📌18. Last { END }

217 7 0
                                    

Sudah lebih dari satu bulan Yura pergi. Dewangga kian membaik bersama anak-anaknya. Tidak melupakan, tapi ia berusaha ikhlas atas kepergian istrinya.

Kini di tempat belanja, Alesya dan Danuar tengah memilih perlengkapan-perlengkapan bayi mereka.

Dari sepatu, sandal, baju, tempat makan dan lainnya.

“Danu, kita beli buat Ziva dan Zava juga ya.”

Tersenyum teduh, Danuar mengangguk. “Beli yang banyak.”

🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️

Malam hari saatnya orang-orang untuk istirahat. Begitu juga dengan Danuar, ia tengah duduk di kasur menunggu istrinya keluar dari kamar mandi lalu tidur bersama saling berpelukan. Tapi lama sekali Alesya keluar.

Sebenarnya masih satu minggu lagi jadwal Alesya periksa ke rumah sakit. Hpl nya juga masih pekan depan. Tapi Alesya terus merasa sakit perut dan sering buang air kecil. Ia hanya berpikir bahwa itu sakit perut biasa.

“Alesya, apa belum selesai?” tanya Danuar sedikit lantang, namun tak ada sahutan dari dalam.

Danuar pikir Alesya tak mendengarnya, jadi ia masih santai di kasur.

Tak lama kemudian Alesya keluar kamar mandi dengan wajah pucat, Danuar menyadarinya dan langsung menghampiri sang istri.

“Danu ...”

“Alesya, ada apa? Kamu kelihatan pucat sekali, kenapa Sayang?” pertanyaan Danuar beruntun dengan seiringnya detak jantung yang lebih cepat.

Danuar dapat merasakan bahu Alesya yang bergetar, tatapan matanya yang kosong tapi juga panik.

“D-Danu, itu ...” bibir pucatnya bergetar. Alesya menatapnya dengan panik namun tak bisa mengatakan dengan jelas.

Danuar langsung melihat ke kamar mandi dan terkejut ada lumayan banyak cairan kuning di lantai. Ia kembali melihat Alesya yang semakin pucat.

“Jangan takut, aku di sini .... Kita ke rumah sakit ya, ayo.”

🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️

Alesya menggenggam erat tangan Danu. Karena kehilangan banyak darah, Alesya harus menjalani operasi guna melahirkan anaknya. Ia menatap Danuar dengan khawatir.

“Nggak apa-apa, kita serahin semuanya sama Allah.” Ujarnya berusaha menenangkan, walau hatinya merasa sangat takut.

Kesadarannya hanya setengah, ia masih bisa merasakan sakitnya operasi. Alesya menggeleng pelan ke arah Danuar dengan mata yang berair.

“Enggak Sayang, jangan takut. Aku di sini, sama kamu.”

Keduanya sama-sama memikirkan satu hal, takut jika salah satunya harus pergi. Tapi bagaimana pun, semuanya atas kendali Tuhan. Sekeras apapun kamu menolak, jika Tuhan mengatakan 'Ya' maka pasti akan terjadi.

Danuar mengecup punggung tangan dan dahi Alesya, memberikan ketenangan untuknya.

“Percaya sama Allah, Sayang. Ikhlaskan apapun yang terjadi. Jangan panik, semua bakal baik-baik aja. Aku di sini sama kamu, jangan khawatir, Sayang.”

Setelah berjam-jam melakukan operasi, putri mereka lahir dengan selamat, begitupun sang ibu. Suster menaruh bayinya di dada Alesya, membiarkan ayah dan ibu si bayi melihatnya.

Alesya menatapnya dengan senyum haru. Lalu beralih pada Danuar yang mengecup dahinya.

Ma Syaa Allah ... Alhamdulillah.”

Secret Love [ ✓✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang