25. Bendahara Osis Mau Membantu!

140 55 29
                                    

"Bendahara? K-kau ngapain di sini?"

"A-aku mau membantu kalian! Alsenon dan Ketua Hanya membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kasus kematian Graciana, Sila, Buk Ardena, dan Mimosa, kan? Tolong izinkan aku ikut! Aku tidak mau terus berpangku tangan!"

Dekat! Dekat! Wajahnya dekat sekali!

"T-tenanglah dulu..." Aku mundur selangkah, menghela napas pendek. "Terus terang, aku menyukai niatmu, Bendahara. Tapi masalah ini tak bisa diselesaikan dengan semangat saja."

Benar. Musuh kami, Auristella, cerdik dan jeli. Untuk menangkapnya, kami tak bisa cuman mengandalkan semangat tapi juga kepintaran. Hanya yang katanya mendapat penghargaan murid paling genius di SMA-ku masih mentok...

Tunggu sebentar. Mungkin perkataan Cielo ada benarnya. Auristella membuat Hanya tertidur supaya dia ketinggalan informasi. Apa Auris takut ketahuan oleh Hanya maka dia menyingkirkan yang berbahaya dahulu?

Cih, dasar gadis psikopat licik. Begitu kami menguak tentangnya, aku akan menjitaknya tidak peduli dia cewek dan aku cowok!

"Bagaimana, Sen? Kelihatannya kau adalah pemimpin dari grup ini. Apa aku boleh masuk?"

Aku baru mau menjawab, namun terhalang oleh Serena yang berdiri di depanku sambil melipat tangan ke dada. "Maaf Bendahara, tapi kelompok kami sudah full. Lain kali saja."

Oi! Kau bisa membuatnya tersinggung!

"Aku mohon izinkan aku bergabung! Mungkin kematian teman-teman kita berhubungan dengan hilangnya Alpha Astara!" desaknya.

Kami tersentak. "Eh, kau kenal Kak Alpha?"

"I-iya." Dia mengusap leher bagian belakang. "Aku pacarnya. Dia-lah alasan aku ingin ikut menyelidiki kasus ini bersama kalian. Kalau kalian tidak percaya, ini photo box terakhir kami sebelum Astara menghilang." Dia pun menunjukkan kumpulan foto selfienya. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih bahagia.

"K-kenapa kau gak bilang dari tadi sih?!"

Ini merupakan hal bagus! Berkah dari Tuhan! Mana kutahu Kak Alpha rupanya punya pacar dan itu Bendahara. Kami bisa menyelusuri jejak Kak Alpha yang buntu tiga lima hari ini.

Aku harus beritahu yang lain... Ah. Baterai ponselku habis. "Serena, pinjam ponselmu."

"Buat apa... Oh, benar!" Serena yang peka segera menyerahkan hpnya, lanjut ngobrol dengan Bendahara. "Kalian sudah pacaran berapa lama?" tanyanya siap mencatat.

"Etto, kurasa sudah mau empat bulan..."

"Oi, Serena. Apaan password-nya?"

"Tsk, kata sandi rumahku. Apa kau lupa?"

Oh, iya. Aku lupa. Serena kan orangnya simpel, hanya menggunakan satu password saja karena tidak mau repot memberi kata sandi yang berbeda. Tapi menurutku apakah itu tidak berbahaya? Harusnya dia waspada...

"K-kenapa menatapku seperti itu?" tanyaku pada Bendahara yang memelototi hp Serena.

"T-tidak. Aku merasa kalian berdua sangat dekat sampai berbagi kode password rumah."

Serena menunjukku datar. "Itu karena dia tidak bisa memasak dan selalu minta laukku. Dia menyukai masakanku, si hari senin ini."

"Heh, sembarangan. Kau yang suka ngundang aku dan December berkunjung ke rumahmu."

"Itu aku mau melihat adikmu bukan dirimu."

"Alasan. Akui saja, kau suka padaku, kan?"

"Aku lebih baik menyukai tukang ojol."

"A-anu... Etto... T-tenanglah..." Bendahara berdiri panik melihatku dan Serena yang berdebat. "K-kenapa kalian jadi adu mulut!!!!"

Ini salahnya yang memicu kami ribut.

*

[Namanya Asteris Hoshia, 17 tahun, seumuran Kak Alpha. Aku pernah menyuruhnya untuk menggantikan posisiku sebagai Ketua Osis, tapi Kak Hoshia ingin tetap jadi bendahara.]

Geehhhh!!!! Jadi dia kakak kelas? Karena Kak Hoshia pendek, aku tidak ngeh dia memakai rompi yang dikenakan oleh senior. Aku sudah bertingkah tidak sopan seperti Hanya ke dia!

[Ini petunjuk besar! Kerja bagus, Sen, Ser. Sekarang kita mendapat titik terang untuk pencarian Kak Alpha. Dari mana kita mulai, Han? Tempat terakhir mereka berkencan?]

[Mari kita mulai dengan membaca doa dan tidur. Ini sudah pukul 9 malam, jam tidurku. Selamat malam minna!  Lanjut di sekolah.]

Hanya keluar dari telepon grup. Offline.

Dasar laki-laki yang hidup lurus. Sekali menetapkan jadwal, mindset-nya bekerja.

[Tapi Hanya benar, Abigail. Kita lanjut besok saja di sekolah. Aku sebenarnya ingin nonton film. A-aku keluar dulu ya!] Serena menyusul.

Berikutnya Aga, Cielo, dan Noura. Menyisakan aku dan Abigail seorang. Sepertinya Abigail sama denganku, belum ngantuk dan tak sibuk.

[Entah kenapa firasatku jelek, Sen.]

"Eh, tentang apa?" Aku mengerjap.

[Tentang Kak Hoshia dan Kak Alpha. Aku merasa ada yang dia sembunyikan dari kita.]


[END] Auristella is DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang