🎀 Eps. 18 | Sebuah Amanah

11 2 0
                                    

Seperti biasa, Ara sama sekali tidak tertarik dengan laki-laki, apalagi sekarang dihatinya sudah diisi oleh lelaki yang bernama Aksa. Sedangkan May, yang dari tadi tidak kedip memandangi Naufal saat perkenalan, ia sangat tertarik dengan Naufal.

Setelah melewati beberapa jam mata pelajaran, akhirnya tibalah waktu istirahat. Hari ini Ara dan May janjian untuk membawa bekal dengan lauk yang sama, Ara dan May mengeluarkan bekalnya dari tas mereka dan menyantap bekal masing-masing.
Tiba-tiba terdengar suara speaker sekolah "Mohon perhatiannya sebentar, panggilan kepada siswi yang bernama Arawinda Dewi kelas sebelas ips 2 dimohon untuk menuju ruang BK sekarang juga. Terimakasih"

"Huk uhuk" seketika Ara kaget hingga tersedak makanan yang sedang dimakannya. Bagaimana tidak? Ara dipanggil ke ruang BK, tempat yang dipandang sebagai gudangnya kasus, sontak panggilan itu mengagetkan siswa sekelas Ara juga.
"Emang kamu ada masalah apa ra?"
"Ngeri, diem diem Ara punya kasus"
Berisik sebagian teman di kelas.

"Ra? Kamu nggak papa? Ini minum dulu" sahut May dengan memberikan botol minumnya untuk Ara.

"Nggak, aku nggak papa, udah aku mau ke ruang BK dulu takutnya ditungguin" panik Ara dengan berdiri dari bangkunya dan berlari menuju ruang BK.

Tak hanya siswa sekelas Ara yang terkejut mendengar panggilan itu, Aksa yang saat itu berada dikelasnya dan sudah mengenal Ara cukup jauh itu juga ikut kaget mendengarnya.

Tok tok tok
bunyi ketukan pintu dari tangan Ara.

"Masuk" terdengar suara jawaban dari dalam ruang BK yang tak tahu entah suara siapa itu.
Ketika membuka pintu, Ara melihat bapak kepala sekolah, wali kelasnya, lelaki berpeci dan bersarung serta perempuan berjilbab panjang yang keduanya sangat asing dimata Ara.

"Ini dia pak yang namanya Ara, silahkan duduk ra, bapak kepala sekolah mau bicara dengan kamu" ucap bu Dina, wali kelas Ara.

"Baik bu" Ara tetap terlihat tenang padahal sebenarnya dia nervous parah.

Pak Bagas memulai pembicaraannya
"Jadi begini Ara, mereka berdua ini adalah orang tua dari teman baru kamu tadi, ini pak kyai Wahid dan ini ning Maryam (Ara menyapa dengan tersenyum dan mengaggukkan kepalanya) jadi sebenarnya teman baru kamu itu keturunan kyai tapi sifatnya masih sulit untuk dibimbing, orang tuanya berharap kalau dia bisa punya teman agamis yang bisa mengingatkannya ke jalan yang benar, dan menurut bu dina siswa yang seperti itu dikelas cuma kamu, jadi bapak mohon kamu bantu bimbing gus Naufal ya nak"

"Baik pak" sahut Ara.

"Tolong ya nak, kalau sekiranya sifat Naufal ada yang tidak baik langsung kamu ingetin kalau perlu kamu tegur juga gapapa kok" sambung ayah Naufal.

"Ee baik pak, ini akan menjadi amanah untuk saya dan insya allah akan saya laksanakan dengan sebaik mungkin" sahut Ara.

"Terimakasih ya nak" sambung ibu Naufal.

"Nggih bu, eh ning" dari sini nervous Ara sudah mulai terlihat. Dari sini orang tuanya menceritakan kebiasaan buruk yang biasanya dilakukan oleh Naufal agar Ara mempunyai sedikit pandangan, mereka juga memberitahu kalau jangka waktu Naufal hanya satu tahun, jika dalam satu tahun ia tetap tidak bisa berubah maka mereka akan memindahkannya ke Mesir.
Ara bingung bagaimana cara membimbing Naufal teman barunya itu kan dia laki-laki, sedangkan Ara itu kan perempuan, Ara paling nervous dan anti kalo sama lawan jenis apalagi Naufal itu keturunan kyai dan orang tuanya sudah memberi kepercayaan padanya, sungguh amanah yang berat untuk Ara tapi harus ia jalani.

Saat berjalan kembali menuju kelas, Ara bergumam "Tapi kenapa ya keturunan kyai malah dipindahin di sekolah umum, padahalkan udah bener tuh dipesantren ngapain juga harus dipindah, emang seberuk apa sih sifatnya sampek perlu dibimbing segala, ngapain nggak dibimbing dipesantren aja kan lebih afdhol. Ah bodo amat lah, itu bukan urusanku, ngapain juga harus kepo urusan orang, yang penting sekarang mikir ra, gimana cara bimbing gus Naufal itu"

Ketika sampai dikelas, May bertanya kepada Ara "gimana ra? Ada apa? Kamu nggak bermasalah kan ra?"

"Menurut kamu? Ya nggak dong May, sini agak deketan aku bisikin, jadi yang bermasalah itu bukan aku tapi anak baru dikelas kita" bisik Ara.

"Ha? Masalah apa?" May spontan kaget dan bersuara kencang.

"Ssttt! Jangan keras keras nanti dia denger, ah nanti pulang aja deh ceritanya disini rawan" sahut Ara.

"Yah Ara nggak tahu orang lagi kepo apa" ucap May.

"Ya habisnya kamu kenceng banget ngomongnya" kesal Ara sambil membuka kembali bekalnya.

"Yaudah deh iya nanti pulang" sahut May. May paling tidak bisa menahan suara histerisnya, dari pada dia menahannya lebih baik dia menunda rasa keponya sampai nanti pulang.

Aksara [Tulisan] COMPLETED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang