TIGA PULUH DUA

4.1K 151 4
                                    

Aaron mendorong pintu kamar dengan gelas di tangannya. Melihat Ayyara di dalam yang sedang bersandar di ranjang dengan ponsel di tangan.

"Nih susu nya." Wanita hamil itu tersenyum menaruh ponsel di nakas dan mengambil gelas tersebut. "Makasih, Aar." Aaron mengusap kepalanya dan naik ke ranjang.

"Boleh liat perut lu?" Ayyara yang sedang minum langsung meneguknya, menatap Aaron. "Anak kita?" Laki-laki itu mengangguk.

Ayyara mengangkat kaos nya menampilkan perut bulat nya. Dia merasakan usapan lembut dari telapak tangan besar milik Aaron.

"Kira-kira anak kita laki-laki atau perempuan, Ay?" Ayyara menggeleng lucu. "Aku gak tau."

"Terus enaknya di panggil apa?" Ayyara berpikir sejenak, menggaruk kepala dengan jari telunjuknya. "Aku juga bingung."

Aaron sedikit membungkukkan tubuhnya agar lebih dekat dengan si kecil di dalam perut. "Sayang nya ayah udah jadi apa?" Ayyara malah terkikik geli.

"Kok ketawa? Gue mati-matian loh biar gak malu." Wanita hamil itu malah semakin tertawa buat Aaron mendengus sebal.

"Maaf maaf, habis lucu aja gitu," ujarnya, Aaron mencubit kedua pipi Ayyara. "Apa yang lucu, hm?" gemesnya.

Ayyara malah nyengir dan menarik salah satu tangan Aaron untuk di letakan di perutnya kembali. "Ya udah, aku gak akan ketawa, lanjutin."

Aaron melihat perut Ayyara bukan melanjutkan ucapannya dia malah memeluknya, memberikan kecupan hangat di perut buncitnya.

Melihat itu Ayyara tersenyum lembut mengusap kepala Aaron. "Kalau di ingat-ingat bener kata si mbah itu, kan?" Ayyara berusaha mengingat.

"Katanya yang mana?" Aaron sedikit mendongak untuk melihat Ayyara. "Padahal bisa aja suatu saat nanti anak ini menjadi sumber kebahagiaan untuk kalian, gitu."

Ayyara mengangguk setuju tangan nya senantiasa mengusap surai hitam di dekat pangkuannya. "Iya, kita kan gak tau ke depannya bakal gimana. Bahkan kamu yang kekeuh gugurin kandungan ini dulu sekarang bener bener beda."

Aaron tersenyum. "Ay, sekarang gue udah sayang banget sama bayi di perut lu. Walau kelakuan gue dulu emang kaya setan si. Padahal jelas yang paling menderita itu lu bukan gue."

Ayyara menghela nafas pelan, masa lalu memang begitu menyakitkan. "Gak apa-apa semua udah berlalu yang terpenting masa sekarang." Aaron memeluknya.

"Mungkin kalau lu perempuan lain gak akan bisa bertahan sejauh ini sama gue."

"Iya, aku beruntung karena aku satu satunya buat kamu." Aaron mendengus pelan dan menarik leher Ayyara untuk mengigit pipinya.

"Baru gue puji sekali, pede banget." Wanita hamil itu tertawa.

"Kalau gitu habisin susunya terus kita tidur," suruh Aaron menarik selimut ke kaki mereka berdua.

Ayyara mengangguk dan menghabiskan setengah gelas susu sekali teguk, ikut merebahkan kepalanya di bantal.

Dia mengusap perutnya sebelum tidur. "Anak aku sehat sehat terus ya!" Aaron tersenyum manis dan memeluknya dari belakang.

🐣

BRAK

Ketiga orang yang sedang damai dengan sarapannya terkejut bukan main saat pintu rumah mewah mereka di dobrak begitu kasar.

Dari belakang satpam tampak berusaha menahan Aaron. "Den tolong jangan buat keributan disini." Suci berdiri menatap mereka.

"Pak saya kan udah bilang jangan pernah izinin si Aaron masuk ke rumah ini lagi!."

Baby of a bad boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang