22. Sahabat

20 5 1
                                    

“Ucapannya terkesan melarang, tetapi jika dipikir berkali-kali dia adalah orang yang baik, yang mau menyelamatkanku dari penyakit sakit hati.”
~Aqila Anindya
.
.
.

“Jadi, kamu udah putus sama Ajil?”

Aku menghela napas dengan berat. Aku mengambil secangkir teh lalu meniupnya. Pandangan lurus ke depan tak aku alihkan.

Aku mengundang Yasmin untuk menginap semalam di sini. Aku tidak ingin merengek tanpa kejelasan karena telah berakhirnya hubunganku dengan Ajil. Hanya saja, aku membutuhkan seseorang yang dapat menguatkan pilihanku. Aku membutuhkannya untuk membuang jauh perasaan menyesal itu.

“Gimana perasaanmu sekarang? Apa kamu menyesal?”

Aku tersenyum tanpa terasa ada beban sedikit pun. “Aku merasa hatiku menjadi lega, dan enggak ada rasa penyesalan dalam diriku,” ucapku, “tapi aku enggak tau kenapa dia sampai setega itu meskipun hanya permainan, kalo dia mau jaga hati aku, seharusnya dia enggak akan mau 'kan lakuin itu? Dan lagi, yang bikin aku enggak paham adalah sikap Kayla yang menyuruh aku buat tetap jalanin hubungan sama Ajil. Padahal 'kan dia enggak suka kalo aku pacaran sama Ajil.”

“Kalo itu aku juga enggak tahu. Kemungkinan emang bener dia udah enggak mau kejar-kejar Ajil lagi, atau bisa jadi dia cuma mau terlihat hebat aja di mata orang. Melepas Ajil untuk kamu, tapi ingin mendapatkan iming-iming pujian.”

Lama aku menatap netra Yasmin. Sampai detik ini aku selalu berharap, aku dengannya tidak akan pernah terpisah jauh oleh takdir dan aku berharap hubungan persahabatanku dengannya bisa bertahan dalam waktu yang lama. Bagiku, tidaklah mudah mencari sahabat seperti Yasmin.

“Aku bangga sama kamu, Qil. Akhirnya kamu tersadar dan kuat sama pilihan sendiri. Sebenarnya, aku merasa kecewa kalau seandainya kamu masih menjalin hubungan sama Ajil, tapi posisiku cuma sebagai sahabat kamu. Aku cuma kasih tahu arahan yang benar. Perihal jalan mana yang  dipilih itu terserah kamu, tapi dengan hal ini aku merasa senang. Setidaknya sakit hati kamu masih terselamatkan.”

“Makasih, Yas. Aku enggak tahu kalau bukan karena kamu yang terus menerus nasehatin aku, mungkin aku akan terjebak dan enggak mau berusaha buat keluar,” tuturku.

“Iya. Karena, aku tahu. Kamu cuma penasaran aja. Dan aku menghentikan rasa penasaran itu. Menurutku, sudah cukup kamu menuruti rasa penasaran itu. Kamu terlena sama manisnya percintaan remaja sampai akhirnya kamu enggak sadar kalau hati kamu pengen istirahat. Aku berharap dari kejadian yang udah dialami, kamu bisa menilai mana cowok yang pantas buat dipertahankan.”

“Iya, Yas. Setidaknya aku udah tahu sifat cowok itu seperti apa,” ucapku sembari terkekeh.

“Kamu enggak ajak Rangga ke sini?”

“Enggak. Tadi aku udah pergi sama dia,” jawabku.

Tidak ada jawaban dari Yasmin. Kini hanya suara jangkring yang membuat suasana menjadi ramai. Aku menyenderkan badan ke punggung kursi. Memejamkan mata ke arah atas dan menikmati rasa lelah yang mengalir hilang begitu saja. Waktu 'kan selalu berputar membuat angin malam berembus semakin dingin. Aku melekatkan jaket biru yang kukenakan sembari menyilangkan kaki kanan ke atas kaki kiri.

“Menurut kamu, kalau tiba-tiba aku rindu sama Ajil, apa yang harus aku lakukan?” tanyaku pada Yasmin masih dengan mata yang terpejam.

“Semua orang punya cara masing-masing. Kalau aku, aku akan menahan diri supaya enggak hubungin dia, enggak berkomunikasi sama dia, dan mengingatkan diri kalau buat apa rindu sama orang yang jahat?”

“Tapi bukankah kalo kayak gitu sama aja menyakiti diri sendiri? Padahal kamu pengen ngobrol, tapi kamu melarang keras,” ucapku dengan mata yang masih terpejam.

“Iya, tapi aku akan pikir berkali-kali. Kalau aku menuruti kemauan rindu, mau sampai kapan aku menggantung diri sama dia? Bukankah itu sama aja membuka kesempatan kedua supaya sakit hati terulang kembali?” ucap Yasmin.

Satu sisi aku membenarkan ucapan Yasmin, tetapi sisi lain aku tidak setegas Yasmin. Dia bisa melakukan itu semua karena dalam dirinya sudah ada keyakinan dan hati yang tegas. Berbeda denganku yang masih memiliki rasa penasaran tinggi dan selalu ingin menuruti kemauan hati tanpa memikirkan risiko yang akan aku dapatkan.

“Kalau rindu tiba-tiba datang itu manusiawi. Kita enggak pernah tahu kapan rindu itu datang dan pergi, tetapi kita bisa mengendalikan ketika rindu itu datang. Dengan cara menyibukkan diri dengan apa yang kita sukai. Dan menurutku, rindu dengan seseorang apalagi itu cowok adalah perusak mood. Karena, alasan tadi. Aku enggak mau menghubungi seseorang itu dan lebih membiarkan aku sendiri yang menahan rindu itu supaya lelah sendiri daripada aku akan ketergantungan kalau rindu itu sering datang.”

“Apa kamu udah enggak sepercaya itu lagi sama cowok, Yas?” tanyaku yang kini sudah duduk seperti semula.

“Bukan enggak percaya, tapi aku membatasi diri aja. Meskipun kejadian itu beberapa bulan yang lalu dan hubunganku dengannya masih terbilang cinta yang main-main, tapi aku udah sakit hati. Aku udah kesal, lelah. Aku masih percaya ada cowok yang baik, kok, tapi mencari cowok yang baik dan cukup sama satu cewek nyatanya enggak segampang itu,” ucap Yasmin.

“Oh, iya. Aku juga mau berpesan sama kamu. Kalo kamu merasa udah enggak nyaman sama cowok itu, mending kamu jaga jarak sama dia daripada kamu yang akan dikendalikan sama dia dan dia akan seenaknya sama kamu.”

Aku langsung bangkit dari kursi dan memeluk Yasmin. “Aku enggak tahu lagi harus bilang apa selain makasih sama kamu, Yas. Makasih udah hadir di hidup aku. Makasih udah jadi sahabat yang selalu nasehatin. Dan makasih udah mau berbagi cerita sama aku.”

“Sama-sama, Qil. Aku cuma enggak mau kamu terjebak terlalu dalam sama rasa penasaran. Padahal akan ada saatnya rasa penasaran itu kamu penuhin di waktu nanti,” ucap Yasmin.

“Udah. Jangan galau terus. PR Kimia udah dikerjain belum?” tanya Yasmin sambil terkekeh.

Sontak aku langsung melepaskan pelukan pada Yasmin dan menatapnya lekat-lekat.

“Kenapa Kimia harus ada PR? Aku enggak paham sama materinya, Yasmin,” ucapku yang kini sudah merengek pada Yasmin.

.
.
.
Arigatou gozaimasu, Minna>_<

Twitterpated [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang