DUA PULUH DELAPAN

4K 156 4
                                    

Aaron tercengang mendengar nama nya menjadi rangking 1 di kelas. Bahkan sampai di rumah pun dia masih tidak bisa berkata-kata.
"Aar? Gimana? Bengong aja." Ayyara berkacak pinggang di depannya, merasa sebal karena terus di kacangi.

"Aar, ih." Ayyara menggoyangkan lengan Aaron yang sedari pulang tetap diam padahal dia sangat penasaran apakah Aaron naik ke kelas 12 atau tidak.

"Lo percaya gak kalau gue ranking satu?" Ayyara tampak terkejut. "Serius?" Aaron mengangguk. "Gue gak nyangka banget, Ay."

"Kalau gitu usaha kamu gak sia-sia, dong. Bagus bagus." Ayyara tersenyum senang. "Tapi..." senyumnya sedikit redup. "Airuz ke berapa?"

Bukan tanpa alasan Ayyara bertanya seperti itu karena dulu saat dia bersekolah Airuz langganan juara 1. "Ngapain tanyain dia?"

"Eh? Ih jangan cemburu." Ayyara memeluk lengannya. "Enggak gitu maksud aku, sayang." Aaron tidak bisa menahan senyumnya, memberikan kecupan singkat di bibir Ayyara.

"Gue gak tau si, guru gak sebutin nama dia." Ayyara terkejut bukan main. "Dua atau tiga gitu? Enggak?" Aaron menggeleng.

Ayyara merapatkan bibirnya, apa yang terjadi dengan Airuz sampai dia tidak masuk kategori juara kelas. "Khawatir banget," cibir Aaron buat Ayyara panik.

"Enggak gitu, kok! Udah yuk mending kita jalan jalan rayain ini." Kali ini Aaron yang terdiam. "Keknya gak bisa, Ay."

"Loh kenapa?" Ayyara tidak sibuk jadi apa yang membuat Aaron tidak mau jalan-jalan bersamanya siang ini? "Gue harus kerja."

"Hah?! Gak libur? Kan habis ambil rapot."

"Pengennya si tapi kata mereka di hari ini biasanya pelanggan lebih banyak." Ayyara mengerucutkan bibirnya "Gitu ya.."

"Lain kali kita jalan, ya? Gak apa-apa, kan?" Tangan Aaron mengusap pucuk kepala Ayyara yang mengangguk mengerti.

Di sisi lain, Suci tampak mengomel dan memarahi Airuz di sepanjang jalan. "Kalau ayah kamu tau bisa-bisa kamu tersingkirkan, gak jadi anak kesayangan dia lagi! Kamu gimana si, Ruz!"

"Gimana kalau Aaron mengambil alih posisi kamu di keluarga kita, gimana?! Kenapa bisa turun sedrastis ini?!"

"Emangnya kenapa, Bun? Aaron anak kandungnya, lebih berhak dapat kasih sayang dari ayahnya kenapa bunda mau misahin mereka?"

Tangan Suci menoyor kepala Airuz. "Jadi anak kok bodoh sekali! Kalau ayah kamu lebih sayang sama Aaron kita berdua gak ada tempat di rumah mewah itu, bodoh!"

Airuz menghela nafas. "Itu cuma pikiran negatif bunda aja. Ayah gak kaya gitu pasti tau cara bagi-bagi kasih sayang rata ke kita semua."

"Airuz! Jangan buat bunda emosi!" Tangan Suci mengcengkram kuat stir nya.

"Lagipula gak ada semangat buat sekolah semenjak Ayyara berhenti." Matanya menatap sendu ke arah luar jendela mobil.

"Jadi gara-gara perempuan murahan itu?!" Airuz melihat bundanya tidak terima. "Bunda! Ayyara bukan perempuan kaya gitu!"

"Emang iya, kan? Nyatanya dia hamil anak saudara tiri kamu itu! Apa lagi kalau bukan murahan?" Airuz menghela nafas lelah. "Itu gak kaya yang bunda kira."

Suci merotasi kan matanya. "Kalau itu mau kamu, kamu harus janji dulu sama bunda?"

"Maksudnya?"

"Tugas kamu belajar yang giat, tarik kembali perhatian ayah kamu dan jangan di ulangi nilai yang turun drastis ini. Bunda bakal ngembaliin semangat kamu itu dengan cara apapun." Airuz mengerutkan keningnya tajam.

"Bunda, jangan macam-macam!"

"Turutin kemauan bunda makanya!" Airuz menghela nafas.

🐣

Baby of a bad boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang