Genggaman tangan Navan pada gelas sontak terlepas. Gelas itu menghantam lantai dan hancur. Serpihan kacanya menyebar tak tentu arah. Beberapa mengenai kaki Navan dan Rendra.
Jevan mendekat, mengabaikan kakinya yang menginjak serpihan-serpihan kaca. Entah mendapatkan kekuatan dari mana, dirinya mengangkat Haekal, lalu menggendongnya bersama selimut yang masih membungkus anak itu.
"Semuanya keluar! Kunci kamar ini terus kita turun ke bawah, tidur di ruang tengah kayak kemarin!" Perintahnya mutlak dan berlalu lebih dulu sambil menggendong Haekal. Rendra dan Navan menyusul dengan berjalan sedikit tertatih.
"Ji, ayo!"
"Gendooong~"
Joan berjengit, "dih? Ogah!"
Joan jelas menolak, karena dia tahu jika Jian itu anti yang namanya digendong. Separah apapun ketika sakit, kalau belum pingsan, dia pantang mau digendong.
Juan melotot ke arah Jian, "Lo ngapa ngerasukin saudara Gue???"
Jian --lebih tepatnya sosok yang merasuki Jian-- mengerucutkan bibirnya, "ya salahin saudaramu itu! Udah tau lagi tatap-tatapan sama arwah gatel malah ngelamun! Aku pikir kalo gak aku rasukin nanti dia dirasukin sama arwah itu! Eh malah anak tadi yang dirasukin," jelasnya panjang lebar.
"Si Haekal dirasukin setan tadi?" Tanya Joan pada Juan. Dia menatap Jian sedikit takut. Walaupun dia sering melihat Juan yang berinteraksi dengan 'mereka', Joan tetap tidak terbiasa.
Juan mengangguk, lalu menatap Jian.
"Lo bisa usir dia?"
Jian mengangguk semangat, "arwah kayak gitu mah kecil! Dia anak baru, sedangkan aku kan udah senior hihihi~" dia terkikik.
prang!
"HIHIHIHI!"
"ALLAHUAKBAR! ISTIGHFAR KAL!!"
Pekikan dari lantai dasar terdengar. Joan lebih dulu berlari keluar. Juan menarik tangan tangan Jian, tapi dia tidak mau beranjak.
"Gendong doong~~"
Juan berdecak, lantas menggendong Jian di punggungnya. Santi, arwah yang merasuki Jian itu tertawa kesenangan. Dia mengepalkan tangan kanannya ke udara.
"Let's go! Ayo kita berantas para arwah gatel!! Hihihi~~"
🏡
Joan tiba di lantai dasar. Hal pertama yang dilihatnya adalah Jevan dan Rendra yang sedang menahan Haekal untuk tidak melukai tangannya menggunakan pecahan vas keramik yang baru saja pecah. Sedangkan Navan berusaha menyingkirkan pecahan keramik menjauhi Haekal.
"WOY INI GIMANA?"
"TELPON– JEMPUT PAS USTAD TEJO AJA!"
"PAK USTAD BELOM PULANG HAJI, LUPA LO?"
"LAH TERUS GIMANA?"
"BACAIN AL-QUR'AN!!!"
"SURAT APA???"
"APA AJA!"
Navan mulai membaca salah satu surat, dia berusaha fokus, namun Haekal malah tertawa keras.
"HAHAHA! IKHFA!! MIN SYARRIL HARUSNYA DIBACA MING SYARRIL!! DITAHAN DUA HARAKAT!!!"
"ANJINGGGG BACAAN GUE DIKOREKSI SAMA SETAN!"
"JANGAN MALAH NGUMPAT BABI! DIA CUMA BIKIN LO GAK FOKUS!"
"LO JUGA NGUMPAT YA SAUDARA JEVAN!" Rendra akhirnya jengah sendiri.
"Lepasin dia!"
Tiga orang itu sontak menoleh ke arah Jian yang menunjuk Haekal dan menatapnya tajam.
Tanpa ragu, Jian berjalan menghampiri dan merebut paksa pecahan keramik di tangan Haekal. Jevan meringis melihat darah yang sedikit merembes dari tangan Jian yang terkepal erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi! My Twins!
Fanfiction00L NCT DREAM & TREASURE "Ayah mau nikah lagi!" "Oh, kalo itu gue udah tau dari lama. Lo nya aja yang ketinggalan be-" "Sama janda anak tiga, seumuran sama kita. DAN MEREKA KEMBAR!"