“Jika ada yang bertanya, pilih kekasih atau sahabat? Maka aku akan menjawab, seandainya di dunia ini tidak ada kata 'pilihan' di antara mereka, aku akan memilih keduanya karena telah melengkapi hidupku.”
~Aqila Anindya
.
.
.“Aqila. Ada Yasmin sama Rangga, Nak.”
Kefokusanku yang sedari tadi pada gawai kini teralihkan pada pintu kamar yang terbuka sedikit. Aku mendengar panggilan dari bunda.
“Iya, Bun.”
Aku beranjak dari ranjang kasur dan membawa buku mata pelajaran yang akan dituntaskan bersama-sama.
Kulihat Rangga dengan T-shirt berwarna hitam dan setelan berwarna cream. Aku sedikit terpesona dengan fashion yang dia kenakan. Meskipun sederhana, tetapi membuat aura ketampanan yang dimiliki menjadi bertambah.
“Kamu tinggal berdua aja, Qil? Papa kamu ke mana?”
Beberapa saat aku membisu. Kutatap netra milik Yasmin seakan aku meminta bantuan padanya apa yang harus aku katakan? Dan ternyata Yasmin mengangguk dengan tipis.
Aku tersenyum canggung pada Rangga. “Ayah ... ayah udah enggak ada.”
“Oh. Sorry, Qil. Aku enggak tahu. Sorry, ya.”
Aku tersenyum simpul. Tidak masalah Rangga bertanya seperti itu karena dia pertama kali menginjakkan kaki di rumahku dan baru mengetahui keluargaku.
Aku langsung membuka buku tebal yang sudah kutandai halamannya menggunakan sticker pembatas. Kulihat deretan angka memenuhi kertas putih.
“Pembagian aja, ya. Kamu mau nomor berapa sampai nomor berapa?” tanya Yasmin pada Rangga.
“Nomor satu, lima, delapan, sembilan,” ucap Rangga.
“Enak banget pilihnya gampang semua,” sergah Yasmin.
“Hak aku sebagai orang pertama yang kamu tanya,Yas” bela Rangga.
“Enggak gitu juga, Rangga.”
“Terus gimana? Kalo kayak gitu harusnya kamu enggak usah tanya ke aku dulu.”
Aku hanya terkekeh menyimak perdebatan antara Rangga dan Yasmin. Baru kali ini aku melihat Yasmin banyak omong dengan Rangga.
“Minum dulu biar pikiran kalian enggak panas. Bunda bawa cemilan juga biar belajarnya fokus,” ucap bunda yang tiba-tiba datang membawa tiga gelas minuman dingin beserta cemilan kering disebelahnya.
“Aqila, Sayang. Bunda jenguk tante Riana dulu, ya. Dia sedang sakit dan sekarang katanya kondisinya masih lemah,” ucap Bunda.
“Iya, Bun. Hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai di sana kabarin aku.”
“Iya, Sayang,” ucap bunda sambil mengusap kepalaku. “Yasmin, Rangga, Bunda tinggal dulu, ya. Mau jenguk temen yang sakit.”
“Iya, Bun,” ucap mereka barengan. “Hati-hati di jalan, Bun” tambah Rangga.
“Deal. Enggak bisa diganggu gugat, Yas,” ucap Rangga kembali.
Yasmin hanya mendengus kasar. Mau tak mau dia harus menuruti keinginan Rangga. Kini pertanyaan yang sama seperti Rangga terlempar padaku.
“Terserah kamu aja, Yas. Kamu yang mana biar aku sisanya,” ucapku.
Setelah aku mendapatkan beberapa soal, aku langsung mengerjakannya. Tanganku menari-nari di atas kertas putih bersih yang kugunakan untuk mencoret-coret mencari jawaban yang tepat. Sesekali aku memakan cemilan yang dibuat oleh bunda. Rasa gurih dan pedas yang begitu pas di lidahku tak bisa ditandingi dengan resep luaran sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/338528825-288-k509649.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twitterpated [END]
Genç KurguKonnichiwa, Minna >__< Cover by Canva Start: 3 April 2023 Finish: 30 Juni 2023 Nt: Pict dari Pinterest