*13*

134 44 8
                                    

22-06-23


"Ly! Lily! Lily tunggu!" berjalan cepat, Mila menyusul Lily meninggalkan kelas dua belas.

"Lily tunggu!" Mila meraih tangan Lily dari belakang untuk menghentikannya. "Lu gak pa-pa kan? maafin gue ya, Ly."

"Gak perlu minta maaf, bukan salah lu," ucap Lily sambil kembali meneruskan langkahnya dengan wajah murung.

"Kalau saja gue gak ngotot ngajakin lu nyamperin Romi, pasti hal ini gak akan terjadi," menyeimbangkan langkahnya, Mila berceloteh menyalahkan diri sendiri merasa sangat bersalah terhadap Lily.

"Masalah udah selesai, gak usah dibahas lagi," jelas Lily dengan penekanan. Ia ingin segera melupakan kejadian tadi yang membuat harga dirinya melayang.

"Ya udah deh, gue diem. Sekarang kita ke UKS ya? pipi lu berdarah, biar gue obatin."

"Gak usah, Mil. Gue gak pa-pa kok, mau langsung ke kelas aja."

Mila tak lagi banyak bicara, ia menangkap keanehan pada sikap Lily yang mendadak jadi dingin. Tak biasanya Lily seperti ini meski sering dibuatnya kesal.

Sepertinya Lily marah sama gue karena kejadian tadi, ucap Mila dalam hati. Suasana canggung menyelimuti di antara keduanya hingga jam pelajaran terakhir usai.

Siang itu saat bel tanda pulang berbunyi. Lily bergegas membereskan semua barang bawaannya lalu dimasukkan kedalam tas. Berpamitan singkat dengan Mila tanpa menatap, Lily langsung beranjak keluar kelas.

"Lily!"

Suara seseorang yang terdengar tak asing memanggil dari kejauhan. Lily reflek menoleh, tampak Romi dengan gagah berjalan di lorong kelas menuju ke arahnya. Mengalihkan pandangan mengabaikan Romi. Lily segera berlari menuju parkiran, ia sengaja menghindar karena sedang tak ingin berbicara dengannya.

Blup!

Suara pintu ditutup cukup keras, Lily masuk ke dalam mobil sport milik Vi dengan tergesa. Memandang keluar jendela, Lily melihat Romi yang tadi mengejar kini perlahan menghentikan langkah sambil menatap lesu ke arahnya dengan wajah tampak kecewa.

Lily menghela napas panjang menahan rasa sesak di dada karena mengabaikan Romi, tindakan yang sangat berlawanan dengan isi hati. Lily masih bergulat dengan pikirannya, ia tak menyadari bahwa Vi memperhatikan sedari tadi. Hingga saat ia menoleh, Lily mendapati Vi tengah menatapnya lekat dengan kotak obat di tangan.

"Sini mendekat, aku obati lukanya."

Lily terperangah, momok menakutkan yang membayanginya telah sirna. Vi mengetahui apa yang terjadi namun ia sama sekali tak marah, justru sebaliknya.

"Lily?"

"Eh.. I-iya," Lily bergeser mendekat menyodorkan pipi kanan yang terluka.

Vi kembali menatap lekat wajah cantik Lily semakin jelas. Ia menemukan luka cakar cukup panjang dan dalam yang tertoreh di pipi mulus kekasih kecilnya itu.

"Vi, kamu gak marah?" tanya Lily lirih.

"Aku tidak marah padamu atas tindakan yang tepat. Aku marah pada orang yang melakukan ini. Akan ku pastikan dia mendapatkan balasan yang setimpal," tegas Vi sambil mengoleskan gel antiseptik ke pipi Lily dengan lembut.

"Jangan, Vi! ini bukan masalah penting, hanya salah paham. Lupakan saja," balas Lily sambil membenarkan duduknya ke tempat semula setelah Vi selesai mengobati.

Vi menyudahi dengan tak lagi memberi tanggapan. Ia menghidupkan mesin mobil lalu segera pergi meninggalkan sekolah. Dalam perjalanan, tak ada perbincangan sama sekali saat Lily sedang badmood, yang ada hanyalah suara alunan musik dengan volume rendah.

Lily_kekasih kecilku   (SN x BTS)2 (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang