionathan pun memutuskan untuk tetap memperbaiki laptop miliknya. Membutuhkan waktu beberapa hari untuk memperbaikinya, jadi dia berakhir membeli laptop baru untuk mengerjakan tugas juga urusan bisnisnya.

"Kamu beneran gak bisa anter aku pulang?"

"Aku harus langsung pulang untuk kerjain tugas."

"Tugas?"

"Iya. Deadline lusa dan tugas yang seharusnya udah selesai itu ada di laptop aku yang masih diperbaiki. So, I need to work on it asap."

Maisya terdiam sejenak. Ia mengambil tangan Zionathan untuk ia genggam. "I can help if you want."

"No, it's fine. Brianna katanya mau bantu aku."

Kalimat itu tidak terdengar baik di telinga Maisya. "Brianna?"

"Iya."

Mengapa harus Brianna? Dia saja bukan berasal dari jurusan yang sama. Maisya tahu dia harus lebih mengontol perasaannya terkait Brianna, tapi untuk saat ini ia tidak bisa melakukannya. Ia tidak suka membayangkan kekasihnya menghabiskan waktu dengan perempuan lain.

"Kenapa dia?"

"Dia merasa bersalah karena kemalingan kemarin laptop aku rusak. Jadi, dia mau bantu tugas-tugas aku."

Maisya merasa harus melakukan sesuatu. Dia percaya pada Zionathan, namun celah ceperti ini tidak boleh ia biarkan terbuka.

"Aku mau bantu kamu juga, boleh?"

Back To You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang