*14*

257 44 6
                                    

30-06-23

Romi mau ngomong apa sih? kenapa mesti besok. Dia gak tau apa, kalau gue harus berjuang ngadepin Vi. kalau gak diijinin gimana? gue kan penasaran. ah sial!

Lily bermonolog saat sedang cuci tangan di wastafel. Matanya tak berkedip menatap pada kaca yang menempel ke dinding tepat berada di depannya.

"Lily! kok malah bengong di sini sih, gue cariin dari tadi. Kesambet ya lu? bentar lagi pelajaran dimulai. ayook!" Mila sudah tak sabar ketika melihat Lily hanya berdiam diri dengan muka kaget melihatnya yang tiba-tiba muncul sambil mengomel. Mila segera menyeret Lily keluar dari toilet sebelum guru bahasa inggris memasuki kelas dengan mata tajamnya.

"Lily, denger ya! hari ini gue gak peduli kalau lu masih marah sama gue, yang jelas gue gak suka kalau kita diem-dieman kayak kemarin." tegas Mila bersamaan dengan langkahnya menuju kelas.

"Siapa sih yang marah sama lu, gue cuma lagi badmood gara-gara tuduhan cewek itu, ditambah lagi sepupu lu yang malah nyuruh gue minta maaf. Ngeselin!"

"Terus kenapa lu nurut? padahal tinggal pergi aja gak ada yang berani menghalangi," Mila tersenyum menggoda.

"Tau ah! udah gak usah dibahas lagi," memasang muka masam menutupi rasa malu, Lily mempercepat langkahnya mendahului Mila masuk ke dalam kelas.

Jam telah menunjukkan pukul tiga belas lewat tiga puluh menit saat bel berbunyi nyaring tanda berakhirnya kegiatan belajar di sekolah. Siswa-siswi SMA Alexandria pun mulai berhamburan keluar kelas, termasuk Lily.

Tak seperti kemarin saat masuk ke dalam mobil dengan tergesa. Siang ini Lily tampak normal namun tak banyak bicara. Vi selalu memperhatikan Lily, ia tau bahwa masih ada sesuatu yang tengah mengganggu pikirannya.

"Bagaimana di sekolah hari ini, apa ada masalah?" Vi membuka perbincangan seraya mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Lily menjawab pertanyaan Vi hanya dengan menggelengkan kepala. Saat ini ia sedang bingung menyusun kata untuk mengungkapkan keinginannya.

"Besok hari minggu, kamu mau liburan kemana?" ucap Vi tiba-tiba.

Seolah bisa membaca apa yang ada dalam pikiran, Lily menatap Vi dengan heran. Bagai sebuah pancingan, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakannya.

"Mila mengajakku pergi ke pantai, apa boleh?"

"Hanya dengan Mila?" tanya Vi menyelidik, sebenarnya ia tau akan ada orang lain. Lily tak pernah gugup jika meminta sesuatu yang biasa.

"Pergi ke pantai kurang seru kalau cuma berdua, Mila mengajak sepupu dan temannya yang kemarin."

"Bukankah sudah jelas peraturannya, apa kamu lupa? saat itu kamu juga setuju bahwa tak akan ada yang namanya lain waktu."

Jawaban Vi sudah jelas, Lily tak perlu lagi mempertegas dengan kembali melontarkan pembelaan, sanggahan, ataupun rengekan memohon. Lily membuang napas kasar, ia terpaksa harus meredam rasa penasarannya ataaau... mengeluarkan jurus andalan.

Menyudahi perbincangannya, Lily tak bergeming. Ia hanya diam menunduk dengan muka kecewa. Vi melirik beberapa kali mengabaikannya, sama sekali tak memberi pilihan lain. Bukan tak peka namun ini memang sudah menjadi kebiasaan Lily saat menginginkan sesuatu yang bertentangan dengan aturan yang telah dibuat.

Vi memarkirkan mobil di garasi. Keduanya masih saling terdiam. Lily bergegas keluar dengan cueknya menunggu di depan pintu rumah, sementara Vi menyusul dengan kunci di tangan.

"Istirahatlah dulu, kita akan membahasnya lagi saat makan malam," ucap Vi sambil membukakan pintu.

Lily tak menjawab bahkan tak menatap Vi sama sekali, ia langsung nyelonong masuk ke dalam kamarnya. Situasi yang sangat menyebalkan bagi Vi saat iya tak mendapatkan perlakuan hangat dari seorang Lily, gadis yang ia besarkan dengan penuh kesabaran, perhatian juga cinta yang menggunung. Harapan Vi begitu besar terhadap Lily, maka hal kecil seperti ini kadang membuatnya menjadi frustasi.

Lily_kekasih kecilku   (SN x BTS)2 (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang