SEMBILAN

4.9K 157 2
                                    

Hoekh
Hoekh

Ayyara membersihkan mulutnya dengan air, menatap wajah sayu nya di cermin. "Aneh banget deh, ini udah hampir satu Minggu tapi mual sama pusing nya malah menjadi."

"Bahkan gue udah minum obat, kok tetap gini gini aja ya," herannya.

Dia menggigit bibirnya merenung, sampai dia teringat sesuatu, menutup mulutnya.

Gue baru ingat ini hampir dua bulan..

"Tapi masa iya si? Kek nya cuma telat aja deh," katanya, apalagi Ayyara sering sekali telat satu bulan tapi selama ini tidak apa-apa.

Dia merapikan seragam sekolahnya sebelum keluar dari kamar mandi sekolah. "Aya!" Zuzu tiba-tiba memeluknya. "Katanya lu muntah lagi, ya? Maaf tadi gue tinggal ke kantin," katanya.

Ayyara tersenyum. "Lebay banget si lo, gak apa-apa kok tenang aja," ucapnya buat Zuzu melepas pelukannya.

"Lu beneran gak mau coba periksa ke dokter? Siapa tau ada penyakit apa gitu? Gue takut, 'ya," ujarnya khawatir.

"Pengennya si, nanti gue coba deh."

Setelah gue cek..

"Nah gitu dong." Zuzu senang merangkulnya sambil berjalan.

"Ngomong-ngomong Gatha mana?" tanya Ayyara tidak melihatnya.

"Sama Airuz, katanya si bantu bantu ngerapiin ruang OSIS. Makanya gue kabur kesini hahaha." Ayyara jadi ikut tertawa.

Ya, dia sepaket dengan Zuzu jika soal bersih bersih ini. "Zu, gue boleh cerita sama lu, gak?" tanyanya buat Zuzu melihatnya.

"Boleh dong mau curhat apa?"

"Lu ngerasa aneh sama diri gue gak?" Zuzu berpikir sejenak.

"Sedikit si, kaya lu sekarang lebih banyak murung, marah marah gak jelas, pergi sendirian padahal biasanya kalau ada apa-apa sama gue atau Airuz terus."

"Aneh, ya?" Zuzu mengangguk ragu.

"Lu pasti bakal kaget kalau gue bilang sesuatu," ujarnya.

"Apaan?"

"Kayaknya gue naksir Aaron, deh." Zuzu melotot dengan langkah terhenti tiba-tiba.

"Tuh kan!" sebal Ayyara. "Y-yah, lu yang bener aja! Ngapain suka sama si berandalan itu si?" Ayyara juga tidak tau.

Semenjak sore itu perasaannya terombang-ambing sampai dia sadar sekarang bahwa dia gak bisa jauh dari Aaron. kalau cowok itu tidak masuk dunianya serasa hampa, kosong, dan berantakan.

Walau terkadang bersama Aaron hatinya sering terluka entah kenapa luka itu membuatnya nyaman daripada baik-baik aja tanpa nya.
"Emangnya gak boleh, ya?"

Zuzu berjalan kembali. "Bukan begitu. Aaron tuh bukan cowok yang baik menurut gue. Jadi, jangan sama dia."

"Kenapa? Sebenarnya Aaron gak seburuk itu kok," belanya.

"Itu karena lu udah cinta sama dia. Dulu lu sepakat loh sama gue tentang ini." Ayyara merapatkan bibirnya.

Bener si

"Lu inget waktu kejadian MOS dia pernah berantem sama Airuz yang jelas baik buruknya kita tau. Airuz itu sabar banget loh tapi bisa kepancing emosi kalau berurusan sama Aaron."

"Bisa aja, emang Airuz lagi badmood waktu itu, kan?" Zuzu mendengus pelan.

"Bukan, 'ya. Emang Aaron cowok gak bener," ucap Zuzu.

"Enggak kok, Zu. Percaya sama gue Aaron gak seburuk apa yang kita liat," ujarnya buat Zuzu menghela nafas lelah.

Sepertinya benar Ayyara naksir berat dengan Aaron. "Ya udah lah, terserah lu aja, 'ya. Walau sumpah deh seumur hidup gue gak setuju lu sama, Aaron." Ayyara cemberut mendengarnya.

Baby of a bad boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang