Ara pun menoleh kebelakang, dan ternyata itu adalah suara satpam keamanan.
"Kamu pasti telat kan?! Ayo ikut saya keruang BK!" ucap bapak satpam itu dengan wajah yang datar dan suara yang galak.
"Baik pak" ucap Ara dengan rasa takut mendengar suara satpam yang tegas.
Didalam ruang BK ternyata banyak sekali anak yang terlambat, ternyata bukan hanya Ara.
"Kamu ini pasti kelas 10, kelompok berapa kamu?!" Tanya pak satpam.
"I iya pak, sa saya kelompok 2" Ara sudah mulai gugup.
"Oh, sana duduk dikursi nomor dua dari selatan" ujar pak satpam.
"Baik pak, terimakasih" jawab Ara.
Ara melihat ada tiga anak yang sekelompok dengannya juga ada disana,
Ara pun bertanya kepada mereka "Kalian bertiga telat juga?"
"Nggak ra, kita ini sebenarnya tadi udah dilapangan, tapi pas pengecekan atribut, ada atribut kita yang kurang lengkap jadi kita dibawa ke kesini deh" jawab Sekar salah satu teman sekelompok Ara.
"Terus dari tadi kalian disini disuruh ngapain?" Tanya Ara.
"Kurang tahu juga sih ra, katanya sih kita disuruh nungguin kakak pendamping masing-masing kelompok, tuh liat temen-temen kelompok lain juga dari tadi masih nunggu kakak pendampingnya, lama banget ra hampir setengah jam kita dari tadi nunggu" jawab Sekar.
"Lagian kenapa kita gak kabur aja sih dari sini" bisik Rey salah satu teman sekelompok Ara.
"Jangan ngaco deh Rey, didepan pintu itu ada penjaganya, nanti kalo kita kabur terus ketahuan gimana, kan malah nambah repot" sahut Haidar salah satu teman sekelompok Ara.
Setelah beberapa menit menunggu, sekelompok kakak osis pendamping memasuki ruang BK, hati Ara berdetak kencang, takut mentalnya gak akan bisa setegar itu karena masih terngiang-ngiang dengan ibunya. Tanpa basa basi, kak Aksa langsung menghimbau
"Untuk kelompok 2 silahkan ikut saya ke aula atas" ucap Aksa dengan wajah yang datar.
Ara dan ketiga teman kelompoknya mengikuti langkah kaki kak Aksa dari belakang. Saat menuju aula atas, hanya terdengar suara langkah kaki kami, kami tak berani berkutik satu kata pun dibelakang kak Aksa karena melihat wajah kak Aksa yang begitu datar dan terlihat tegas.
Sesampainya didepan pintu aula atas, Aksa berkata
"Pertimbangkan siapa yang akan masuk duluan, hanya diperbolehkan masuk satu anak terlebih dahulu. Secepatnya, saya tunggu didalam".Setelah kak Aksa memasuki aula dan menutup pintu, Ara, Sekar, Rey dan Haidar berunding.
Rey : "Ih serem banget sih kak Aksa, padahal kemarin pas dikelas ful senyum tuh, tapi kok sekarang datar banget wajahnya. Aku sih nggak mau ya masuk duluan, kalian-kalian dulu aja gih"
Sekar : "Sama, aku juga nggak berani ah kalau duluan, mending Haidar dulu aja deh"
Haidar : "Loh kok aku sih, nggak mau ah takut. Ara aja dulu kan datangnya paling lambat"
Ara : "Ha? A aku? Aduh aku nggak siap banget, gini aja deh mending hompimpa biar cepet. Daripada debat kayak gini bisa memperlambat waktu, nanti kalo kak Aksa nunggu lama keburu ngamuk nanti malah jadi tambah-tambah hukumannya"
Sekar : "Oke deh, ayo hompimpa"
Dan hasil hompimpa menyatakan bahwa Sekar yang masuk pertama, dilanjut Haidar, kemudian Rey, dan Ara masuk paling terakhir.
Siswa yang telah masuk aula tidak berani membocorkan satu kata pun karena sudah ada kesepakatan dengan Aksa, entah kesepakatan apa yang telah dibuat Aksa sampai mereka tak berani mengatakan satu kata pun.
Perasaan Ara semakin takut bercampur cemas karena teringat keadaan ibunya tadi, Ara hanya bisa berdoa dalam hatinya semoga ibunya baik-baik saja. Setelah beberapa menit menunggu, tiba saatnya Ara memasuki aula.Masih ada next episode ya, stay tuned! Apabila ada kesan, pesan, kritik dan saran silahkan tinggalkan di kolom komentar!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara [Tulisan] COMPLETED✔️
Novela JuvenilSebuah penantian panjang yang sangat menguji perasaan Aksa dan Ara, apalagi semenjak kehadiran gus Naufal itu yang menjadi amanah untuk Ara dan membuat hati Aksa ketar ketir takut menggeser namanya dihati Ara. [Filosofi judul : Aksa dan Ara, nama m...