📌10

137 8 0
                                    

Seperti yang dikatakan Danuar sebelumnya, mereka akan pindah ke apartemen yang ditempati oleh Danuar.

Alesya memasuki apartemen, dalamnya sangat megah. Apartemen ini besar, memiliki dua kamar tidur, dua kamar mandi yang terletak di salah satu kamar dan di dekat dapur. Terdapat ruang makan yang menyatu dengan dapur, ruang tamu yang ditambah televisi di tembok depannya, dan sebuah balkon di samping ruang tamu yang tak begitu lebar.

“Ada dua kamar di sini?” tanya Alesya, dijawab anggukan oleh Danuar.

“Bagaimana jika kita pisah kamar saja?”

Sontak Danuar menoleh pada istrinya. “Kamu mau tidur di ruang kerjaku? Silakan saja jika mau, di sana hanya banyak berkas-berkas.”

“Sebenarnya tidak masalah ...”

“Itu artinya kamu mau menghalangi suamimu bekerja? Karena hanya di situ tempatku bekerja di rumah.”

Alesya menggeleng. “Tidak! Aku tidak akan menghalangimu bekerja.”

“Ayo, aku tunjukkan kamar kita.” Danuar berjalan ke kamar di belakang tembok televisi.

Alesya tertegun, ternyata kamarnya lumayan besar dan rapi. Ada sebuah ruangan yang dipastikan itu adalah kamar mandi. Di sampingnya ada ruang yang ditutupi tirai. Tirai itu menyatu sekaligus menutupi pintu kamar mandi. Dibaliknya, ada lemari dan ruang ganti.

“Lemari hanya ada satu, kita bisa memakainya bersama ‘kan?” Alesya hanya mengangguk.

“Istirahatlah, aku akan mandi lagi.”

🕸️🕸️🕸️🕸️🕸️

Beberapa hari kemudian, Alesya terbiasa hidup berdua bersama Danuar. Ia yang mengurus segalanya di rumah, terkadang dibantu Danuar.

Harum tumis tercium, suara alat masak saling menyahut. Kali ini ia akan memasak, dan Danuar teus mengikutinya kemanapun ia pergi.

“Sedang memasak apa?” tanya Danuar.

“Kamu tidak lihat? Jelas-jelas aku sedang memasak tumis.” jawabnya ketus.

“Apa kamu tidak bisa berbicara sedikit lembut pada suamimu? Kita sudah menikah,”

Alesya menoleh ke belakang, menatapnya dengan wajah yang tak bersahabat. “Lebih tepatnya pernikahan yang dipaksa! Karena aku tidak ingin menikah denganmu.” ia kembali menghadap wajan dan melanjutkan mengoseng.

“Lalu kamu ingin bercerai?”

Alesya menghentikan osengannya, “Tidak.” berhenti sejenak, ia mengecilkan kompor dan menaruh spatula. Alesya menoleh sempurna pada Danuar.

“Karena pernikahan adalah sekali seumur hidup. Dan aku sudah berjanji pada diriku sendiri, bahwa aku akan menikah sekali dalam hidupku.” lanjutnya menatap Danuar.

“Kamu bisa saja tidak menikah lagi setelah bercerai denganku.”

“Jangan berpikir bodoh. Aku tidak ingin menjadi wanita yang ditinggal suami di usiaku yang masih muda, apalagi karena keegoisan.” jawab Alesya.

Danuar terkekeh. “Bilang saja jika kamu tidak ingin jauh dariku.”

Alesya terkekeh menyeringai. “Bahkan aku tidak ingin pernah mengenal dan bertemu denganmu. Itu akan jauh lebih baik untuk hidupku.”

Secret Love [ ✓✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang