"Mbak Alia, yang sabar ya Mbak. Saya lihat video viral kemarin!"
"Saya juga nggak nyangka loh kalau Papanya Dika sama Mamanya Nada bisa sejahat itu!"
"Iya, tapi sejak awal Papanya Dika nganterin Dika lanjut pergi sama Mamanya Nada saya udah ngerasa aneh, tapi nggak mau suudzon terlebih dahulu, kan mikirnya mereka mungkin saudaraan gitu!"
Mendengar berbagai obrolan yang di lontarkan oleh wali murid lainnya yang kebetulan menunggu anak mereka bersekolah seperti yang aku lakukan karena takut Dika akan kembali di ganggu anak-anak lainnya, aku tersenyum kecil. Aku bukan orang yang suka bergosip tapi untuk hal seperti ini rasanya sanksi sosial adalah hal yang di butuhkan untuk orang-orang yang tidak tahu diri macam Nana dan suamiku sendiri.
Sebelumnya Dika yang terbully karena ulah Nana dan juga suamiku yang tanpa tahu malu berselingkuh dan di ketahui oleh seluruh sekolah, baik oleh para guru dan juga siswa, dan sekarang saat Allah membalikkan keadaan hingga mereka bukan hanya di permalukan di hadapan sekolah melainkan sejagat Indonesia by media sosial, giliran Nana dan anaknya Nadalah yang terbully.
Sungguh, aku kadang merasa jika aku terlalu jahat karena aku merasa saat anaknya Nana terbully sedikit sakit hatiku terbalaskan meski seharusnya anak-anak tidak perlu terlibat di masalah orang tua. Tapi setidaknya Nana harus tahu bagaimana sakit hatiku mendapati putraku menjadi bulan-bulanan karena ulahnya yang tidak tahu malu. Dan yang paling menggembirakan dari sanksi sosial atas video viral itu adalah Nana yang menyingkir dari sekolah karena tidak sanggup dengan cibiran yang di dapatkan.
Aku yang awalnya berencana memindahkan sekolah Dika kini bisa menyekolahkan putraku dengan nyaman. Terserah Bang Dwika mau bagaimana dengan Nana, untuk sekarang aku hanya sanggup mendoakan dia di setiap sujud sholat malamku sembari menata hatiku yang hancur berhamburan, toh dengan aku yang tidak menuntut cerai dan seluruh keuangan aku pegang, itu cukup hukuman untuk mereka agar semakin tidak berkutik.
Perlahan aku mencoba untuk merelakan dan mengikhlaskan, sama seperti Dika yang mulai mengatasi trauma karena sikap tolol Papanya yang terjebak masalalu, aku juga melakukan hal yang sama. Bersyukur dokter Amira dan dokter Abra adalah dua orang dokter yang begitu apik dalam merawat trauma kami.
Percayalah, aku seperti menemukan sosok kakak dan adik yang baru di diri mereka. Aaaahhh jika seperti ini aku jadi rindu dengan keluargaku sendiri di Solo sana. Nasib baik para sepupu dan saudara yang mengetahui keviralan suamiku mau berbaik hati menjaga agar tidak sampai terdengar ke telinga Ayah dan Ibu. Aku tidak ingin membuat mereka khawatir, karena jika tiba saatnya aku harus menentukan berhenti atau tetap berjuang dalam pernikahan ini, aku sendiri yang akan memberitahukan pada mereka.
Entahlah kapan tepatnya hari itu, tapi yang jelas saat itu aku baru saja keluar dari sekolah menjemput Dika saat sebuah mobil SUV Premium berhenti tepat di depanku, untuk beberapa saat aku tidak ambil pusing mengira itu adalah salah satu mobil wali murid mengingat sekolah Dika adalah sekolah elite tapi saat seorang bergamis dan berhijab lebar dengan aura yang mengagumkan turun sembari menyebut namaku, tentu saja aku terkejut.
Kalian paham kan maksudku, pasti dari kalian pernah ada bertemu satu orang yang hanya sekali melihatnya saja langsung hormat, nah hal itulah yang aku rasakan saat aku bertemu pandang dengan wanita cantik yang memperkenalkan dirinya sebagai Fatimah.
"Nama saya Fatimah, Dek Alia. Ada banyak hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda mengenai suami Anda dan wanita bernama Natasha."
........::.......
Part lengkapnya bisa kalian baca di aplikasi dibawah ini ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersaing dengan Masalalu
Roman d'amourAlia Wenang kira kehidupannya sempurna, menjadi seorang Ibu Persit dari Dwikara Prasetya dan juga ibu untuk Andika Prasetya yang tengah aktif-aktifnya di usianya yang sudah memasuki sekolah dasar meski, tapi sayangnya kesempurnaan yang dia rasakan n...