*12*

158 42 14
                                    

24-05-23

Menyambut pagi yang cerah dengan wajah berseri penuh semangat. Lily tengah asik menyantap sarapannya bersama Vi di ruang makan sebelum jam berangkat sekolah. Sesaat berlalu, Lily baru menyadari adanya keanehan pada Vi setelah menatapnya beberapa kali.

"Vi, tulang pipi kiri kamu kenapa, kok merah?" Lily sedikit mendekat agar bisa melihat lebih jelas.

"Kepentok kaki meja," menjawab tanpa menatap sambil terus memakan sarapannya, Vi berusaha menutupi luka yang ada di wajah.

"Hah! kenapa muka bisa kepentok kaki meja, emangnya kamu ngapain?"

Seketika Vi berhenti mengunyah, ia menatap Lily sambil berpikir keras untuk mencari jawaban yang tepat atas ucapannya yang terlalu jujur. Vi tak mau ditertawakan jika mengatakan kejadian yang sebenarnya, bahwa ia jatuh dari ranjang hingga membuat pipinya terbentur kaki meja.

"Itu hanya kecerobohan yang tak penting untuk dijelaskan. Cepat habisin makanannya, nanti terlambat."

Selang dua puluh menit kemudian, setelah melewati jalanan macet. Vi dan Lily kini telah berada di parkiran sekolah. Jika sebelumnya Lily lebih suka menunggu bel masuk sambil ngobrol bersama Vi di dalam mobil. Kini sejak mengenal Romi, ia sering tergesa berpamitan dengan Vi untuk segera menuju kelas.

"Lilyy!" teriak Mila saat melihat sahabatnya datang. Ia tak peduli dengan siswa lain yang hampir jantungan mendengar suaranya yang menggelegar.

"Lu kenapa sih, biasa aja Karmilaa!" Lily segera menghampiri Mila sembari menatap sekeliling.

"Sumpah, seharian kemarin tuh gak enak banget kalau gak ada lu. Kenapa gak datang, lu sakit?"

"Enggak, om gue yang lagi kurang enak badan, jadi gak bisa ngantar sekolah."

"Kenapa gak nelepon aja, gue bisa kok antar jemput lu tiap hari," Sahut Romi yang entah dari mana tiba-tiba muncul.

"Percaya deh, bukan cuma gue yang ngerasa gak enak kalau gak ada lu. Si Romi juga gitu, kemarin nyariin dan mikirin lu terus," goda Mila sambil menatap Lily dan Romi bergantian.

"Apaan sih," Lily terlihat salah tingkah. "Romi, makasih tawarannya, gue gak mau ngerepotin, lu. Lagian juga pasti gak diijinin sama om.

"Om lu kolot banget dah, gak asik," celetuk Mila.

"Gue gak merasa direpotin, malahan seneng ada temennya. Sekali-kali keluar dari zona aman gak pa-pa kok. siapa tau dengan begitu om lu bisa berubah, gak terus-terusan mengekang."

"Bener tuh. Gue tau lu berhutang budi sama dia karena udah ngerawat lu sampai sekarang, tapi bukan berarti dia bisa merenggut hak lu dalam bergaul. Perasaan, orang tua aja gak gitu-gitu amat deh. Lagian, lu udah bukan anak kecil lagi. Ya kan?"

Lily mengangguk ragu, ia setuju dengan perkataan Mila. Namun nyatanya saat berhadapan dengan Vi, rasanya sangat sulit untuk mengungkapkan segala keinginan apa lagi memberontak.

Bel tanda masuk telah berbunyi. Seluruh siswa beranjak masuk ke kelas masing-masing bersiap untuk menerima pelajaran, begitu juga dengan Romi. 

"Mila, Lily, sebenarnya tadi ada sesuatu yang mau gue omongin ke kalian. Berhubung udah bel masuk, entar aja pas istirahat, ok?  ya udah gue cabut," Romi segera berlari menuju kelasnya.

Selama tiga jam para siswa mengikuti pelajaran dengan jeda lima belas menit untuk istirahat pertama. Mila dan Lily menunggu kedatangan Romi yang tak kunjung muncul, membuat keduanya semakin penasaran akan susuatu yang hendak Romi bicarakan.

Hingga saat jam istirahat kedua. Mila yang sudah tak sabar menunggu, ia langsung saja mengajak Lily mendatangi Romi di kelasnya.

"Kak, mau nanya. Romi ada di dalam gak?" tanya Mila kepada salah satu siswi yang sekelas dengan Romi.

Lily_kekasih kecilku   (SN x BTS)2 (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang