Sudah 20 jam Alesya menghilang sejak kedatangan mereka di rumah, Dewangga tak bisa melapor pada polisi karena belum 24 jam.
Nanda terus menangis dari kemarin malam hingga sore ini.
“Bunda, jangan nangis terus, kita semua yakin Lea nggak akan kenapa-kenapa.” Dewangga terus mengusap lengan sang ibu.
“Bunda takut Lea sama orang jahat, Dew...”
Dewangga menggeleng. “Lea itu pinter, Dewa yakin Lea pasti baik-baik aja, Lea bisa jaga diri Bun.”
Di sisi lain, tepatnya di dalam mobil yang sudah berhenti di depan rumah Alesya sendiri. Gadis di samping Danuar itu mengusap air matanya.
Malam kemarin ia telah menjadi istri seorang Danuar, lelaki yang tak ia kenali sama sekali. Entah sah atau tidak, karena Alesya masih memiliki ayah kandung untuk menjadi wali nikahnya, tapi malah diganti oleh wali hakim.
Selepas Ashar, Danuar membawanya kembali ke rumah keluarganya. Dengan senyum yang terus mengembang, Danuar mengusap kepala Alesya yang terhalang jilbab. Ia tetap tersenyum walaupun gadis itu menghindarinya.
“Kenapa belum turun? Kamu bilang ingin pulang?”
Alesya tak menjawab. Danuar tersenyum tipis. “Kamu takut, Alesya? Tenanglah, aku yang akan bicara, kamu cukup diam.”
Alesya menoleh pada Danuar. “Kemarin kamu sudah janji, tidak akan menyeret keluargaku lagi untuk semua yang terjadi di antara kita kedepannya. Kamu nggak bohong, ‘kan?”
Danuar menggeleng. “Tidak, aku tidak berbohong. Aku janji padamu. Tapi kamu turuti aku untuk satu ini,”
Alesya menunggu ucapan Danuar yang menggantung.
“Untuk mendapatkan restu keluargamu, kamu hanya perlu diam apapun yang aku katakan, mengerti?”
Alesya mengangguk, tak peduli apa rencananya. Yang terpenting keluarganya aman.
Mereka keluar dari mobil, berjalan ke dalam rumah dengan Danuar di sampingnya yang berjarak.
Pintu rumah terbuka, menampilkan Alesya dengan wajah muram.
“Alesya!” Nanda hendak menghampiri putrinya, tapi terhenti saat melihat pria asing yang menyusul masuk. Dewangga berdiri.
“Ayah!” panggil Dewangga. Sarendra keluar dari kamar, berdiri di samping istrinya.
“Siapa dia Alesya?” tanya Dewangga dengan suara dingin.
“D-dia ...”
“Saya suaminya.” Danuar menjawab.
Sarendra menahan Dewangga yang emosi hendak menghampiri pria itu.
“Apa maksud Anda?! Datang bersama putri saya dan mengaku sebagai suaminya?” Sarendra berusaha tenang.
“Kami memang telah menikah kemarin malam.”
“Lea ...?” Dewangga melirih, menatap adiknya.
Alesya mengangguk, disaksikan keluarganya.
“Alesya!” Dewangga membentaknya, membuat sang empu terkejut dan berkaca-kaca.
Danuar menoleh pada Alesya yang sebatas bahunya, Alesya ikut menoleh pada Danuar. Tangan gadis itu bergetar.
“Pergilah, peluk ibumu, aku tidak bisa memelukmu sekarang.” titah Danuar. Alesya langsung berlari, memeluk sang ibu dan menangis.
Nanda mengusap punggung putrinya, memberikan ketenangan. “Tenang Nak... apa yang terjadi sebenarnya Lea...?” Alesya semakin terisak.
“Kami tidak akan pernah merestui hubungan kalian! Pernikahan ini tidak sah, karena wali pengantin wanita masih hidup, dan kalian malah memanggil wali hakim?! Dan saya yakin, kamu memaksa putri saya untuk melakukan pernikahan ini, iya ‘kan?! Ini tidak sah!”
“Saya memang memaksanya, tapi akhirnya putri Anda setuju untuk menikah dengan saya. Jadi, ini atas keinginan kami berdua.”
“Pernikahan kalian tetap tidak sah! Tidak ada wali perempuan di sana.” Dewangga berbicara dengan tegas.
Danuar terkekeh pelan. “Kita bisa mengulangi pernikahannya malam ini, jika itu masalahnya.”
“Tidak! Itu tidak akan pernah terjadi.” Sarendra berkata tegas.
Danuar menyeringai, “Bagaimana jika ... putri Anda mengandung anak saya? Apa Anda tetap tidak akan setuju?” ucapnya seraya menaikkan satu alisnya.
Sarendra, Dewangga dan Nanda terkejut, apalagi dengan Alesya, ia terkejut bukan main.
“Alesya, itu benar?” Sarendra bertanya dengan dingin.
Alesya menggeleng dengan isakan.
“Lea, kakak selalu jagain kamu ke manapun kamu pergi ... t-tapi kali ini? Kakak gagal Lea ....” Dewangga menunduk, membiarkan air matanya jatuh.
Alesya semakin panik melihat raut kecewa dari keluarga yang sangat menyayanginya.
Alesya menoleh pada Danuar yang memasang wajah datar. Lidahnya kelu, tidak bisa berkata apapun.
Sarendra kembali menoleh pada Danuar, berusaha menguatkan hatinya. “Siapa namamu?”
“Danuar Revangga. 27 tahun, dan pemilik perusahaan di Turki, cabangnya ada juga di Indonesia. Kedua orang tua saya sudah tiada, saya tinggal sendiri di apartemen. Tidak perlu khawatir untuk kehidupan putri Anda, karena saya bisa menjamin kemewahan untuknya.” Pria itu bersemangat untuk menyebutkan identitasnya.
“Apa niatmu menikahi putriku? Apa hanya sekedar tanggung jawab?”
Dengan mantap Danuar menjawab, “Persetan dari itu, saya mencintai putri Anda dari empat tahun yang lalu. Saya bisa melakukan apapun untuk mendapatkan restu kalian.”
Sarendra menghela nafas. “Jika begitu, saya akan memberi beberapa syarat untuk pernikahan kalian selepas Isya nanti. Dan kamu harus menyetujui syarat itu tanpa mengeluh atau menolak sedikitpun.”
“Ayah?” Dewangga menatap tak percaya pada ayahnya.
“Ayah ...” Alesya melirih.
Danuar mengangguk mantap. “Saya setuju dan yakin seratus persen.”
“Dewa, hubungi beberapa saudara terdekat untuk saksi dan juga penghulu. Antarkan Danuar ke kamar tamu.”
©©©©©©©©©©
WOOIIIIIIIYYYYYYYYYYYY
![](https://img.wattpad.com/cover/344788201-288-k382695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love [ ✓✓ ]
Fiksi UmumHai haaaaiii!! Sebelum baca isi ceritanya, kalian pasti baca deskripsinya dulu, iya 'kaaaannn? Oke. Fyi, ini cuma cerita suka-suka, hasil dari haluanku yang tiba-tiba lewat waktu lagi sendirian di rumah. But, calm! Aku update setiap hari, kalo ada k...