CHAPTER ELEVEN

6 20 0
                                    

'Tringggg...~

Jam pulang sekolah pun tiba dan saatnya semua murid-murid pulang ke rumahnya masing masing.

Langkah Zia pun terhenti saat ada seseorang dari belakangnya memanggil
"Haii Ziaa huftt..," sapa sosok pria tersebut seraya mengatur nafasnya karna berlari, sosok itu ternyata Air.

"Hai Air," sapa balik Zia.

"Kuyy bareng," ajak Air sambil menaiki motornya dan menyodorkan helm ke hadapan Zia.

"Gak ah, gua nunggu pa Handri aja," jawab Zia menolak ajakan Air.

"Lu mau nunggu lama terus sendirian di sekolah hah? Yang lain sudah dijemput tinggal lu yang belum, mending lu bareng gua aja deh" sambung Air memaksa.

"Gak akan ko, palingan juga pa Handri sebentar lagi sampe," tolaknya lagi.

"Okee deh, kalo lo nginep di sekolah atau di culik bukan salah gua ya haha," ucap Air meledek Zia.

"Gak.... Gakk... Gak akan," jawab Zia terkekeh.

"Ya sudah, gua pulang duluan yaa," ucap Air sambil menyalakan motornya.

"Hmm...." singkat Zia ngambek karna omongan Air tadi.

"Hahaha," tawa Air sambil melambaikan tangannya.

Zia pun membalas lambaian tangan Air dengan lambaian tangan juga.

Brumm.......
Suara motor Air yang berjalan pergi menjauh dari halaman sekolah itu.

Zia memandangi punggungnya hingga tak sadar ia begitu cepat pergi menghilang.

"Kasiann dehh lo belum di jemput hahaha," ucap Clarissa yang entah dari mana sambil menjulurkan lidahnya tanda 'meledek' dari dalam mobilnya.

"Gua potong juga nih lidah lu," ucap Zia sebal sambil mengeluarkan gunting yang ada di dalam tas nya dan tersenyum seram seperti 'psikopat' serta mengeluarkan aura-aura psikopatnya untuk menakut-nakuti Clarissa.

"Pakkkk.... Cepetan jalannn..." suruh Clarissa kepada supir nya sambil ketakutan dan menutup jendela mobilnya.

Mobil Clarissa pun melaju dengan cepat menghilang dari hadapan Zia.

"Buahahahahaha," tawa lepas Zia merasa puas dan senang karna berhasil menakut-nakuti Clarissa. Ia sampai lompat-lompatan tidak jelas saking senangnya.

"Gitu aja takut cemen kali dia hahahaha," lanjutnya sambil tidak berhenti tertawa.

Waktu berjalan begitu cepat, hingga langit-langit yang awal tampak oranye menjadi gelap. Area sekolah sudah mulai sepi hanya tinggal security sedang berjaga dan beberapa cleaning service yang sedang membersihkan kelas satu persatu.

"Aduhh ini mana sih pa Handri," ucap Zia kesal.

KRIIING....!
KRIIIING....!

Suara nada dering telpon dari handphone Zia dan ia pun segera merogoh saku roknya untuk mengambil handphonenya.

Ahh ternyata yang telpon Air...

TELPON ON

"Halo ada apa Air?" tanya Zia bingung.

"Lu udah di jemput?" tanya balik Air dari serbang sana.

"Cieee khawatir hahaha," jawab Zia sambil tertawa kecil.

"Gua kaya gini karna lo itu cewe! Masa diluar sendirian malam-malam," kecut Air bete karna tidak puas dengan jawaban Zia yang malah melenceng dari pembahasan.

"Udahh belommm?!" Tanya Air dengan nada sedikit tinggi yang mulai jengkel.

"Iya-iyaaa maafff, gua belum dijemput" jawab Zia sambil memelas.

"Ini semua gara-gara looo!" sambung Zia dengan kesal.

"LOHHH KO GUAA!" ucap Air bingung dengan emosi yang sudah tersulut.

"IYA GARA-GARA OMONGAN LO ITU BIKIN GUA JADI BEGINI, KARNA OMONGAN ITU DOA," ucap Zia dengan nada tinggi.

"YEHHH TADI ITU GUA CUMA BERCANDA GA TAU AKAN TERJADI SEPERTI INI,"

"ITU JUGA SALAH LU, KENAPA SOK-SOK AN GAK MAU BARENG GUA, JADI GINI KAN DAN GUA SEBELUMNYA UDAH NGOMONG KALO" sambung Air yang makin tersulut emosinya.

"Ya udah sihh maapp, ngomel-ngomel aja," ucap Zia tanpa beban.

"Huhhh... Lu ini ngajak ribut," ucap Air menenang.

"Hehehe,"

"Tawaaa!" ucap Air jengkel.

"Kenapa sii gak bolehh?! Mulut-mulut guaa," sambung Zia tak mau kalah dan kembali tersulut emosi.

"Iya dehhh," ujar Air capek.

"Tapi gimana kalo emang bener omongan lo itu?" Tanya Zia.

"Engga akan ko," tutur Air menenangkan.

"Tapi kan yang akhir lo bilang gua bakal nginep atau di culik," sambung Zia takut hal itu terjadi.

"Tadi cuma kebetulan ko, kalo ada apa-apa info ke gua," ujar Air khawatir.

"Nanti lu kabarin gua kalo dah sampe rumah, sebelum telpon ini berakhir share location yang 24 jam ya biar bisa jaga² dan pantau lu juga," tutur Air memberi ide.

"Oke-oke makasih yaa Airr, maaf buat yang tadi," ucap Zia merasa bersalah akan perdebatan tadi dan berhutang padanya.

"Dah gua kirim yaa," sambung Zia yang telah selesai mengirim location ke Air.

"Okee,"

Tidak lama ada mobil datang yang sepertinya pa Handri.

"Eh udah dulu ya ternyata ini pa Handri dah sampee, bakal gua omelin nihh," tutur Zia dengan senang.

"Ouhh syukurlahh dah sana jangan gitu kasian,"  ujar Air tetapi ada rasa ganjal dihatinya.

"Biarr," ucap Zia kesal sambil menutup telponnya.

TELPON OFF

"Akhirnyaa dateng jugaa," ucap Zia lega sambil bangkit dari duduknya.

Mobil itu pun berhenti tepat di depan Zia dan membuka pintunya dengan otomatis, ia merasa aneh dengan mobil ini karna biasanya pa Handri membuka jendela depannya dan menyapanya.

Tak lama pintu depan terbuka dan keluar seseorang berpakaian hitam yang langsung melesat cepat menangkap dan membekap Zia lalu memasukinya ke dalam mobil itu. Zia pun berusaha memberontak tetapi apalah daya kekuatan orang itu lebih besar daripada dirinya. Tak lama Zia pun pingsan karna bekapan orang itu.

====================

Zia membuka matanya yang masih sayu-sayu tampak secercah cahaya mulai terlihat.

Salam hangat
- Author cowo

TWO WORLDS | Project_RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang