📌11

133 9 1
                                    

3 bulan berlalu dengan cukup baik, Danuar sudah banyak mendapat bimbingan yang Sarendra ucapkan kala itu. Semakin hari, dirinya semakin mendalami ilmu agama.

Di apartemennya, ia sudah bersiap hendak sholat di masjid. “Bibiku Yumi dan putrinya Elma sebentar lagi akan sampai. Kamu tahu wajah mereka ‘kan? Yang waktu itu aku tunjukkan di foto.”

Alesya mengangguk. “Aku ingat.”

“Aku akan sholat di masjid, jangan buka pintu untuk pria asing, mengerti?”

“Iya Danu.”

Danuar tersenyum, mengusap pucuk kepala Alesya pelan. Ia mencium kening sang istri sangat lembut.

Assalamu‘alaikum.”

“Wa‘alaikumsalam. Hati-hati di jalan!”

Alesya memilih untuk menonton tv. Baru beberapa menit, dan bel apartemen berbunyi. Alesya berjalan ke arah pintu, melihat monitor di sampingnya.

“Hai, Danu? Bibi sudah datang bersama Elma.” itu Ayumi. Ia berbicara pada alat monitor yang ada di samping pintu luar juga.

“Tunggu sebentar.” jawab Alesya. Ia harus mengambil kerudungnya.

Monitor mati, Ayumi terkekeh. “Jadi dia itu istrinya.”

Pintu terbuka, menampilkan senyum manis Elma yang dilemparkan kepada Alesya.

“Bibi Ayumi? Kak Elma?” tanya Alesya.

Ayumi mengangguk. “Jadi kamu Alesya?”

Alesya mengangguk. “Senang bertemu dengan kalian, silakan masuk.”

“Kami lebih senang bisa bertemu dengan gadis pilihan putra kami.” ucap Ayumi seraya masuk.

“Silakan duduk, aku siapkan minum dulu.”

“Ah, iya. Elma, bantu saudaramu.” titah Ayumi, Elma menurut.

Di dapur mereka berdua membuat jus dan menyiapkan camilan. Hanya ada rasa canggung.

“Alesya, aku dengar kamu masih berusia 18 tahun?” tanya Elma.

“Benar Kak, aku masih 18 tahun.”

Elma menghentikan kegiatannya. “Wah, benarkah? Di usia itu, aku masih sangat nakal. Tapi kamu sudah memiliki suami. Pantas saja kak Danu mencintaimu selama 4 tahun, padahal kalian tinggal di negara yang berbeda kala itu. Kamu sangat cantik dan baik.”

“Benarkah? Danuar sudah mencintaiku saat dia tinggal di Turki?” Alesya tahu tentang kehidupan Danuar.

Elma mengangguk. “Iya, kami sudah seperti adik kakak, dia sangat menyayangiku.”

Tiba-tiba raut wajah Elma sedih. “Sebenarnya di awal aku sangat membencimu, karena kamu yang berhasil mendapatkan kak Danu.”

Alis Alesya mengerut. “Maksudmu? Bukankah tadi Kak Elma bilang bahwa kalian sudah seperti adik kakak?”

“Benar, kak Danu memang menganggapku sebagai adiknya. Tapi aku mencintai kak Danu lebih dari seorang adik. Tapi Alesya, pikiranku menjadi terbuka saat berbicara langsung denganmu. Aku bersyukur, karena kamu yang mendapatkan kak Danu. Dia pasti bahagia.”

Alesya hanya tersenyum menanggapinya. Mereka membawa nampan berisi minuman dan camilan, lalu menaruhnya di meja tamu.

“Silakan dinikmati Bibi.”

Ayumi menoleh. “Ah, iya. Terimakasih Alesya.”

Duduk dengan orang yang masih asing pasti terasa canggung. Walau tadi sempat berbicara santai dengan Elma, itu tetap tak menghilangkan rasa canggung Alesya menghadapi keluarga suaminya.

Bel pintu berbunyi, Alesya terkesiap. “Itu pasti Danu, aku akan membukanya.” ucapannya.

Alesya berlari pelan membuka pintu. Ia tersenyum lega saat yang mengetuk pintu ternyata memang Danuar. “Kenapa?” tanya Danuar.

“Akhirnya kamu datang. Aku tidak nyaman dari tadi, suasana sangat canggung.”

Danuar terkekeh, ia merangkul pinggang Alesya. Masuk dan ternyata bibi dan sepupunya itu sudah memperhatikan mereka.

“Sudah lama sampai?” tanya Danuar basa-basi.

“Tidak terlalu lama.” jawab Ayumi.

“Apa kabar Kakak?” tanya Elma. Ia sangat ingin memeluknya, tapi tak enak juga pada Alesya.

“Baik. Bagaimana dengan Elma?”

“Tidak begitu baik saat Kakak ke Indonesia.” jawabnya. Danuar hanya tersenyum tipis.

“Jadi Alesya adalah gadis incaranmu selama 4 tahun ini?” tanya Ayumi.

Danuar mengangguk. “Aku tidak begitu buruk ‘kan? Alesya gadis yang sangat baik, dia sempurna.”

Ayumi tersenyum. Ia memang tidak bisa memaksakan cinta, mau tak mau harus menerima pilihan dari keponakannya. “Memang benar. Alesya sangat sopan.”

“Istirahatlah di sini Bibi,” tawar Danuar.

“Tidak, kami harus pergi sekarang..., kami tidak bisa lama-lama di sini. Maaf Alesya, Danu. Bukannya bibi tidak menghargai tawaran kalian, tapi masih ada urusan yang perlu dikerjakan.”

“Padahal sangat menyenangkan jika Bibi dan kak Elma memiliki banyak waktu untuk menginap.” ucap Alesya.

Ayumi mengusap pundaknya. “Maafkan bibi. Lain kali kami ke sini untuk berlibur dan menghabiskan waktu bersama kalian.”

Ayumi dan Elma memang ke Indonesia karena ada urusan pekerjaan, sekalian saja singgah ke apartemen Danuar dan Alesya.

“Ayo, aku antar ke tempat tujuan kalian,”

“Tidak perlu Danu, sudah ada supir yang menjemput.”

“Baiklah, Bibi dan Elma hati-hati di jalan.”

🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️

Malam harinya, Alesya dan Danuar sudah bersiap akan tidur. Tidak, mereka malah mengobrol dengan posisi yang dekat, bahkan berpelukan.

Danuar yang sedikit bersandar pada tumpukan bantal dan Alesya tidur di dada bidangnya. Entah sejak kapan, Alesya jadi sangat menyukai satu hal. Yaitu bersentuhan dengan Danuar.

“Maafkan aku Alesya, karena sempat terobsesi dan nekat menculikmu.” ujar Danuar seraya mengusap surai Alesya. Ia menaruh dagunya di kepala gadis itu.

“Sudah aku bilang, bahwa itu hanya obsesi. Tapi kamu tetap saja kekeuh kalau itu cinta!”

“Waktu dulu aku terlalu dibutakan olehmu, Sayang.”

Alesya terkekeh, ia memeluk Danuar dengan erat.

“Sekarang aku boleh menciummu?” bukan sekedar ciuman yang Danuar maksud.

Alesya mengangguk saat mendongak melihat Danuar, pria itu langsung mengecup bibirnya gemas.

Alesya melotot, ia terkejut. “Aku tidak bilang boleh jika di bibir!”

Danuar tersenyum miring. “Jika sudah mengangguk, itu artinya kamu menyetujui semua yang ada padamu adalah milikku!”

“Kesepakatan apa itu?! Kamu tidak bilang sebelumnya!”

“Sudah, di dalam hati.”

©©©©©©©©©©

Nangis aja udah, nggak apa-apa

Secret Love [ ✓✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang