Happy Reading...
Saat sampai di hotel Ainara menatap Aiden dengan kesal laki-laki itu tidak peka sekali, membiarkan dirinya untuk menyeret koper sebesar itu sendirian.
"Bantuin dong!" kesalnya, bukannya membantu Ainara Aiden malah mempercepat langkahnya.
"Dasar cowok mesum!" makinya namun tidak dapat didengar oleh Aiden.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis yang ada di hotel itu.
Aiden mengeluarkan sebuah voucher yang diberikan oleh adik iparnya tadi dan menyerahkan ke resepsionis itu tanpa mengatakan apapun.
"Okey, ini mas kuncinya kamarnya ada di lantai 3 nomor 321," ujarnya ramah.
"Saya juga ingin memesan satu kamar lagi," ucap Aiden membuat Ainara meliriknya.
"Buat apa?" tanya Ainara namun Aiden hanya meliriknya tanpa menjawab pertanyaannya.
"Maaf mas, untuk saat ini kamar yang kosong cuma di lantai 3 nomor 321 yang lainnya sudah terisi," ujarnya.
Aiden yang mendengar itu hanya menghembuskan nafasnya, mau tidak mau ia tidur dalam satu ruangan dengan perempuan bar-bar ini.
Aiden berjalan didepan Ainara meninggalkan gadis itu yang tengah kesusahan membawa barang-barang dari rumah. Ekor mata Aiden melirik Ainara yang terus mengoceh sebab dirinya tidak membantu gadis itu.
Langkah Aiden terhenti mendadak membuat Ainara menabrak punggungnya.
"Kenapa sih?!" kesalnya. Aiden berbalik menatap Ainara dan pandangannya turun menatap koper itu. Tangan kekarnya mengambil semua barang yang Ainara bawa kecuali tas milik perempuan itu.
"Naaah gitu dong! dari tadi kek!" kesal Ainara. "Ayo buruan jalan," ucapnya berjalan mendahului Aiden.
Laki-laki itu menghela nafasnya rasanya malas sekali jika harus berdekatan dengan perempuan itu. Sesampainya mereka di kamar, Ainara merentangkan kedua tangannya dan menjatuhkan tubuhnya diatas kasur yang sangat empuk, ruangan yang dingin serta aroma vanilla yang sangat tajam membuatnya merasa sangat nyaman.
"Ekhem," Ainara mengerutkan keningnya ia merasa terganggu dengan sang pemilik suara yang membuatnya kembali badmood.
"Apa?! Gausah macam-macam yaa, gausah ngarepin kalau malam ini bakalan terjadi apa-apa!" ucap Ainara berdiri dan mendongak menatap Aiden yang lebih tinggi darinya.
Aiden mendekatkan wajahnya nyaris menyentuh hidung Ainara membuat istrinya itu refleks menahan nafasnya.
"Modelan kayak kamu ini gak bikin saya tertarik," Ainara membulatkan matanya wajahnya memerah menahan malu serta kesal.
Ainara mendorong tubuh Aiden sehingga menciptakan jarak antara mereka. "Eh asal Lo tau yaa gua bahkan gak ada niatan sedikitpun buat lo bergairah, buang-buang waktu tau ga!" kesal Ainara.
"Minggir Lo dari hadapan gua! Gua mau ganti baju," kata Ainara berjalan menuju koper besar yang berwarna hitam.
Ainara membulatkan matanya ia menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal, bagaimana tidak? Baju yang dimasukkan kedalam koper oleh ibunya adalah sebuah baju dinas untuk pasutri dimalam pertama, ia mengutuk dirinya sendiri karena mempercayai ibunya begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
pantrologimata
Teen FictionAinara putri seorang perempuan yang harus menyetujui sebuah pernikahan hasil dari perjodohan kedua orangtuanya karena kesalahan kecil yang ia perbuat, bagaimana bisa ia menikahi seorang laki-laki yang benci? Sedangkan disisi lain Ainara mempunyai se...