Juan kira, malam minggunya akan berakhir dengan bersantai di kamar. Tiduran di kasur sambil nggelundung sana nggelinding sini lalu mengarungi alam mimpi bersama Jisoo Blackpink tanpa harus mikirin sekolah esok hari.
Tapi nyatanya, Juan malah berakhir berjalan menyusuri koridor rumah sakit sambil menenteng dua tas berisi baju dan keperluan lain untuknya, Jian, dan Joan.
Juan tambah kesal tatkala mengingat Jian yang seenak jidat menurunkannya di perempatan yang berjarak kurang lebih 300meter dari rumah sakit. Alasannya sih, mau night drive sendirian sambil cari angin.
Juan berdecih. Halah! Bilang aja mau nangis sambil lihatin keluarga cemara yang lagi malam mingguan di Alun-alun Kidul.
Kalau boleh jujur, sebenarnya Juan juga 'sedikit' iri dengan kejadian tadi. Namun, Juan berusaha berpikir positif. Mungkin saja Maminya sedang berusaha kembali menjadi Mami yang hangat, atau berubah menjadi Mama dengan sifat yang baru.
Dan karena keadaan, Mami memberikan pelukan pertamanya setelah tiga tahun, walau bukan untuk putra kandungnya sendiri.
Juan juga gak mau egois. Karena kini, Mami adalah Mama. Yang tidak lagi memiliki 3 putra yang harus ia rawat dan jaga, melainkan 7 putra dengan berbagai jenis, karakter, dan, kebutuhan yang berbeda-beda.
Ketika sampai di depan pintu ruang rawat, Juan dibuat tak habis pikir dengan pemandangan didepannya.
Kaki kanan diangkat di atas brankar, sedangkan yang satunya dibiarkan mengayun-ayun di udara. Kedua tangannya —termasuk yang masih terpasang infus— sibuk memainkan ponselnya. Sesekali salah satu tangannya menusuk potongan buah di sampingnya dengan garpu.
Haekal, bocah yang tadi sore ngeluh sesek sampai nangis, sekarang malah heboh main game online bareng Joan.
"Emang ada orang sakit yang malah mabar sambil jegangan?"
Walaupun sadar sedang disindir, Haekal tidak mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Iri? Bilang bos! Hahay! Palpalepalpale"
Juan menunjukkan ekspresi seolah berkata "ni orang kenapa, dah?"
"Gaje banget, Lo. Udah gak jaman, kali!"
"Kali? Kaliurang??"
"Kenapa di Kaliurang gak ada urang, ya?" Joan ikut-ikutan.
"Karena pilot ketiga bawa—" Haekal tidak menyelesaikan ucapannya, lalu tertawa terbahak-bahak bersama Joan. Teringat dengan kisah tiga pilot yang baru saja mereka dengarkan.
Juan betulan jengkel melihat 2 orang itu tertawa sampai hampir nangis, "gak nyambung, goblok!"
Haekal memelankan tawanya, "kata gue Lo harus dengerin cerita tiga pilot, sih." Lalu kembali tertawa.
Juan memilih keluar menuju kantin rumah sakit, daripada harus menonton 2 orang yang masih tertawa hingga melupakan gamenya.
"Wong gendeng."
🏡
Sesuai dugaan Juan, Jian beneran ke Alun-alun Kidul. Duduk di pinggir Alun-alun sambil makan kue pancong yang dia beli dengan penuh kesabaran saking ramainya.
Dan saat Jian sudah sampai di rumah sakit— tepatnya di ruang rawat Haekal, dia melihat semua saudaranya kecuali Juan sedang berkumpul.
Rendra, Jevan, dan Navan yang nampak serius mendengarkan Haekal bercerita. Jian menebak jika ini adalah cerita yang seru, karena melihat Joan sampai tertawa tanpa suara.
Jian memutuskan untuk meletakkan kue pancong—yang dia beli lagi karena ketagihan— di meja dan ikut nimbrung.
"Ketiga pilot itu menghadap kepala suku, mohon biar gak dimakan. Kepala sukunya setuju, tapi ada syaratnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/307750287-288-k17556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! My Twins!
Fanfiction00L NCT DREAM & TREASURE "Ayah mau nikah lagi!" "Oh, kalo itu gue udah tau dari lama. Lo nya aja yang ketinggalan be-" "Sama janda anak tiga, seumuran sama kita. DAN MEREKA KEMBAR!"