Dua motor itu berhenti di sebelah pintu masuk garasi, membiarkan mobil Jian lebih dulu masuk ke dalam. Setelah Jian memarkirkan mobilnya, dua motor itu ikut masuk ke dalam. Suara kedua mesin motor itu menggema di dalam garasi sebelum sang pengemudi mematikan mesin motornya.
Empat orang yang menaiki motor itu melepas jas hujan mereka, mengibaskan jas hujannya agar sedikit kering, dan menyampirkannya begitu saja di atas motor.
Jian dan Juan kompak membuka pintu mobil dan beranjak keluar. Joan membuka bagasi mobil dan mengambil kantong-kantong belanja yang berdesak-desakan di bagasi dan diberikan kepada tangan-tangan yang nganggur tanpa banyak protes.
Navan dengan lemas membuka pintu samping penumpang, berniat mengambil belanjaan, namun dia malah menemukan Haekal yang hanya duduk diam di sana.
"Ngapain masih di sini? Bantuin, tuh! Terus masuk ke dalem, dingin banget ini hujannya gak berhenti-henti. Ntar Lo sakit,"
"Pusing,"
Navan menghentikan kegiatannya dan meletakkan kembali kantong plastik itu di kursi penumpang. Tangannya yang dingin menyentuh dahi Haekal.
"Lho iya, panas Lo! Buruan masuk sana!"
"Bukan pusing itu ih! Jadi panas kan karena tangannya kamu dingin!"
Navan agak kaget dengan gaya bicara Haekal yang berubah. Tapi dia memilih untuk melanjutkan kegiatannya.
"Ya terserah Lo, deh."
Haekal merenggut, dia menatap Navan dengan ekspresi kebingungan lalu melontarkan pertanyaan, "Kak Rendra alergi kacang, kah?"
Tanpa ragu Navan menjawab, "Ya iya. Lo lupa kah? Kan Rendra, Jevan, sama Gue tuh alergi kacang. Lo nya beda sendiri, alergi udang sama gak bisa minum kopi. Amnesia Lo?" Tapi setelah menyelesaikan kalimatnya, Navan terdiam lalu menoleh melihat Haekal yang hanya membulatkan mulutnya.
"Ohh, pantes kamu kalo ada aku selalu diem-diem pas minum kopi kayak mau jadi maling. Tapiii, kenapa aku sendiri gak tau?"
Navan mengakhiri sesi diamnya, "Ya, pokoknya gitu lah!" Katanya lalu pergi menenteng dua kantong plastik dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Haekal mendengus jengkel lalu membuka pintu di sampingnya dan keluar.
Joan yang melihat Haekal keluar dari mobil buru-buru menyodorkan kantong plastik belanjaan entah milih siapa kearahnya.
"Ih????"
"Yang lainnya bawa dua kresek, ya! Lo cuma disuruh bawa satu gak usah protes!" Kata Joan yang lebih dulu masuk ke dalam rumah sambil menenteng dua kantong plastik besar di kanan kirinya.
🏡
Hujan deras kembali mengguyur kota. Di ruang keluarga ada si rajin Joan yang lagi ngerjain latihan soal matematika. Disampingnya, ada Juan dan Jevan yang melanjutkan acara marathon drakor yang sempat tertunda semalam.
Namun dibandingkan fokus menonton, mereka lebih memilih untuk menceritakan kesayangan mereka,
kucing.
Dua babu makhluk berbulu itu begitu asyik menceritakan tentang majikan-majikan mereka.
Bermula dari Jevan yang tumben memulai pembicaraan. Dia bercerita tentang kucingnya, Jono, kucing ras campuran berwarna oranye yang dia kira berjenis kelamin jantan. Tapi setelah beranjak remaja, Jevan baru menyadari jika Jono adalah seekor kucing betina.
Jevan bercerita bahwa dulunya, Jono adalah kucing pemalas. Kerjaannya hanya makan, buang air, dan tidur. Jika dia sedang bosan, kucing itu akan selalu mencari celah untuk keluar dari ruangan yang memang sudah di desain khusus menjadi kandangnya bersama dua kucing lain. Ketika sudah berhasil keluar, kucing itu akan memporak-porandakan rumah. Memecahkan piring atau gelas, mencakar sofa, mencuri makanan, pokoknya kucingnya ngeselin banget!

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! My Twins!
Fanfiction00L NCT DREAM & TREASURE "Ayah mau nikah lagi!" "Oh, kalo itu gue udah tau dari lama. Lo nya aja yang ketinggalan be-" "Sama janda anak tiga, seumuran sama kita. DAN MEREKA KEMBAR!"