Happy reading...
Ainara berlari di koridor rumah sakit dengan jantung yang berdegup dengan kencang, jam menunjukkan pukul tujuh malam ada telepon dari Alfarezel yang mengatakan kalau ibunya sedang gawat.
"Ibuu tolong bertahan," lirih Ainara sambil terus berlari tak peduli dengan orang-orang yang menatapnya heran.
Larinya semakin cepat saat melihat ruangan tempat ibunya dirawat tangannya langsung memegang gagang pintu dan membukanya, Ainara terdiam di ambang pintu dengan ekspresi wajah yang tak dapat di artikan lututnya tak mampu menahan beban tubuhnya membuatnya terjatuh diatas lantai.
Dadanya terasa sesak bahkan bernafas pun terasa susah hanya air mata yang terus mengalir tanpa suara apapun dari perempuan itu, Alfarezel yang menyadari kehadiran adiknya langsung berlutut dan memeluk Ainara.
Mereka berpelukan cukup lama sampai Ainara mendongak menatap wajah Alfarezel yang terlihat berantakan.
"Ibu udah ninggalin kita semua dek, maafin semua kesalahan Ibu ya," ucapnya membuat Ainara seketika meraung dan menolak kenyataannya.
"Bu.....Ibu..... bangun bu... Ini akuuuu ibu jangan ninggalin aku dongg aku mohon bu... Ibu... Kalau ibu pergi aku, ayah, sama Abang sama siapa Bu?" ucap Ainara sambil memeluk jenazah ibunya yang masih hangat.
"Ayah, bangunin ibu yaaahh jangan biarin ibu pergi ninggalin kitaaa," teriak Ainara pada Ayahnya.
"Dekk udah! kita gak boleh kaya gini," ucap Alfarezel menahan Ainara.
"Gak bisa bang! gua gak bisa hidup tanpa ibu," ucap Ainara lagi.
"Gua tau! bukan cuma Lo yang ngerasain itu, gua, ayah juga ngerasain dek gak ada yang sakit hati kalau kehilangan orang tua tapi tolong jangan meraung-raung kaya gini, okey?'" kata Alfarezel sambil memegang kedua pipi Ainara yang banjir akan air mata, Ainara kembali menangis sambil menatap tubuh kaku ibunya.
Setelah mengurus kepulangan jenazah kini jenazah ibu Ainara sudah berada di rumah duka kabar duka ini pun sudah tersebar di kalangan rekan kerja dan pejabat-pejabat yang lain.
"Ayah dan ibu turut berdukacita ya nak," ucap Argantara a.ka ayah mertuanya.
"Dimana suami kamu?" tanya ibu mertuanya, Ainara terdiam sejenak ia baru menyadari setelah terbangun dari tidurnya Aiden sudah tidak ada di tempatnya.
"Aku gak tau Mas Aiden dimana Bu, aku juga belum kabarin kalau ibu aku meninggal," kata Ainara membuat Ibu mertuanya itu kesal.
Teman-teman Ainara berlarian masuk kedalam rumahnya dan memeluk Ainara dengan erat membuat suasana dirumah itu semakin sedih.
"Lo yang kuat yaa Raa," ucap Queen.
"Kita semua tau lo pasti bisa lewatin semua ini, Lo yang kuat," ucap Zara ikut mengusap bahu Ainara.
"Makasih ya udah dateng, kalian tunggu Disni gua mau ke kamar dulu," ucapnya.
Ainara memutuskan untuk menelpon Aiden namun beberapa kali laki-laki itu tidak menjawab teleponnya hingga Ainara memutuskan untuk mengirimkannya pesan dan memberitahu kabar duka itu.
Beberapa menit kemudian Aiden membalas pesannya hanya singkat membuat Ainara bertanya-tanya. "Mas pulang sekarang".
"Kamu kenapa si Mas," lirih Ainara matanya kembali memanas.
***
"Sayang.. Ibu kamu yang tabah ya," ujar Aiden yang baru saja datang saat jenazah sedang dimandikan.
"Kamu kemana aja si mas, hah?" tanya Ainara dengan mata yang sembab.
"Mas tadi ada urusan penting, maaf mas gak kasih tau kamu," ucapnya.
"Urusan penting apa???" tanya Ainara dengan nada yang sedikit meninggi membuat orang-orang menatapnya.
"Ssttt jangan kaya gitu sayang malu di liatin sama orang-orang," kata Aiden membuat Ainara menatapnya kesal.
Pemakaman telah selesai satu persatu meninggalkan pemakaman itu dan mengucapkan turut berdukacita, hanya tersisa keluarga inti saja.
"Bu, maafin aku ya Bu belum bisa jadi anak yang baik," kata Ainara mengusap nisan ibunya.
Zara menatap Alfarezel yang terlihat diam dengan menggunakan kacamata hitamnya namun Zara percaya dibalik itu ada kehancuran yang terlihat jelas.
"Bang, Lo yang kuat," ucap Zara menggenggam tangan Alfarezel membuat laki-laki itu menatapnya.
"Makasih," ucap Alfarezel dengan lirih.
Mereka semua meninggalkan pemakaman didalam mobil Ainara hanya terdiam dan tidak memperdulikan Aiden yang menyetir, bahkan saat Aiden menyentuhnya perempuan itu selalu menghindar.
"Ra, kita pulang dulu ya nanti malam kita kesini lagi," ucap Queen.
"Iya, makasih yaa nanti malam ada pengajian kalian jangan lupa dateng," ucap Ainara.
Semua kerabat termasuk mertua Ainara sudah pulang dirumah itu tersisa Ayahnya, Alfarezel dan Aiden suaminya.
"Sayang kamu makan dulu nanti sakit loh," entah yang keberapa kalinya Aiden mengatakan itu namun Ainara tak juga membuka matanya kepalanya terasa pusing bahkan perutnya pun enggan menerima makanan.
"Yang..." Panggil Aiden lembut membuat Ainara dengan terpaksa bangun dari tidurnya.
"Makan dulu, nanti ada pengajian takutnya kamu kelaparan loh," ucap Aiden.
Ainara menolak saat Aiden ingin menyuapinya ia mengambil alih sendok yang berisikan makanan.
"Kok di aduk-aduk doang? makan sayang," ucap Aiden.
"Mas, aku gak laper aku mau mandi," kata Ainara berjalan masuk kedalam kamar mandi.
Seeu in the next part 🙌...
KAMU SEDANG MEMBACA
pantrologimata
Teen FictionAinara putri seorang perempuan yang harus menyetujui sebuah pernikahan hasil dari perjodohan kedua orangtuanya karena kesalahan kecil yang ia perbuat, bagaimana bisa ia menikahi seorang laki-laki yang benci? Sedangkan disisi lain Ainara mempunyai se...