Happy reading....
"Nak suami kamu kok belum datang kesini, dia gak tahu kalau ibu masuk rumah sakit?" tanya Adnan.
"Aku udah ngirim pesan kok Yah cuma Mas Aiden kayaknya lagi sibuk makanya belum di bales," ucap Ainara sambil menyiapkan obat-obatan yang akan di minum oleh Ayahnya.
"Sesibuk apa si sampai gak ngecek hp" tanya Alfarezel sambil fokus dengan ponselnya.
Sebenarnya Ainara juga bingung dan sedikit gelisah karena suaminya itu tak juga membalas pesannya, Ainara memutuskan untuk menelpon ibu mertuanya diluar kamar rawat ibunya.
"Assalamualaikum Bu, maaf aku mau tanya Mas Aiden lagi sama ibu gak?" tanya Ainara.
"Loh kamu istrinya kenapa malah tanya sama saya? benar-benar gak becus kamu ya!" .
Ainara hanya bisa terdiam saat Ibu mertuanya berkata seperti itu dan mematikan teleponnya begitu saja, memang benar Ainara bukanlah istri yang sempurna buat laki-laki seperti Aiden.
"Maafin aku ya Mas," lirih Ainara saat melihat wallpaper ponselnya fotonya bersama Aiden di pantai waktu itu, senyum Aiden begitu tulus dan terlihat sangat mencintai Ainara.
"Makasih ya Mas udah mau sesabar itu sama aku, maaf aku belum jadi istri sempurna buat kamu," kata Ainara perlahan air matanya mulai menetes.
Ainara memeluk kedua lututnya bahunya bergetar pertanda perempuan itu sedang terisak di koridor rumah sakit yang terlihat sepi, sebuah tangan menyentuh bahunya membuat Ainara mengangkat wajahnya.
"Kenapa hm?" tanyanya semakin membuat Ainara tak dapat menahan air matanya.
"Bang," rengekannya sambil memeluk Alfarezel.
"Ssstttt jangan terlalu kenceng nangisnya Lo gak mau kan Ayah lihat keadaan Lo kaya gini?" tanya Alfarezel.
Ainara berusaha mengatur nafasnya meskipun dadanya terasa sesak Alfarezel betul Ainara tidak ingin kalau ayahnya mengetahui kondisinya saat ini.
"Ada apa, cerita sama gua sekarang!" ucap Alfarezel duduk dihadapan Ainara.
Perlahan-lahan Ainara menceritakan semua masalahnya termasuk dengan ajakan Alister untuk kembali berteman dengannya.
"Aiden tau gak kalau Lo sama mantan bajingan Lo itu makan siang bareng?" tanya Alfarezel.
"Enggak bang, gua juga gak janjian makan siang sama Alister gua ketemu di cafe tempat gua nongkrong dulu pas sekolah, terus kita ngobrol dia curhat terus gua ngerasa kasihan aja bang sumpah deh gua udah gak ada perasaan apapun sama dia tapi ibunya Aiden mikir kalau gua ada perasaan sama dia, dan parahnya ibunya Aiden minta gua buat ninggalin anaknya," ucap Ainara.
"Apa mungkin Aiden gak ngabarin Lo karena udah kehasut lebih dulu sama omongan ibunya?" tanya Alfarezel.
"Gua gak tau bang tapi gua takut kalau itu beneran terjadi gimana kalau suami gua lebih percaya omongan ibunya daripada gua bang," ucap Ainara. Alfarezel mengusap bahu adiknya itu mencoba untuk menenangkan Ainara.
"Gausah terlalu di pikirin dulu sekarang Lo istirahat aja biar nanti pagi Lo bisa pulang cepat gua aja yang jagain ibu, Lo sama ayah tidur ya," ucap Alfarezel.
Mereka berdua masuk kedalam kamar bernuansa putih itu Ainara tidur disamping Ayahnya yang beralaskan karpet yang Alfarezel bawa dari rumahnya.
****
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi Ainara bergegas pulang kerumahnya diperjalanan Ainara kembali melihat ponselnya dan tak ada satupun notifikasi dari Aiden.
"Maaas kamu kemana sih," ucap Ainara.
"Kenapa sayang?" tanya Adnan sambil fokus menyetir mobilnya.
"Enggak kok Yah, Ainara cuma agak pusing aja ," ucapnya.
"Ooh gitu, kamu jangan lupa minum obat ya, oh iya maaf juga ayah gak bisa mampir di rumah kamu soalnya Ayah mau cepet-cepet sampai rumah mandi terus ke kantor," ujar Adnan.
"Iya Yah," ujar Ainara.
"Bagus juga Ayah gak mampir ke rumah biar kalau Mas Aiden pulang gua langsung tanya dia,".
Setelah sampai dirumahnya Ainara menunggu mobil Ayahnya hilang dari pandangannya baru ia akan masuk kedalam rumah, halaman rumah masih sepi tidak ada mobil Aiden yang terparkir.
Ainara mencoba untuk menelpon salah satu staf di kantor Aiden dan kepanikan Ainara semakin bertambah saat tahu Aiden meninggalkan kantor jam tiga sore kemarin.
Ainara mencoba untuk menghubungi Aiden lagi namun beberapa saat kemudian suara mobil memasuki pekarangan rumahnya dengan cepat Ainara membuka pintunya.
"Mas?" panggil Ainara Aiden hanya menatapnya tanpa ekspresi.
Ainara mencium punggung tangan Aiden tak lupa juga membukakan Jas suaminya itu Ainara terdiam sejenak saat indera penciumannya tak sengaja menghirup wangi parfum perempuan yang dimana parfum itu terasa familiar.
"Mas kamu kemana aja? kenapa gak bales cht aku, mas kamu gak lihat pesan aku ya?" tanya Ainara bertubi-tubi.
"Mas lagi banyak kerjaan di kantor," ujar Aiden tanpa menatap Ainara.
"Tapi orang kantor kamu bilang jam tiga sore kemarin kamu udah ninggalin kantor!" ucap Ainara membuat Aiden menghentikan aktivitasnya.
"Mas, jawab jujur kamu kemana?? jangan bikin aku khawatir dong," kata Ainara lagi.
"Bahasnya nanti aja ya, Mas capek banget," kata Aiden.
"Ibu aku kritis Mas," lirih Ainara menghentikan langkah Aiden yang ingin berjalan menuju kamarnya.
Aiden menatap bahu Ainara yang bergetar istrinya menangis, Aiden mengusap wajahnya dengan kasar lalu memeluk Ainara dengan erat.
"Maafin mas sayang, Mas gak ada saat kamu butuh kemarin," ucap Aiden.
"Aku khawatir banget Mas, hati aku gelisah banget tolong jangan kaya gini!" ucap Ainara membalas pelukan Aiden dengan erat.
"Maafin Aku sayang, aku udah gagal jadi suami," batin Aiden.
"Nanti siang kita jenguk ibu, sekarang kita istirahat dulu ya," kata Aiden.
Meskipun tak ada tanda-tanda Aiden mengetahui kejadian kemarin entah kenapa seperti ada yang mengganjal hatinya.
"Mas," panggil Ainara saat tidur disamping Aiden.
"Hm?" ucap Aiden dengan mata yang terpejam.
"Wangi parfum siapa yang ada di jas kamu? baunya agak familiar di aku tapi itu bukan parfum aku Mas, kamu habis jalan sama cewek lain?" tanya Ainara, Refleks Aiden membuka matanya dan terlihat gugup.
"Mungkin parfum client yang gak sengaja nempel di jas aku," setelah mengatakan itu Aiden berbalik dan memunggungi Ainara membuat Ainara semakin gelisah dan tak tenang..
Seeu in the next part 🙌....
KAMU SEDANG MEMBACA
pantrologimata
Ficção AdolescenteAinara putri seorang perempuan yang harus menyetujui sebuah pernikahan hasil dari perjodohan kedua orangtuanya karena kesalahan kecil yang ia perbuat, bagaimana bisa ia menikahi seorang laki-laki yang benci? Sedangkan disisi lain Ainara mempunyai se...