Pemakaman Gracia dilaksanakan dengan cepat dan sederhana. Aku baru bisa datang melayat di hari ketiga karena harus menjaga rumah. Orangtuaku lagi bepergian ke luar kota. Pekerjaan.
Aga, Abigail, Cielo, Serena, dan Mimosa sudah ada di rumah duka sejak hari pertama. Sementara Noura dan Chausila tiba di hari kedua. Mereka disibukkan dengan sekolah yang ricuh oleh kabar meninggalnya Gracia secara tiba-tiba.
Kematian Gracia benar-benar tidak masuk akal mau sekeras apa kupikirkan. Dia tak punya motif untuk mengakhiri hidupnya. Kenapa nasib Gracia berakhir mengenaskan begini? Aku tak mengerti.
Dan yang paling gila itu adalah polisi.
"Sepertinya putri anda dalam kondisi tertekan, Nyonya. Surat ini buktinya," katanya menyodorkan kertas berdarah 'Kemarin Hidup Hari Ini Tiada'. "Dia pun stres dan melompat dari rooftop."
Aku menatap tak percaya. Kesimpulan payah macam apa itu, hah! Gracia, wakil ketos yang pintar stres dalam belajar? Yang sehat dong kalau mau mengarang cerita, Pak Pol! Beliau ini tak minat mencari tahu penyebab Gracia tewas.
"Kita harus beritahu soal surat itu padanya!" gumam Abigail mengeluarkan kertas bertuliskan pesan terkutuk. "Kalau terus begini, mereka bakal betulan menganggap Gracia bunuh diri!"
Abigail baru saja ingin menjelaskan bahwa kami sedang diteror seseorang, namun Hanya menahannya, menggeleng.
"Kenapa kau menggeleng?" sergah Cielo.
"Itu bukan ide bagus," ucapnya pendek.
"Hanya benar." Aku mengangguk setuju.
Kami punya surat teror dengan tulisan yang sama. Polisi akan berpikir kami juga akan melakukan bunuh diri seperti Gracia atau lebih parahnya mereka mengira Gracia lah yang meneror kami. Kalian harus mati sepertiku. Kayak gitu. Reputasi mendiang Gracia bisa buruk.
"LALU SEKARANG KITA NGAPAIN? MASA DIAM AJA? Serena sejak kejadian itu dia jadi pendiam. Kita harus melakukan sesuatu. Kita tidak bisa terus begini," amuk Cielo gatal ingin meninju manusia.
Kalaupun kami ingin mencari tahu siapa sebenarnya yang mengintimidasi kami dengan pesan horor kematian, kurasa itu takkan mudah karena tak ada jejak.
"Han, lakukan sesuatu dong. Bukannya kau sering ngurus kayak ginian? Kalau tidak ngapain kau nyuruh aku sama Cia untuk berhati-hati," celetuk Noura.
"Aku bukan detektif..." Hanya manyun.
"Bikin ditiktif." Aku menyenyekan-nya. "Waktu itu, kenapa kau bisa tahu kepsek punya istri simpanan, heh? Kau esper?"
"Penilaian psikologi," jawabnya enteng.
Memangnya kau seorang psikolog, hah?
"Stop! Kita teralihkan." Aga memberi batas suci. "Kita fokus ke Gracia, oke?"
Hanya melipat tangan ke dada. "Tenang lah. Aku juga sudah bergerak," ujarnya menatap jam tangan. "Sebentar lagi."
Apa yang dia tunggu? Kami bersitatap.
"Nak Hanya," panggil seseorang. Kami berbalik, terkesiap. Itu ibunya Gracia.
"Tante." Kami membungkuk hormat.
"Ini permintaanmu." Beliau menyerahkan suatu dokumen pada Hanya, menatap serius. "Temukan pembunuh putriku."
Hah?! Tunggu, apa? Beliau percaya pada kami, bahwa Gracia tidak bunuh diri? Aku menoleh ke Hanya yang memasang wajah sungguh-sungguh. Hanya sialan. Apa yang dia rencanakan diam-diam?
"Serahkan pada saya, Tante."
*
Kami segera menyeret Hanya ke tempat yang cukup lengang. Pagi hari ini agak mendung. Mungkin langit ikut sedih akan kepergian Gracia yang terlalu cepat.
"Apa itu, heh? Apa rencanamu, heh?" Noura dan Cielo sudah siap dengan sarung tinju jika Hanya tak menjawab.
"Sabar elah. Mulutku hanya satu."
Hanya menunjuk segel dokumen. Aku mendelik. Itu dari Departemen Forensik!
"Minta tolong ke polisi takkan ada gunanya. Lihat, mereka hanya mengira Gracia bosan hidup lantas bunuh diri. Seeasy itu bagi mereka menutup kasus. Makanya aku meminta persetujuan autopsi pada keluarga Gracia tanpa diketahui siapapun. Kita butuh akuisisi."
Abigail menelan ludah. "Aku sudah tahu kalau Cia dibunuh. Dia pasti didorong oleh seseorang, si penulis surat itu."
"Tidak. Aku rasa bukan didorong."
Aku mengernyit begitu membacanya. Ini membuatku makin bingung. Kenapa...
Kenapa bisa ditemukan peluru di kepala Gracia? Dia mati ditembak? Just how?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Auristella is Dead
Mistero / Thriller[Thriller, Friendship & Minor Romance] Aku menemukan sebuah pesan yang kuyakini seorang murid di SMA-ku akan melakukan tindak bunuh diri. Masalahnya, aku atau siapa pun di sekolah ini tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aku tidak mau ada tragedi terja...