1. Permainan

67 14 11
                                    

Halo. Semangat membaca. Semoga suka dan setia sampai akhir cerita. Jangan lupa tinggalin jejak dengan cara kasih vote>_<
.
.
.

Padahal matahari kian menyongsong ke ufuk barat untuk kembali ke peraduannya. Namun, suara saling sahut-menyahut terdengar sangat jelas memenuhi sudut koridor. Sudah tak heran di jam berakhirnya pembelajaran kebanyakan siswa/siswi ingin segera berhamburan ke gerbang sekolah, tetapi berbeda dengan mereka yang menggunakan waktu tersebut untuk bermain di ruang khusus tangan kanan sekolah.

“Kayla. Pilih truth or dare?” tanya seorang laki-laki bermata kecil seperti orang Asia Timur yang kini menjabat sebagai wakil ketua dari mereka.

Truth,” jawab seorang gadis berkulit kuning langsat itu.

Oke. Jawab jujur, ya. Awas aja kalau jawabnya bohong. Apa hal yang paling berkesan waktu masih pacaran sama Ajil?” tanya Raffi.

Ruangan yang semula hening kini ricuh kembali. Sorak-sorai saling menyahut memenuhi gendang telinga siapa saja yang melewati ruangan tersebut.

Kayla—si korban memilih kejujuran— menunjukkan sikap manjanya di depan teman-teman terutama pada mantan kekasih yang sekarang berada tepat di sebelahnya.

“Hal paling berkesan ... apa, ya. Menurut kamu apa, Jil?” tanya Kayla retoris dengan suara imut yang dibuat olehnya.

Ia menempelkan jari telunjuknya di pojok kanan bibir dan menatap Ajil seakan meminta perhatian untuk memberinya bantu menjawab.

“Mana aku tahu. Itu 'kan menurut kamu,” ucap Ajil malas untuk berbicara panjang dengan Kayla.

“Hal paling berkesan adalah saat-saat deep talk, sih,” ucap Kayla dengan sebuah senyuman.

Hatinya sangat senang begitu ia mengingat waktu yang dihabiskan bersama Ajil adalah deep talk. Baginya hal itu dapat membuat dirinya bisa mengenal Ajil lebih dekat, dan dapat memperbaiki diri menjadi wanita idaman Ajil. Sementara, Ajil hanya tersenyum miring mendengar pengakuan dari mantan kekasihnya itu.

“Kebanyakan deep talk makanya putus. Kasihan,” ucap Reza—salah satu anggota OSIS yang mengikuti permainan—sengaja menyinggung dan diselingi dengan gelak tawa. Namun, Kayla tak mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya menatap Reza dengan kesal.

Oke. Diterima,” ucap Raffi. “Selanjutnya Ajil. Lo pilih truth or dare?

Dengan gayanya yang gagah Ajil berdehem dan berkeyakinan tinggi ia langsung menjawab pertanyaan dari sang wakil ketua OSIS itu. “Dare.

“Yakin pilih dare?” tanya Raffi memastikan dan dengan cepat mendapat anggukan dari Ajil.

Out of the box, Bro. Lo pilih dare takut kalo nanti truth dapetnya tentang Kayla, 'kan?”

Suara Reza dengan tepukan tangan yang keras mendominasi seisi ruangan. Bahkan, Raffi yang semula meragukan pilihan Ajil, kini ia semakin mendukung Ajil untuk keluar dari zona nyamannya. Sementara, Kayla memutar bola matanya dengan malas mendengar ejekan dari Reza.

Sebelum Raffi melontarkan sebuah tantangan pada Ajil, ia bangkit dari duduknya. Lalu, ia melangkah ke pintu ruang OSIS. Ia melihat ke kanan dan ke kiri memastikan keadaan di luar masih ada siswi yang berlalu-lalang.

Tidak lama kemudian ia menampakkan giginya yang tertata rapi ketika menemukan target tantangan untuk Ajil.

“Lo tau Aqila anak teater?” tanya Raffi setelah ia kembali melihat target.

Twitterpated [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang