cw: harsh word
"HAEKAAAAALLLL????"
Jian masuk ke kamar mandi putra yang paling deket dari kelasnya. Dari lima pintu, cuma ada satu pintu yang ditutup.
"DISINIII JIII!!!!!!"
Jian langsung menghampiri satu-satunya pintu yang tertutup disitu, lalu menggedor pintunya agak kencang.
"LOO LAMA BANGET ANJIIIIIRRRRRR???????"
"BENTAARRRRR!!! GUE BUKA KUNCINYAAA!!! Aduh!"
Jian semakin panik ketika mendengar Haekal mengaduh.
"HEHHHH LO KENAPAAA???????"
"SABAR BJIRRRRRRR KAKI GUE NYANGKUT!!"
Mendengar suara kunci terbuka, Jian bergegas masuk. Rahangnya terjatuh, gak habis pikir sama kelakuan saudaranya satu ini.
"LO NGAPAIN NYEMPLUNGIN KAKI KE LUBANG KLOSET ANJRITTTTTT?????"
"KITA UDAH HADAP-HADAPAN!! GAK PERLU TERIAKK???"
Jian langsung diem. Dia berakhir ngelihatin Haekal yang masih berusaha mengeluarkan kakinya dari lubang toilet.
"Bantuin!!!"
Jian berdecak, "makanya jadi orang jangan pecicilan!!"
Haekal memutar bola matanya malas, lantas menerima rangkulan Jian.
"Si anjrit! Pelan-pelan!!"
"Gue kurang pelan gimana lagi???"
"Lo nariknya kenceng banget???"
"Lagian ini gimana ceritanya bisa nyangkut??"
"Lah ya gatau, lah!"
Jian hanya mendengus kesal, tidak menanggapi.
"Lo lepas dulu sepatunya. Yang bikin nyangkut kan sepatunya itu. Bisa, gak?"
"Oh iya, gak kepikiran. Bisa-bisa."
Haekal berusaha mengeluarkan kakinya dari sepatu, dan... langsung bisa.
Jian menoyor kepala saudaranya, "kenapa gak dari tadi, anjir????"
"Ya, kan, gue gak kepikiran???"
"Peringkat 3 besar seantero jagat IPS masa gak kepikiran hal sesimpel ini?? Jadi gak yakin gue."
"Lo meragukan gue???? Gara-gara panik, nih, anjir."
Jian berdecak kesal, lantas melepaskan rangkulannya. Dia berjalan keluar dari kamar mandi, "tinggal diambil itu sepatunya,"
"Ambilin, dong, Ji!"
Jian menatap sinis, "dih??? Ogah, njir. Bau tai, eww."
"Bajing-"
"HEHHHH!!!! your language!!! Buruan, njir. Ujiannya udah mulai."
"Lah sepatu gue basah sebelah gini???"
"Yang satu dicemplungin juga, biar basah semua!"
"Serius, Ji!!"
"Nyeker!!!"
🏡
Pukul 4 sore, Rendra dan Joan sudah sibuk dengan lembar-lembar latsol matematika di ruang tengah. Mereka baru aja pulang bimbel, omong-omong.
Rendra menggaruk kepalanya kebingungan dengan angka-angka di kertas. Biasanya, sehari sebelum ujian matematika, dia hanya menghabiskan waktunya di kamar. Membaca materi sekilas lalu melukis diam-diam untuk menenangkan pikiran agar tidak stres saat dihadapkan dengan angka-angka kematian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! My Twins!
Fanfiction00L NCT DREAM & TREASURE "Ayah mau nikah lagi!" "Oh, kalo itu gue udah tau dari lama. Lo nya aja yang ketinggalan be-" "Sama janda anak tiga, seumuran sama kita. DAN MEREKA KEMBAR!"