“Kunci dari hubungan yang baik adalah sebuah kejujuran, meskipun nantinya jalan yang akan dilalui menjadi berbeda.”
~Aqila Anindya.
.
.“Ke cafe bareng mantan maksud kamu apa, Jil? Setelah kemarin aku suruh kamu buat selesain masalah, apa ini jawaban kamu buat selesain hubungan sama Aqila? Cara kamu jahat banget. Kamu enggak mikir gimana nanti kalau Aqila tahu perbuatan kamu kemarin?”
Samar-samar aku mendengar suara Yasmin di taman sekolah. Aku menyembunyikan diri di tiang tembok koridor. Kenapa Yasmin menyebut namaku? Kenapa dia marah dengan Ajil? Ada masalah apa ini?
“Gua enggak seperti yang lo pikirkan, Yas. Kemarin cuma kebetulan aja pas gua lagi nongkrong sendirian ketemu sama Kayla. Padahal gua udah suruh dia buat cari meja lain, tapi dia enggak mau,” jelas Ajil.
Meskipun aku masih bingung. Aku tetap mendengarkan dan mencoba untuk menganalisis obrolan mereka.
“Kebetulan?” tanya Yasmin dengan sedikit tawa mengejek Ajil.
“Kalau emang kebetulan ada cara lain, Jil. Kamu yang pindah ke meja lain. Oh, aku tahu. Apa kamu masih nyaman sama dia? Apa kamu belum bisa move on dari dia? Lalu, tujuan kamu pacaran sama Aqila apa? Pelampiasan gagal move on? Jahat banget,” cerca Yasmin.
“Kenapa lo ngurusin hubungan gua sampe segitunya? Gua pacaran sama Aqila, kenapa lo yang repot sampe-sampe lo yang nanya? Gabut bangeti hidup lo sampai ikut campur hubungan orang?”
Aku tak menyangka Ajil akan berkata seperti itu pada Yasmin. Seharusnya dia bisa berpikir dan sudah tahu siapa Yasmin dalam hidupku. Meski menahan rasa kesal, kakiku sangat berat untuk menemui mereka.
“Iya, hidup aku memang gabut. Makanya aku menyelamatkan Aqila dari cowok kayak kamu. Kalau bukan aku yang selesaiin masalah ini lalu siapa lagi? Aqila udah bucin sama kamu. Sesalah apapun kamu pasti di mata dia benar, dan aku yang akan dinilai salah sama dia,” ucap Yasmin.
“Dari awal kamu ajak dia pacaran, hati aku sangat berat buat dukung. Karena apa? Baru beberapa hari kalian trial, tapi kamu udah menyatakan cinta. Kamu kasih dia kenyamanan, tapi sayangnya orang yang sedang memberinya kenyamanan cuma sebagai pelampiasan semata. Kasihan sekali aku melihat sahabatku. Meski begitu aku enggak berhak buat larang dia pacaran, tapi untuk kali ini aku bakal tegas sama Aqila. Aku enggak akan biarin siapapun sakiti hati dia. Dia terlalu baik apalagi buat cowok kayak kamu.”
Mendengar hal itu mataku menjadi berkaca-kaca. Aku menutup mulut. Sesayang itu Yasmin padaku? Padahal aku selalu membual ketika dia memberi tahu siapa Ajil, dan aku teringat pertengkaran dengannya yang seakan-akan aku membela Ajil bahwa Ajil adalah laki-laki baik.
Tak ada jawaban dari Ajil karena Yasmin langsung meninggalkannya. Tepat Yasmin melewatiku, kami saling melempar tatapan dan aku menitikkan bendungan air mata yang terjun membasahi pipi. Aku langsung memeluknya dan terisak di atas bahunya.
“Makasih dan maaf, Yas.”
Suaraku terdengar serak dan napasku sudah tersendat-sendat akibat air mata yang mulai deras. Lama aku tak mendengar jawaban dari Yasmin. Namun, pelukanku sudah dilepas olehnya. Dia mengusap air mataku yang masih tersisa di atas pipi sana.
“Aku ke kelas dulu, ya. Kalau mau cerita, cerita aja. Kalau mau saran, bilang aja, tapi aku udah enggak mau komentarin kamu sama Ajil lagi. Itu semua urusan kamu dan kamu yang jalanin. Kalau suatu saat terjadi apa-apa, itu juga risiko dari keputusan yang kamu ambil. Dan aku cuma berpesan, jangan bodoh karena cinta apalagi cinta masa remaja. Oke, Qil?” ucapnya dengan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twitterpated [END]
Novela JuvenilKonnichiwa, Minna >__< Cover by Canva Start: 3 April 2023 Finish: 30 Juni 2023 Nt: Pict dari Pinterest