CHAPTER NINE

7 20 0
                                    

Haii everyonee...
Kami kembalii.... Dengan alur cerita yang pastinya makin seruuu, kuyy baca....

Happy Reading

Minggu demi minggu, lembaran-lembaran peristiwa telah terlewati dengan begitu banyak kejadian-kejadian yang tak terduga.

Hingga membuat Air dan Zia semakin dekat, bak seorang sahabat yang sudah dekat selama bertahun-tahun...

Zia sudah mulai dapat beradaptasi dan sudah memiliki beberapa teman perempuan, sekaligus ia menjadi siswa yang primadona dalam sekolah karna ia selalu dapat meraih prestasi yang sangat baik...

"Haii Ziaa," sapa beberapa perempuan yang sedang jalan di koridor sekolah.

"Haii," jawab Zia sambil melambaikan tangannya.

Tak jauh dari situ ada beberapa anak laki-laki yang sedang berjalan seraya mengatakan "Haii Cantikk," dengan genitnya.

"H-hai," jawab Zia sambil berlari kecil karena merasa begitu tidak nyaman dengan sapaan itu.

Anak laki-laki yang tadi menyapa hanya dapat melihat Zia menjauh sambil tertawa kecil.

'Ga jelas betul mereka huh," ucap Zia dalam hati.

"Haii Zia," ucap seorang anak laki yang tampaknya tidak asing bagi Zia.

"Hai Air, baru dateng?"

Ternyata anak itu adalah Air yang sehabis dari kantin.
"Udah dari tadi, ini abis dari kantin" balasnya sambil memperlihatkan tentengan makanan yang ia bawa.

"Oh iya, lu di suruh keruangan bu Rivta tuh," sambungnya sambil memakan makanan yang ia bawa itu.

"Ouhh, mau ngapain ya?" Tanya Zia sambil mengerutkan dahinya.

"Gwa tawu, langwsung awja kesana" balas Air dengan mulut yang masih dipenuhi makanan.

"Kunyah dulu baru ngomong bangg," ucap Zia sambil menyipitkan matanya.

"Ya udah, gua ke ruang bu Rivta dulu ya" sambung Zia.

"Oke," balas Air sambil menunjukkan tanganya berbentuk 'oke'.

Zia pun pergi meninggalkan Air untuk menuju ruang bu Rivta.

Tak berselang lama Zia pun sampai ke ruangan yang di tujunya, karena jarak ruangan bu Rivta dengan berdirinya tadi cukup dekat jadi tak perlu waktu lama untuk sampai.

Tokk...
Tokkk...

"Assalamualaikum bu," ucap Zia sambil membuka sedikit pintu yang ada didepannya.

"Waalaikumsalam, masuk aja" jawab seorang ibu yang terlihat cukup muda umurnya sekitar 25-an.

"Oh Zia ya, masuk nak" sambungnya, yang ternyata itu ibu Rivta.

"Ada apa ibu memanggil saya kesini?" Tanya Zia menunjukkan muka bingungnya.

"Gini Zia, karna nilai matematika kamu sangat bagus dalam angkatan ini, jadi ibu mau kamu ikut OSN matematika yang akan di adakan minggu depan," jelas ibu Rivta dengan serius.

"Kamu bisa kan ikut? Karna kamu yang paling bagus dalam angkatan ini," sambungnya lagi dengan jelas.

Zia diam sejenak untuk memikirkan hal itu dan tak lama ia angkat bicara.
"S-saya bersedia ko bu," balasnya yang sebelumnya diam dengan sedikit bimbang. Sebetulnya bila boleh jujur Zia sangat tak ingin mengikuti olimpiade ini karna dia cukup 'malas'.

"Aahhhh terima kasih banyak Ziaaa," ucap bu Rivta dengan begitu gembira karna 'sangat berterima kasih'.

"Kamu persiapkan diri yaa, jika ada hal yang bingung tanyakan saja" sambungnya tak lupa dengan nada gembiranya yang belum juga luntur.

TWO WORLDS | Project_RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang