"Om dokter, gendong Dika dong. Dika mau pilih-pilih rasa buat dokter sama Mama."
Menurut dokter Abra meraih tubuh kecil Dika dalam gendongannya. Bersisian dengan dua orang pelayan outlet yang berbeda, ayah dan anak ini saling memesan, tapi Dika sama sekali tidak peduli atau bahkan sekedar melirik ke arah Papanya.
Di antara berjuta kemungkinan yang ada di dunia ini. Aku tidak habis pikir kenapa Takdir begitu kejam berlaku pada Dika. Ini bukan sebuah kebetulan biasa, tapi satu kebetulan yang sangat menyakitkan untuk Dika, karena selama ini Dika selalu merengek pada Papanya mengajaknya untuk bermain disini di akhir pekan namun selalu Papanya tolak dengan alasan sibuk.
Tapi lihatlah, bersama anaknya Bang Dwika tidak pernah mengusahakan waktu luang. Aku dan Dika paham sebagai seorang Danton kesibukannya tentu luar biasa, belum lagi jika ada misi atau tugas yang membuatnya harus berpisah selama berminggu-minggu, saat itu aku dan Dika sangat paham dengan pengabdiannya tapi kami juga ingin menghabiskan waktu barang sejenak untuk bersama-sama.
Sayangnya kini aku paham. Bukan karena suamiku tidak ada waktu. Bukan dia tidak bisa meluangkan waktunya, tapi ya karena suamiku tidak ingin saja pergi bersamaku dan Dika. Karena nyatanya kini dia bisa pergi bersama dengan wanita lain dan juga membawa anak wanita tersebut, selalu ada waktu luang jika dia memang berniat untuk pergi membahagiakan orang terkasihnya, dan orang itu bukan aku dan Dika.
Mereka bertiga persis seperti sebuah keluarga yang sempurna dan bahagia. Seorang istri yang cantik dan agamis, serta seorang Ayah yang sangat perhatian pada putri kecilnya yang selalu lekat dalam gendongan. Manis sekali bukan jika di perhatikan, tapi kebersamaan mereka yang sempurna itu menggoreskan luka di hatiku dan Dika.
Ingin rasanya aku menertawakan diriku sendiri karena bisa-bisanya aku masih menangisinya tadi pagi, bahkan aku berharap satu keajaiban akan datang dan Bang Dwika kembali padaku, tapi sepertinya harapku terlalu muluk-muluk. Berbeda denganku dan Dika yang berjuang untuk terbiasa dengan keluarga yang timpang pasca kepergiannya, Bang Dwika sepertinya tidak merasakan hal tersebut.
Matanya menoleh ke arah Dika, mustahil Bang Dwika tidak melihatnya karena kini dia dan dokter Abra bersisian, tapi lihatlah yang dia lakukan. Dia hanya diam membisu dengan Nada di gendongannya tanpa ada sedikit pun niat darinya untuk menyapa Dika. Tidak bisa aku bayangkan bagaimana sesaknya perasaan putraku tersebut.
Tapi seolah mengerti apa yang terjadi. Dika pun melakukan hal yang sama. Dika merangkul leher Abra dan seakan Papanya adalah makhluk tak kasat mata, Dika cuek saja memilih-milih es krim untuknya dan juga dokter Abra.
"Kalau Mama nggak suka yang manis, Om dokter. Mama sukanya berries sorbet, ya kan Ma?"
Dika menoleh ke arahku yang ada di belakang mereka berdua, mendapati putraku memanggilku aku segera mendekat. Dika ini memang sosok pengertian. Dia paham apa yang aku suka dan aku tidak suka.
"Pinternya anak Mama." Balasku sambil mencubit pipinya, "terimakasih jagoan Mama buat pilihannya."
Dika tertawa kecil, pipinya yang gembul memerah karena cubitanku barusan, "kalau Dika sukanya vanila Oreo, Om dokter. Om dokter mesti cobain juga."
Dokter Abra mengangguk antusias, usai memilih apa-apa saja yang hendak kami makan, segera aku meraih dompetku, tapi pria yang lebih muda 5 tahun dariku ini segera menggeleng keras, "saya saja yang bayar, Mbak. Traktiran saya karena seharian ini sudah di ajakin Dika playdate, sudah lama saya nggak sebahagia ini." Tanpa merasa repot sama sekali bahkan tidak memberikanku kesempatan untuk menjawab dengan sebelah tangannya, dokter Abra meraih ponselnya dan segera menscan barcode untuk pembayaran.
Percayalah, untuk beberapa saat aku di buat terkagum-kagum dengan kepekaan dan juga act of service yang dilakukan oleh dokter Abra ini, percayalah, kekasih atau pasangannya nanti pasti akan sangat beruntung bisa bersamanya.
"Terimakasih, Om dokter! Sayang Om dokter banyak-banyak!" ..........,.............
Holllaaaa yuk yang mau baca secara lengkap bisa ke KBM, KaryaKarsa, playbook atau mampir ke innovel/drimi ya, Happy reading semuanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersaing dengan Masalalu
RomanceAlia Wenang kira kehidupannya sempurna, menjadi seorang Ibu Persit dari Dwikara Prasetya dan juga ibu untuk Andika Prasetya yang tengah aktif-aktifnya di usianya yang sudah memasuki sekolah dasar meski, tapi sayangnya kesempurnaan yang dia rasakan n...