Tiga tahun sudah kepergian Yura. Dewangga masih sangat mencintainya, walau itu hanya angan. Ia sangat merindukannya, ingin tidur dalam pelukannya, menikmati sentuhan dan suaranya yang lembut. Mengajak main bersama dua anaknya, berjalan bersama keluarga kecilnya. Hanya saja ... itu tidak mungkin.
Menatap gundukan tanah di depannya, Dewangga mengusap matanya yang berair.
“Aku kangen kamu, Sayang. Tiga tahun itu bukan waktu yang mudah bagi aku. Hari-hari aku terasa lama dan berat tanpa kamu. Walaupun ada Zava dan Ziva, tapi aku tetap butuh kamu saat sendiri.” Ia menghela nafasnya.
“Sekarang Ziva dan Zava udah besar Sayang, mereka udah lari ke sana sini dan teriak-teriak. Kadang aku bingung, waktu mereka nanyain ke mana bundanya. Tapi aku bersyukur, keluarga kita selalu ada untuk aku dan anak-anak.”
Dewangga tersenyum. “Kamu tenang aja Sayang. Anak-anak akan selalu bahagia dan sukses. Kamu pasti bakal bangga sama mereka. Mereka itu anak yang hebat, mereka kuat Sayang.” Dewangga mengusap pipinya yang basah.
“Aku pulang dulu ya, nanti aku ke sini lagi. Dan kalo anak-anak sudah besar, kita bertiga pasti ke sini.” Ia berdiri, tersenyum sebentar dan meninggalkan kuburan Yura.
Merindukan seseorang yang tak bisa digapai lagi memang sangat menyakitkan.
🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️
“Baik, mata kuliah untuk hari ini selesai. Selamat beristirahat.”
Para siswi maupun siswa menghampiri Danuar, tepatnya Helsa. Ada yang mencubit pipinya, mengajaknya pulang, dan ada juga yang berniat menculik menculiknya.
“Kok bisa lucu gini sih Helsa?”
“Gemes banget pipinya!”
“Helsa, ikut kakak ke rumah yuk, nanti dibeliin es krim.”
“Helsa, kakak punya mobil loh, ikut yuk.” Ucap salah satu pria.
“Helsa juga punya.” Jawab Danuar. Membuat para mahasiswa tertawa.
“Pak, Bapak ganteng deh. Bismillah anaknya.” Ujar pria yang cukup aktif di kelas.
“Kalau tampilan kamu masih kaya gini 20 tahun lagi, mungkin Helsa mau.” Tandas Danuar terkekeh.
“Dadah Helsa, besok kita ketemu lagi yaa.”
Para mahasiswa keluar dari kelas. Menyisakan Alesya dan Danuar yang mulai menggendong Helsa.
Seperti tahun lalu, Alesya mengatakan akan berkuliah di Indonesia setelah Helsa cukup besar.
Selain seorang pengusaha, Danuar juga menjadi dosen salah satu kampus di Indonesia. Dan kampus itu tempat Alesya berkuliah.
Alesya menghampiri suami dan putrinya. Ia tersenyum pada keduanya.
“Anak baba emang cantik, lucu, kaya Amminya.” Ucap Danuar mencubit pelan pipi Alesya.
“Ayo pulang.”
🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️
Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman terlebih dahulu sebelum pulang ke apartemen. Membiarkan Helsa bermain di rerumputan sekenannya.
“Helsa mau punya adik, kayaknya.” Celetuk Danuar.
“Helsa nya aja nggak minta.” Jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love [ ✓✓ ]
Fiksi UmumHai haaaaiii!! Sebelum baca isi ceritanya, kalian pasti baca deskripsinya dulu, iya 'kaaaannn? Oke. Fyi, ini cuma cerita suka-suka, hasil dari haluanku yang tiba-tiba lewat waktu lagi sendirian di rumah. But, calm! Aku update setiap hari, kalo ada k...