🎀 Eps. 24 | Kalah Saing

9 1 0
                                    

Dan, tamu itu tidak lain adalah si Naufal. Aksa melihat Naufal bertamu dirumah Ara dengan membawa orang tuanya, ia mendengar sepatah dua patah kata tentang lamaran.

"Ya allah, ternyata aku kalah cepat, gus Naufal itu sudah lebih dulu meminangnya, lagian salah aku sendiri, kenapa aku terlalu berharap kalau perasaannya masih akan tetap sama, harusnya aku sadar kalau 6 tahun itu bukanlah waktu yang singkat untuk bisa merubah perasaan seseorang. Ara pasti akan menerima lamaran gus Naufal itu, secara dia kan keturunan kyai, akhlaknya juga pasti sudah baik, harusnya aku sadar aku ini siapa, aku hanya orang biasa yang mencintainya namun sulit untuk memilikinya" Aksa bergumam dalam hatinya setelah itu pergi dari depan rumah Ara tanpa mendengarkan jawaban pasti dari Ara apakah dia mau menerima lamaran Naufal itu atau tidak, hati Aksa sudah tidak sanggup melihatnya.

Sementara itu, obrolan Ara sekeluarga dan Naufal sekeluarga masih terus berlanjut
"Sebelumnya saya berterima kasih sekali atas kunjungan dari gus, nyai, dan pak kyai, tapi mohon maaf bukannya saya ingin menolak tapi saya masih perlu waktu untuk memikirkan semua ini, saya juga masih ingin mencari pekerjaan dan membahagiakan ibu dan ayah saya ini" ucap Ara dengan memegang tangan kedua orang tuanya.

"Kalau kamu belum siap, nggak papa ra, mungkin kita bisa melaksanakan prosesi khitbah secara resmi dulu, perihal menikah bisa belakangan sampai kamu benar-benar sudah siap menjalaninya, bukan begitu, pak? Buk?" Sahut Naufal dengan bertanya kepada ayah dan ibu Ara.

"Kalau kami sebagai orang tua setuju saja nak, tapi semua keputusan kami berikan lagi kepada Ara" jawab ibu Ara.

Ara hanya terdiam dan bergumam "ya allah bagaimana ini, haruskah aku menerimanya atau tidak, aku tidak mencintai gus Naufal, namun haruskah aku menunggu lamaran dari kak Aksa, orang yang sampai saat ini masih ada didalam hati ini, namun jika aku menunggunya apakah kak Aksa juga masih mencintaiku atau bahkan sudah melupakanku, aduh gimana ini, aku benar-benar bingung ya allah"

"Gimana ra?" Tanya Naufal.

"Sebelumnya mohon maaf sekali lagi gus, nyai dan pak kyai, saya masih belum bisa menjawab ini sekarang, saya masih merasa bingung dan bimbang, bolehkah saya meminta waktu untuk memikirkannya lebih matang lagi?" Bimbang Ara.

"Boleh nak, dengan senang hati kami akan menunggu jawaban dari kamu, ini nomor bapak, hubungi bapak kalau kamu sudah ada jawaban" sambut ayah Naufal.

"Baik pak kyai, haturnuwun (terimakasih)" sahut Ara.

"Sama-sama nak, kalau begitu, kami izin pamit dulu, terimakasih atas sambutan dan suguhannya pak, buk, Ara, assalamualaikum" pamit ayah Ara.

"Waalaikumussalam" jawab Ara sekeluarga.

***
Sementara itu, Aksa masih pulang dengan perasaan kecewa
"Cepet banget baliknya, ngobrol sama calon istri kok cepet banget, ekhem" canda Ameera sambil memegang handphone nya.

[Pov Ameera]
Kakak kandung Aksa yang tomboy, cantik, periang, humoris, tapi juga selalu bijak dalam menghadapi masalah sehingga sering menjadi support sistem untuk Aksa. Selisih umur Ameera dan Aksa hanya beda 1 tahun.
[End Pov]

"Boro-boro ngobrol kak, nemuin aja canggung" cuek Aksa sambil duduk disamping kakaknya.

[Sedikit info] semenjak Aksa lulus dari MAN, ia sudah jarang berbahasa dengan bahasa yang baku karena terbiasa mendengar bahasa para teman-teman di kuliahnya selama 4 tahun, apalagi selama 4 tahun itu Aksa juga ngekos bersama temannya. [Done info]

"Kenapa kok canggung? Katanya mau serius?" Tanya Ameera.

"Dia udah dipinang sama yang lain" jawab Aksa dengan pandangan kosong.

Sontak Ameera mengalihkan pandangannya ke Aksa dan meletakkan handphone nya
"Ya ampun, terus gimana tuh si Ara nya nerima pinangan itu?"

"Aku nggak tahu, tadi aku udah pergi duluan, yang jelas aku mau mundur aja kak, belajar untuk mengikhlaskan walaupun berat" pasrah Aksa.

"Loh, ya jangan gitulah dek, yang namanya cinta itu emang selalu ada tantangan yang harus diperjuangkan, ibarat seperti sebuah peperangan, lah ini kamu maju perang aja belum udah nyerah aja" bijak Ameera.

"Ini tidak semudah yang kakak pikirkan, lelaki yang melamarnya itu keturunan kyai kak, akhlaknya juga bagus, agamanya apalagi, pasti jauh lebih kuat daripada aku, aku ini hanya orang biasa yang pas-pasan dari segi manapun" sahut Aksa.

"Dek, stop bandingin diri kamu dengan orang lain dan menjelekkan diri kamu sendiri, kamu itu nggak pas-pasan, buktinya dulu kamu pas di MAN banyak tuh yang ngejar-ngejar kamu" ucap Ameera dengan senyum tipis.

"Kok? Kakak tahu? Kan kita dulu nggak se sekolahan?!" Kaget Aksa.

"Ya tahu dong, apasih yang kakak nggak tau. Eh dek, kamu itu baik dan sempurna dihadapan orang yang bisa menghargai kamu, setiap orang itu menilai kamu dengan perspektif yang berbeda-beda berdasarkan sudut pandang mereka" bijak Ameera

"Tetep aja kak, aku merasa nggak pantas untuk Ara, lelaki yang melamarnya itu yang lebih pantas untuknya, sudah ketebak, pasti Ara menerima lamarannya tadi" pasrah Aksa lagi.

"Belum tentu, pokoknya kakak nggak mau ngeliat adek kakak ini nyerah sebelum ada dimedan perang" ucap Ameera sambil memegang tangan Aksa.

"Tapi kak.."

Ameera memotong "Dek! Kamu itu harus memperjuangkan cinta kamu, apapun yang terjadi dan siapapun itu saingannya, kamu itu laki-laki, harus gentle memperjuangkan perempuan yang kamu sukai, masalah gagal atau tidak bisa dipikir belakangan, yang penting berjuang dulu, inget kita juga punya Allah yang maha membolak-balikkan hati seseorang, jadi kamu nggak perlu khawatir"

Kata-kata bijak dari Ameera sangat membangkitkan Aksa dan menggerakkan hatinya untuk memperjuangkan Ara "Makasih ya kak" ucap Aksa dengan memegang balik tangan kakaknya.

"Sama sama, semangat dong"  sahut Ameera.

"Siap, semangaatt 45 bos" balas Aksa dengan meletakkan tangannya ke kepala layaknya hormat saat upacara.

Aksara [Tulisan] COMPLETED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang