🎀 Eps. 21 | Merasa Dikhianati

9 2 0
                                    

"Waalaikumussalam, tapi tunggu dulu, maafkan saya ra, saya tidak tahu kalau apa yang saya lakukan ini akan mempersulit keadaan kamu, saya melakukannya demi keselamatan kamu" teriak Aksa. Ara sudah kecewa dengan Aksa, ia tidak menengok atau melirik sedikitpun ke arah belakang dan tetap pergi bergegas dan menaiki sepedanya untuk pulang.

"Bodoh, dasar aku bodoh, bagaimana bisa aku bicara tanpa memikirkan akibatnya" ucap Aksa dengan memukulkan tangannya ke kepala

"Astaga, kak, kakak nggak boleh gitu, jangan menyalahkan diri sendiri, tenang dulu kak, aku akan coba bicara dengan Ara besok, semua akan baik-baik saja, pasti Ara akan memaafkan kakak" kata-kata May itu seketika membuat Aksa sedikit lega.

"Terimakasih May"

***

Keesokan harinya, Aksa sebagai ketua osis hari ini bertugas menjaga ketertiban siswa di depan gerbang agar siswa mematuhi aturan sekolah untuk menuntun kendaraannya dan tidak menaikinya. Pagi-pagi sekali Aksa sudah ada di depan gerbang, satu per satu siswa menaati aturan sekolah, termasuk juga Ara yang baru datang. Ara tak menyapa Aksa, ia berpura-pura tidak melihatnya dengan mengalihkan pandangannya. Padahal biasanya Ara selalu menyapa Aksa dengan senyum tipisnya dan anggukan kepalanya.

Greb

"Tunggu" Tiba-tiba Aksa muncul dihadapan Ara. Sontak Ara kaget dan mengerem sepeda yang dituntunnya.

"Kenapa kak? Apa ada yang salah denganku hari ini? Apa aku tidak mematuhi aturan sekolah?" Dengan polosnya Ara mengira Aksa menghentikannya karena ia tak patuh aturan.

"Tidak, aku hanya ingin meminta maaf soal kejadian kemarin, tolong maafkan saya ra" singkat Aksa.

"Tolong jangan bahas itu lagi kak, aku muak mengingat kejadian kemarin, minggir! Aku mau ke kelas" cetus Ara dengan wajah yang cuek.

"Tidak, saya tidak akan pergi sebelum kamu maafkan saya ra" ucap Aksa dengan memegang keranjang sepeda Ara.

"Lepasin nggak! Minggir kak! Aku mau ke kelas" bentak Ara sudah jengkel.

"Maafkan saya dulu ra" sahut Aksa.

Tiinn tin

Bunyi klakson bergemuntang, ternyata banyak siswa yang berhenti mengantri dibelakang Ara.

"Kakak nggak liat apa dibelakang banyak siswa yang berhenti karna kakak menghentikan langkahku?! Nggak denger apa suara klakson?! Semua siswa juga punya kepentingannya sendiri kak, kasihan mereka, kalo tugas itu yang profesional dong jangan suka egois mentingin diri sendiri" bentak Ara dengan mata sinis.

Seketika Aksa melepaskan tangannya dari keranjang sepeda Ara dan membiarkannya pergi dengan terpaksa. Perkataan Ara sangat menyayat hati Aksa, sebelumnya ia tidak pernah dibentak oleh Ara, sepertinya Ara marah besar dengan Aksa. Aksa melanjutkan tugasnya dengan perasaan tak tenang.

Ara meminjam buku perpus sebelum ia masuk kelas, ia berjalan sambil memasukkan bukunya kedalam tas.

Bruk

Ara menabrak seseorang, bukunya terjatuh dan Ara berusaha mengambilnya dengan menundukkan pandangannya ke buku itu.

"Dasar bodoh! Jalan tuh pakek mata! Buta apa gimana sih lo!" Bentak pria yang ditabraknya itu.

Saat Ara berdiri, pria itu mengenal Ara.
"Lo? Lo lagi lo lagi, dasar buta, jalan tuh pakek mata" dan, pria itu tidak lain adalah Naufal.

"Astagfirullah, gus ndak boleh ngomong gitu, ndak baik, tolong dijaga omongannya gus" tutur Ara.

"Berisik lo, eneg gue masih pagi-pagi dengerin ceramah lo. Udah gue bilang kan kemarin, jangan pernah ngusik kehidupan gue" bentak Naufal.

"Aku hanya ingin menjalankan amanah, aku sama sekali ndak ada niatan buat ngusik kehidupan gus"

"Gas gus gas gus, eh dengerin ya, jangan panggil gue dengan sebutan itu gue muak dengernya, awas aja kalo sampek gara-gara lo panggil gue dengan sebutan itu, terus satu sekolahan jadi tahu panggilan itu" bisik Naufal.

"Loh memangnya kenapa? Kan panggilan gus itu bagus loh" sahut Ara.

"Tetep aja gue nggak suka dengan panggilan itu, pokoknya lo harus berhenti panggil gue dengan sebutan itu titik" sambung Naufal dengan mata sinisnya dan pergi meninggalkan Ara.

***

Ara berjalan menuju kelas sembari bergumam "hmm sekarang aku tahu kenapa gus Naufal itu perlu dibimbing, sifatnya sangat diluar nalar, diluar perkiraanku dari awal. Kayaknya aku harus membenahinya mulai dari tutur katanya karena itu yang paling utama, tapi gimana ya caranya?! Orang dia aja sulit dinasehati" bingung Ara dalam hatinya.

"Pagi Ara" sapa May sembari ingin duduk dibangkunya, sebelah Ara.

"Eh iya pagi May, tumben pagi banget berangkatnya" heran Ara.

"Hehe, ya pengen ajalah sesekali berangkat awal, eh ra aku mau ngomong sama kamu boleh?" Tanya May.

"Ngomong apa? Ya kalo mau ngomong, ngomong aja langsung May, kayak baru kenal aja minta izin segala"  sahut Ara.

"Emm kita ngomongnya di depan kelas aja ra, kayaknya temen-temen udah pada dateng nih nanti jadi rame" ajak May.

"Yaudah ayok kedepan" sambung Ara dengan berdiri dan mengajak May ke depan kelas.

Setelah duduk, May memulai pembicaraannya "jadi gini ra, aku mau minta maaf karna kejadian kemarin kamu jadi makin sulit buat jalanin amanah kamu"

"Udahlah, kamu nggak perlu minta maaf May, kamu nggak salah kok" sahut Ara.

"Aku salah ra, aku yang diam-diam memberitahu kak Aksa tanpa sepengetahuan kamu, dan bahkan aku juga selama ini yang selalu kasih kabar tentang kamu ke kak Aksa, kak Aksa sama sekali nggak ada niatan buat mengintai kamu ra, dia sama sekali nggak salah" ucap May dengan perasaan bersalah dan tidak enak dengan Ara.

"Ya allah May, jadi kalian itu ternyata sekongkol gitu maksudnya?" Kaget Ara.

"Iya ra, maafin aku dan kak Aksa ra, ini semua juga kami lakukan demi kebaikan kamu" sahut May.

"Kebaikan? Kebaikan apanya? Dengan cara menceritakan urusan pribadi sama orang lain? May, selama ini aku itu udah nganggep kamu kayak saudara sendiri, kamu yang selalu ada menemani dalam kondisi apapun itu, tapi ternyata itu semua kamu lakukan hanya untuk kamu ceritakan sama orang lain?! Entah kenapa May dikhianati sama sahabat itu jauh lebih menyakitkan daripada dikhianati sama orang yang kita sukai" Sambung Ara yang dengan tak sengaja meneteskan air mata.

"Nggak gitu ra maksud aku, aku sama sekali nggak ada niatan buat mengkhianati kamu, aku itu tulus sahabatan sama kamu, aku selalu merasakan setiap kebahagiaan dan kesedihan yang kamu alami, semua sikap empati yang aku tunjukin buat kamu itu murni ra, aku cerita sama kak Aksa itu cuma sebatas hal-hal yang penting aja kok ra, hal yang mungkin aku tidak mampu untuk membantunya ya karna aku nggak punya jiwa agamis yang besar kayak kamu ra. Aku tau aku salah, kamu boleh ra kecewa dan marah sama aku, kamu boleh kok diemin dan cuekin aku seberapa lama kamu mau, tapi plis, jangan marah sama kak Aksa ra" lembut May dengan memegang tangan Ara dan juga meneteskan air matanya karena rasa bersalah.

"May, mana bisa aku marah sama sahabatku sendiri, aku ndak akan sanggup diemin kamu dan cuekin kamu, dan untuk kak Aksa aku juga akan memaafkannya" sahut Ara dengan memengang kembali tangan May.

"Serius ra? Aaa makasih ra, sekali lagi maafin ya ra" ucap May dengan memeluk Ara.

"Its okay, tapi jangan diulang lagi" sahut Ara dengan membalas pelukannya May.

Aksara [Tulisan] COMPLETED✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang