10. Pemakaman dan SM.

2.2K 265 22
                                    

tw: bullying, harsh words

"Lo langsung ke masjid aja. Gue lagi ambil motor di parkiran. Gue juga dah ngomong ke Jevan buat kumpul di masjid,"

Kata persetujuan dia dapat dari Haekal di seberang telepon sana sesaat sebelum mematikan panggilan.

Navan lanjut menghidupkan mesin motor Vario miliknya- sama seperti yang dikendarai Jevan, hanya berbeda warna saja. Yang dikendarai Jevan berwarna hitam dengan aksen merah, sedangkan yang dia kendarai memiliki aksen kuning keemasan.

2 motor itu adalah fasilitas bersama yang mereka dapat setelah berhasil menyelesaikan ujian akhirnya di SMP. Saat SMP, mereka memilih menggunakan sepeda daripada kendaraan bermotor. Setelah menyelesaikan ujiannya, Ayah Tyo bertanya,
"kalian mau 1 mobil atau 2 motor?"

Jelas mereka memilih 2 motor. Dan daripada merequest motor sport- supaya keliatan keren, mereka memilih merek motor matic dengan alasan lebih nyaman untuk berboncengan.

Kini, Navan mulai mengendarai motornya memasuki area sekolah menuju masjid yang memang berada di tengah kawasan antara gedung IPA dan IPS.

Setelah memasuki waktu istirahat ke-3, peraturan mulai diijinkan mengendur. Seperti membawa kendaraan bermotor ke area dalam sekolah. Biasanya para siswa yang jam pelajarannya belum habis, memiliki jam tambahan, kegiatan ekstrakurikuler, atau kegiatan lain di area sekolah memilih untuk membawa motornya dan memarkirkannya di depan kelas ataupun ruangan ekstrakurikuler, juga dipinggir lapangan.

Dengan alasan, "serem pak kalo jalan sendirian ke parkiran diatas jam 4," mereka akhirnya mendapatkan izin, namun dengan syarat tidak membuat kebisingan berlebih, dan... tidak merusak tanaman.

Navan menggeleng sembari menatap berbagai tanaman di sekelilingnya yang tertata rapi di depan kelas-kelas.

Dirinya yang memiliki jabatan sebagai seksi pertamanan yang setiap sore memiliki kewajiban untuk menyiram semua tanaman yang berada di area kelasnya itu terkadang merasa lelah karena saking banyaknya tanaman yang harus dia siram.

Saat sedang menyiram, dia selalu berpikir, dengan biaya masuk dan spp yang setara dengan sekolah ber- air conditioner, sekolahnya justru memberikan fasilitas AC berupa angin cendela dan terus memperbanyak tanaman. Oh! Dia jadi paham kenapa banyak sekali jenis tanaman mahal di sekolahnya.

Yaudah mau gimana lagi, namanya juga sekolah adiwiyata.

Tapi Navan dan sepertinya seluruh murid sekolah ini tetap bersyukur, kok. Karena Navan sendiri pernah melakukan kunjungan open house dari beberapa sekolah. Ada satu sekolah yang menawarkan fasilitas full ac. Memang sih, ruangannya jadi adem. Tapi baru aja dia melangkah keluar udah seperti melangkah ke dunia lain, "buset panas banget."

Apalagi Navan yang punya kebiasaan baru, tiduran di depan kelasnya sambil melihat rimbunnya tanaman-tanaman yang dia rawat setelah diberikan jabatan- secara paksa menjadi seksi pertamanan.

Navan jadi senyum-senyum gak jelas karena merasa berbangga diri.

Setelah memarkirkan motornya di dekat masjid, Navan melepas sepatunya dan masuk ke masjid untuk melakukan ibadah wajib.

Gak sampe 15 menit, Navan sudah duduk di tangga masjid untuk kembali mengenakan sepatunya.

"Woy!"

"Asjksfljksldklshjkld"

"Napa sih?"

"Anj- astaghfirullah! Gue kira setan, taunya emang beneran."

Haekal hanya terkikik, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Hi! My Twins!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang