🎀 Eps. 8 | Khawatir Yang Tak Wajar

12 4 0
                                    

Aksa : "Ara, konsekuensimu adalah menulis kalimat *Maaf saya terlambat* hingga 1 buku penuh, buku ukuran B5 besar 42 lembar bolak balik. Kamu akan menulis ditengah lapangan bersama tiga temanmu tadi"

Ara : "Astagfirullah, apa nggak bisa lebih sedikit lagi kak?"

Aksa : "Oh kamu mau lebih banyak lagi? Mau 2 buku?"

Ara : "Eh nggak kak, oke 1 buku aja deh kak"

Aksa : "Silahkan ambil buku dan bolpoin setelah itu menuju lapangan belakang. Saya akan menyusul untuk mengawasi kalian"

Ara : "Baik kak, assalamualaikum"

Aksa : "Waalaikumussalam"

Ara berjalan menuju lapangan dengan rasa kesal

"Iih ngeselin banget kak Aksa, andaikan tanah ini ibarat kak Aksa, uuhh udah aku bejek-bejek, aku injak-injak ini tanah, hiihhh" kesal Ara dengan menginjak-injakkan kakinya ke tanah.

"Astagfirullah, gak boleh gitu ra, sabarr. Dahlah jangan dipikirin ah, lama-lama stres mikirin tu orang" gumam Ara dalam hati.

Tibanya Ara dilapangan, Ara melihat ketiga temannya sedang menulis juga.

"Eh kalian konsekuensinya nulis juga? Nulis apaan?" Tanya Ara.

"Iya ra, kebetulan kesalahan kita kan sama tuh atribut nggak lengkap, jadi kita nulis kalimat *maaf atribut saya kurang lengkap" jawab Sekar.

"Panjang amat tuh kalimatnya, nulis sampek berapa tuh?" Tanya Ara.

"Lumayan banyak juga sih, 5 lembar bolak balik" jawab Sekar.

"Ha? Apa? Cuma 5 lembar?" Kaget Ara dengan nada tinggi.

"Cuma ra? 5 lembar itu banyak loh. Emang kamu disuruh nulis berapa lembar?" Tanya Haidar.

"Aku tadi disuruh nulis *maaf saya terlambat* 1 buku penuh B5 besar yang 42 lembar ini" jawab Ara dengan menunjukkan bukunya.

"Apa? 1 buku?" Kaget Sekar.

"Buset dah, banyak banget tuh" Kaget Rey.

"Gimana tuh nulisnya, dikira tangan kayak robot kali ya" Kaget Haidar.

"Ini pasti kamu membuat kak Aksa marah terus akhirnya dia ngasih hukuman yang banyak iya nggak?" Tanya Sekar.

"Nggak tau juga sih, tapi tadi aku memang sempet debat sama kak Aksa" jawab Ara.

"Nah itu mungkin ra, emang kamu debat apaan lama banget sampek dari tadi kita nulis disini hampir 1 lembar" Tanya Sekar sambil menulis konsekuensinya.

"Panjanglah pokoknya, sulit kalo tak jelasin" jawab Ara dengan menulis konsekuensinya juga.

Setelah hampir satu jam menulis, Ara merasa sudah tidak kuat lagi, tangan Ara yang terkena jarum tadi terasa sangat sakit, kepala Ara juga pusing mungkin karena terus memikirkan keadaan ibunya, cuaca mulai panas juga menyebabkan tubuh Ara terasa panas.

Sekar melihat tangan kanan Ara mengeluarkan darah...
"Ra, kamu kenapa? Tangan kamu kok berdarah? Astaga mana pucet banget wajah kamu" tanya Sekar dengan wajah yang panik.

"Kayaknya aku udah nggak kuat deh, Sekar aku minta tolong anterin aku ke UKS" ujar Ara dengan suara yang lirih.

"Iya ra, ayo aku bantu" ucap Sekar sambil mengangkat tubuh Ara untuk berdiri dan memegang tangannya ke pundak Sekar.

Tibalah Ara dan Sekar di UKS...
"Kak, ini tolong" ucap Sekar kepada penjaga UKS (yang menjaga UKS adalah para siswa kakak kelas PMR yang telah dijadwal setiap harinya).

"Sini, biar aku bantu. Berbaring disini dulu" jawab penjaga UKS dengan memegang tubuh dan tangan Ara.

"Aduh ini tangannya berdarah kalo nggak segera diobati bisa infeksi ini, sebentar saya cari p3k dulu" ucap penjaga UKS.

"Iya kak" jawab Sekar.

"Sekar, kamu balik aja kelapangan" ucap Ara dengan suara yang lemas.

"Tapi ra, kamu gimana?" Tanya Sekar dengan perasaan tidak tega meninggalkan Ara.

"Udah gapapa aku tinggal aja lagipula kan udah ada yang jagain, kamu kan juga harus nerusin nulis konsekuensi" ucap Ara.

"Beneran ini ra?" Tanya Sekar tetap tidak tega.

"Iya beneran, gapapa kok" jawab Ara.

"Yaudah aku tinggal ya ra, semoga cepat sembuh" kata Sekar sambil mengelus tangan Ara.

"Aamiin, makasih sekar" sahut Ara.

"Sama-sama, aku duluan ra" ucap Sekar dengan melambaikan tangannya.

"Iya" sahut Ara.

Rasanya Sekar masih tidak tega meninggalkan Ara, saat perjalanan menuju lapangan, Sekar tak sengaja bertemu May.

"May👋 aku mau ngomong sama kamu" sapa Sekar.

"Eh sekar, mau ngomong apa? Serius amat kayaknya" jawab May.

"Itu, Ara sekarang ada di UKS, tolong kamu temenin ya aku nggak tega soalnya" ucap Sekar.

"Apa? Ara di UKS? Kok bisa kenapa? Ara sakit apa?" Kata May dengan suara dan wajah yang panik.

"Aduh, kalau itu mending biar Ara sendiri yang cerita, aku juga kurang tahu soalnya. Yang penting sekarang kamu ke UKS dulu aja" ucap Sekar.

"Oke, makasih ya kar, infonya. Aku ke UKS dulu" kata May dengan berlari sembari melambaikan tangannya.

"Iya may" sahut Sekar.

Aksa berjalan menuju tengah lapangan untuk mengawasi siswa yang menulis konsekuensi.

"Loh, ini kenapa kok cuman kalian berdua? Ara sama Sekar kemana?" Tanya Aksa dengan wajah yang panik.

"Tadi Sekar bawa Ara ke UKS kak" sahut Haidar.

"Ara ke UKS? Sakit apa dia?" Panik Aksa.

"Kurang tau kak, tapi tadi.." sahut Rey.

Haidar memotong pembicaraan Rey

"Nah, itu dia Sekar udah balik" ucap Haidar dengan tangan menunjuk Sekar.

"Sekar, apa yang sebenarnya terjadi dengan Ara?" Tanya Aksa.

"Tadi Ara wajahnya pucet dan tangannya berdarah kak, terus tubuhnya juga lemes banget" sahut Sekar.

"Ya allah, kakak mau ke UKS dahulu, kalian lanjut nulisnya" ucap Aksa dengan berlari meninggalkan lapangan.

"Iya kak" jawab Rey, Haidar dan Sekar.

Ketika berlari menuju UKS, sempat terbenak dalam hati Aksa rasa khawatir kepada Ara ..

"Ya Allah, apa aku ini terlalu keras kepada Ara. Sampai fisiknya tidak kuat seperti itu, bagaimanapun juga akulah yang menyebabkan kondisinya sampai seperti itu, kenapa aku tidak sempat berfikir akibat dari konsekuensi yang aku ucapkan tadi. Maafkan hambamu ini ya allah" gumam hati Aksa.

🌷Wah makin hari makin panas nih ceritanya. So, pantengin terus episodenya jangan sampai ketinggalan. Apabila ada kesan, pesan, kritik dan saran silahkan tinggalkan di kolom komentar!^^

Aksara [Tulisan] COMPLETED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang