Happy reading....
Ainara memegang pipinya yang terasa panas, saat ini dihadapannya sosok ibu mertuanya berdiri dan menatapnya penuh amarah.
"Tamparan ini buat kamu yang sudah bermain api dibelakang anak saya!" ucapnya.
Ainara mengerutkan keningnya
"ma-maksud ibu a-apa?" tanya Ainara terbata-bata."Saya pikir kamu sudah berubah sejak hari itu saya memperingati kamu tapi ternyata kamu masih berhubungan dengan mantan kamu itu, kamu ini maunya apa sih? kurang apa anak saya?!" marahnya lagi.
"Bu aku gak ada hubungan apa-apa sama dia Bu, aku cintanya sama Mas Aiden di hati aku cuma ada anak ibu demi Allah aku gak bohong," ucap Ainara dengan suara yang bergetar.
"BOHONG!" teriak Amanda yang baru saja masuk. "Kalau di hati kamu memang benar cuma ada Aiden terus kenapa kamu makan siang sama dia? malah sampai di anterin segala Bu, perempuan ini licik banget dia bawa laki-laki ke rumah ini saat suaminya lagi di kantor," kata Amanda yang ikut mengompori.
"Bu percaya sama aku," lirih Ainara sambil berlutut dihadapan ibu mertuanya itu.
"Saya pikir kamu perempuan yang baik tapi ternyata salah! keputusan saya untuk menikahkan kalian berdua sepertinya sebuah kesalahan besar. Ainara, jika kamu benar-benar tidak mencintai anak saya tinggalkan dia, dia terlalu baik buat kamu permainkan!" katanya.
Ucapan ibu mertuanya itu bagaikan besi panas yang menancap pada hati Ainara saat ibu mertuanya dan Amanda pergi meninggalkannya sendirian badan Ainara terduduk lemas perkataan mertuanya terus terngiang.
Perlahan cairan bening mulai turun dari pelupuk matanya hanya sesak yang ia rasakan, Ainara memandang kosong kedepan cobaan rumah tangganya begitu banyak dan datang secara bertubi-tubi.
Teleponnya berdering ada panggilan dari ayahnya dengan perasaan ragu ia menjawab telepon itu.
"Nak, Ibu kritis dirumah sakit".
Ainara membekap mulutnya tak percaya dengan apa yang dikatakan ayahnya barusan, nafas Ainara terasa sesak.
"Kok bisa yah? ibu kenapa tiba-tiba kritis?" tanya Ainara.
"Kamu kesini aja dulu Abang kamu juga bentar lagi kesini nak".
Ainara mematikan teleponnya secara sepihak ia segera berlari mengambil tasnya dan langsung kerumah sakit tempat ibunya dirawat.
***
"Abaaang," panggil Ainara saat melihat Alfarezel berdiri didepan kamar rawat ibunya.
"Ibu dek," lirih Alfarezel sambil memeluk Ainara.
"Ayo masuk Bang, gua mau lihat ibu," rengek Ainara yang di ikuti oleh Alfarezel.
Ainara melihat ibunya terbaring lemas dengan beberapa alat yang terpasang di tubuhnya.
"Yah, kenapa bisa kaya gini?" tanya Alfarezel.
"Ibu kalian jatuh di tangga dan kata dokter kemungkinan jatuhnya itu udah lama soalnya pas Ayah balik dari kantor buat ambil berkas ibu udah pingsan," ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
pantrologimata
Teen FictionAinara putri seorang perempuan yang harus menyetujui sebuah pernikahan hasil dari perjodohan kedua orangtuanya karena kesalahan kecil yang ia perbuat, bagaimana bisa ia menikahi seorang laki-laki yang benci? Sedangkan disisi lain Ainara mempunyai se...