08. 14 Juli, 3 Tahun Lalu.

1.9K 236 19
                                    

"Joano Yosi?"

Joan, yang kala itu sedang berbincang-bincang dengan kawan satu regunya, menoleh kearah gurunya yang juga berperan sebagai penanggung jawab acara perkemahan cabang yang saat itu sedang berlangsung.

"Ya, Pak. Ada apa ya?"

"Bereskan barang-barang kamu, sudah ada yang menunggu kamu di luar,"

"Loh, kenapa ya Pak? Kan acaranya masih kurang 2 hari lagi? Ini juga masih jam 1 malem?"

"Kamu bereskan barang-barang kamu sekarang, ya. Terus temui orang itu diluar, katanya dia Om kamu. Kamu pulang sekarang, ya."

Pembina itu memegang kedua pundak Joan. Sedangkan Joan hanya diam. Pembina itu menghembuskan nafas panjang,

"Yang sabar ya, Joan. Saya dan pembina lain turut berdukacita."

Jantung Joan tiba-tiba berdetak sangat kencang.

Setelah mengemasi barang-barangnya dan berpamitan dengan teman-temannya, Joan berjalan ke kesekretariatan. Di sana, ada salah satu Om-nya, Om Sultan, adik dari ayahnya.

"Om, ada apa ya?"

"Joan,"

"Langsung to the point aja, Om," hatinya sangat gusar, apalagi para kakak dewan penegak dan para pembina yang menatapnya sendu.

"Kamu jangan kaget ya-"

"Om buruan!"

Om Sultan hanya merapatkan bibirnya, lalu menghela nafas panjang,

"Papi kamu, kecelakaan... Dan, dia meninggal di tempat, 1 jam yang lalu."

Mata Joan terbuka lebar. Dirinya mengusap wajahnya sendiri. Ah, kejadian itu lagi.

Dirinya menatap sekelilingnya, hanya cahaya remang-remang dari senter emergency yang sudah mulai kehabisan daya. Kata Jevan, mereka belum kepikiran untuk mengganti lampu dengan lampu emergency yang tetap menyala walau tanpa listrik karena berpikir bahwa listrik di perumahan nya tidak akan mati. Haduh, bisa-bisanya.

Tangannya mencari-cari ponsel miliknya. Ketemu! Dirinya lantas sedikit merenggangkan tubuh. Dia tidur di tengah, diapit oleh Juan di kanan, dan Rendra di kiri. Joan mendengus kesal. Sempit banget. Dirinya lalu menekan tombol power di ponselnya.

Pukul 01.15 dini hari. Tanggal 14 bulan Juli, Tahun 2022.

Joan terdiam. Dia menatap Juan yang tidur membelakangi Nana yang sedang memeluk dan menyembunyikan wajahnya di punggung Juan, dan Jian yang tidur saling berhadapan dengan Haekal dengan selimut yang membungkus mereka hingga kepala. Jevan yang tidur sambil memeluk Nana, dan Rendra yang tidur membelakanginya dengan boneka Moomin di pelukannya.

Dia mengeratkan selimutnya. Dingin. Entah kenapa, hujan deras masih terus mengguyur kota.

Joan memegangi dadanya, rasa sesak tiba-tiba menyeruak begitu saja.

Hari ini, tepat 3 tahun hari kematian Papinya.

Joan mengusap kasar air matanya, lalu kembali berbaring dengan tangisan tanpa suara. Dirinya menatap kosong langit-langit ruang tengah.

Dan tanpa dia sadari, seluruh manusia di ruangan itu tidak ada yang benar-benar sedang terlelap.

Ada Jevan yang terus berusaha memejamkan mata, namun belum juga merasakan nyenyaknya tidur. Hingga akhirnya, dia hanya memejamkan mata sembari memeluk saudaranya. Rasanya terlalu sakit, sampai menangis saja rasanya sangat sulit.

Ada Navan, yang sepenuhnya sadar jika sejak gelap memenuhi rumah, dirinya tidak lepas untuk memeluk Juan. Dirinya memilih membelakangi Jevan, karena dirinya tidak ingin Jevan turut mengetahui tangisnya.

Ada Juan, yang membiarkan Navan terus memeluknya. Mungkin, Joan hanya melihatnya yang tertidur begitu tenang. Namun, Joan tidak akan mendengar tangis dibalik tidurnya yang pulas.

Dan, ada Haekal juga Jian yang terus menyeka air mata dari saudara didepannya. Jian terbangun, ketika hari baru saja berganti sekitar 30 menit, dan menemukan wajah Haekal yang sembab penuh air mata.

Jian menggigit bibirnya, menahan tangis, walau matanya terus melelehkan buliran air mata. Ingatan yang sekuat tenaga dia lupakan justru kembali, mengganggu tidurnya di malam berhujan kali ini.

Tujuh bersaudara itu sama-sama memiliki luka, yang sama-sama tertoreh 3 tahun lalu, tepat di malam ini.






















Halo sayangku!!! sedikit dulu ya??
Akuu degdeg an banget BESOK BAGI RAPOR HUHUHUHU

tmi aja sii, aku mutusin masuk SMK karena aku kira mudah, ternyata mudah-mudahan bisa bertahan😔😔😔

see u sayangku💗💗💗

Hi! My Twins!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang